Sukmawati Soekarnoputri Dipolisikan
Putri mendiang Presiden Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri, dilaporkan ke Polda Metro Jaya, Selasa (3/4).
Karena Bandingkan Azan dengan Kidung
JAKARTA, NusaBali
Sukmawati diperkarakan karena puisi berjudul ‘Ibu Indonesia’ yang diduga menistakan agama Islam, lantaran menyinggung masalah azan dan cadar.
Ada dua orang berbeda yang secara resmi melaporkan Sukmawati ke Polda Metro Jaya, Selasa kemarin. Pertama, advokat Denny Andrian Kusdayat. Kedua, Ketua DPP Hanura, Amron Asyhari, selaku pribadi. Advokat Denny Andrian Kusdayat mengatakan, dasar pelaporan ke polisi itu adalah Sukmawati membandingkan syariat Islam dengan sari konde. Padahal, kedua hal tersebut sama sekali tidak bisa dibandingkan.
"Kalau dari sisi saya pengacara, kita pengacara pasti bilang semua ahli hukum. Yang pertama saat dia berkata bahwa syariat Islam disandingkan dengan sari konde. Itu kan jelas, menurut kami nggak bisa disandingkan seperti itu syariat Islam," kata Denny Andrian dilansir detikcom di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Selasa kemarin.
Kalimat lain dalam puisi yang dipersoalkan Denny adalah saat Sukmawati membandingkan suara kidung ibu Indonesia dengan lantunan azan. Menurut Denny, azan itu berisi lafaz Allah, yang tidak sebanding dengan kidung Ibu Indonesia. "Tidak perlu dia menyandingkan dengan kalimat kidung Ibu Pertiwi lebih indah daripada azan. Apa pun, itu lafaz Allah. Mau dia Ibu Sukmawati dengan alasan bahwa dengan suara azan jelek apa pun, sekarang saya dengar bantahan, dia tidak pernah minta maaf, tapi dia hanya buat bantahan," kata Denny.
Denny meminta Sukmawati tidak banyak bicara jika tak tahu banyak soal syariat Islam. Dia juga meminta aparat kepolisian memproses secara tepat laporan yang telah dibuatnya. "Polisi harus bertindak cepat. Kalau dia menyandingkan soal syariat Islam dengan konde apalah. Saya minta menyandingkan, kepada polisi, saya sandingkan dengan kasus Ahok. Lebih parah dia," ujarnya.
Selain oleh Denny, Sukmawati dilaporkan oleh Ketua DPP Hanura, Amron Asyhari. Laporan Amron ini bukan atas nama institusi partai, melainkan secara personal. Amron menilai Sukmawati harusnya lebih bijak dalam membuat puisi. Sukmawati harusnya membacakan puisi yang merangkul dan menenangkan. "Kalau saya secara pribadi, dia jangan pakai bahasa-bahasa yang kontroversi, yang membuat gerah," tegas Amron.
Menurut Amron, puisi Sukmawati ini lebih parah dibandingkan kasus penodaan agama mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dalam puisi tersebut, kata Amron, ada unsur kesengajaan untuk menodai agama. "Kalau Ahok itu autodidak, secara responsif. Kalau beliau ini (Sukmawati, Red) puisi, sudah dia catat, baca kaji ulang, setelah itu dituangkan. Ini lebih parah dibanding Ahok," paparnya.
Puisi berjudul ‘Ibu Indonesia’ itu sendiri sebelumnya dibacakan Sukmawati dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya, Indonesia Fashion Week 2018, di Jakarta Convention Centre, Rabu (28/3) lalu. Kala itu, Sukmawati memang diberi kesempatan maju ke panggung dan membacakan puisi karyanya sendiri.
Sukmawati mengatakan, puisinya itu adalah hasil pengamatan di dunia fashion. "Saya ini kan budayawati. Jadi, dalam pengamatan saya di dunia fashion, cadar itu bukan dari Indonesia. Itu adalah budaya Timur Tengah," dalih Sukmawati sehari sebelum dilaporkan ke polisi, Senin (2/4).
Menurut Sukmawati, puisinya itu sesuai dengan tema acara. "Sedangkan topik dari Indonesia Fashion Week itu adalah cultural identity. Jadi, identitas kebudayaan itu kan jelas, di puisi saya seirama. Bahwa ada identitas yang saya kisahkan dalam kata-kata berpuisi itu," imbuhnya.
Sedangkan putra sulung Bung Karno, Guntur Soekarnoputra, meminta sang adik, Sukmawati, meluruskan maksud dari puisi 'Ibu Indonesia'. Guntur meyakini puisi itu tidak mewakili sikap keimanan Sukmawati. "Saya yakin puisi Sukma tersebut tidak mewakili sikap keimanannya sebagai seorang muslimah. Saya ingin Sukma segera meluruskannya," kata Guntur dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Menurut Guntur, Bung Karno mendidik anak-anaknya dengan syariat Islam. Puisi Sukmawati tidak ada kaitannya dengan sikap keluarga Sukarno. "Sebagai anak tertua, saya saksi hidup, bahwa seluruh anak Sukarno dididik oleh Bung Karno dan Ibu Fatmawati Sukarno sesuai ajaran Islam. Kami diajarkan syariat Islam. Bung Karno pun menjalankan semua rukun Islam, termasuk menunaikan ibadah haji," tandas Guntur.
Sementara itu, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menyarankan Sukmawai untuk menyelesaikan kasus ini dengan cara tabayun. "Kami menyarankan juga untuk melakukan tabayun, apa pun kita ini bangsa yang mengedepankan etika," ujar Hasto, Selasa kemarin.
Menurut Hasto, Sukmawati harus memberikan klarifikasi terkait puisi yang sulut kontroversi tersebut. Hal ini penting agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau salah tafsir bagi yang mendengarkan. "Kemudian, secara pribadi Ibu Sukma juga harus memberikan klarifikasi, jangan sampai perkataan-perkataan menimbulkan salah tafsir di situ. Tabayun saja, kita kan bangsa yang berdialog," kata Hasto.
Sebaliknya, Wakil Ketua Umum DPP PAN Taufik Kurniawan meminta Sukmawati segera minta maaf atas puisinya yang berjudul 'Ibu Indonesia'. Menurut Taufik, puisi Sukmawati itu menyakiti umat Islam. "Kalau semakin cepat minta maaf, jadi salah satu jalan terbaik," kata Taufik yang juga Wakil Ketua DPR di Senayan, Selasa kemarin.
Taufik mengatakan, ungkapan Sukmawati yang membandingkan azan dengan kidung Ibu Indonesia dan cadar dengan sari konde itu, menyinggung pemeluk agama Islam. Menurut Taufik, hal ini bisa kembali memicu konflik. "Puisi itu sangat menyakitkan umat Muslim. Kemungkinan untuk potensi konfliknya akan bisa terjadi lagi. Hal yang sudah relatif dingin reda akan membangkitkan semangat kegaduhan lagi."
Wakil Ketua Umum DPP Gerindra yang notabene Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, juga berharap ada klarifikasi dari Sukmawati atas puisinya. “Saya kira mestinya bisa diklarifikasi oleh Sukma. Karena tentu akan menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda," kata Fadli. "Terutama dari umat Islam, karena yang disebutkan syariat Islam dan azan dan cadar dan seterusnya."
Menurut Fadli, ungkapan Sukma tentang 'alunan azan' dan 'cadar' dalam puisi itu terang-terangan menyebut identitas agama Islam. Dia berharap Sukma bisa belajar dari pengalaman serupa yang menimpa Ahok. "Kita sudah lihat pelajaran yang mengangkat tema-tema seperti itu. Keyakinan pribadi yang tentu saja tiap orang punya keyakinan masing-masing," katanya. *
Komentar