Bandara, di Darat Lebih Mungkin
Di tengah kesibukan berkampanye, calon Gubernur Bali nomor urut 1, dari PDIP, I Wayan Koster, menyempatkan diri menemui awak media yang bertugas di Buleleng, Selasa (3/4) siang.
Koster Temu Kangen Awak Media di Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Pertemuan dipusatkan di sebuah rumah makan di Pantai Penimbangan, Buleleng.Sekitar 30 awak media baik cetak, elektronok, dan online ikut dalam pertemuan itu, dipandu Sekretaris DPC PDIP Buleleng, Gede Supriatna. Hadir pula dalam pertemuan bertajuk temu kangen awak media itu, Ketua DPC PDIP Buleleng Putu Agus Suradnyana, Bendahara DPC Dewa Ketut Suardipa, serta sejumlah anggota Fraksi PDIP di DPRD Bali.
Dalam pertemuan, I Wayan Koster mengaku cukup lama tidak bertemu dengan awak media di Buleleng. Bukan karena faktor kesengajaan, tetapi Koster menyebut karena kesibukannya di parlemen selaku anggota DPR RI, yang sudah tiga periode. “Mohon maaf baru kali ini saya bisa bertemu, sejatinya sudah lama saya ingin bertemu. Tetapi sekali lagi saya mohon maaf, karena kesibukan di DPR RI,” katanya.
Pertemuan pun mengalir. Koster menyambut baik keberimbangan pemberitaan media selama ini. Dia mengajak dan beraharap situasi yang sudah kondusif dapat dipertahankan. Koster yang putra Buleleng asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula ini, juga menyampaikan beberapa hal terkait pembangunan Bali ke depan. Terkait pembangunan itu, awak media pun langsung mempertanyakan sikapnya terkait dengan pembangunan Bandara Internasional di Buleleng. ”Kalau itu (Pembangunan Bandara, Red) saya sendiri sangat setuju. Ini harus diwujudkan. Saya yakin bandara di Buleleng itu akan terwujud di Desa Kubutambahan. Kalau bisa segera, tetapi bagaimanapun itu kewenangan tetap ada pada Kementerian terkait. Persoalan sekarang hanya masalah lokasi, di darat atau di laut,” kata Koster.
Koster menyebut telah menyiapkan pola pendanaan dalam mewujudkan bandara tersebut yakni Publik Partnership Program, dimana pembangunan itu tidak murni dilakukan oleh swasta. “Saya justru berpikir ke depan, pembangunan itu tidak sepenuhnya swasta. Tetapi ada keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan pola Publik Fartnership Program,” akunya.
Menurut Koster, sebaiknya lokasi bandara itu di darat, karena akan lebih efisien dibanding di laut. Jika di laut, harus ada reklamasi, dan biaya pembangunan juga tinggi karena bandara di laut itu harus berteknologi tinggi. Sedangkan di darat, biayanya jauh lebih murah. Disamping itu, di darat kebutuhan lahannya ada, dan lahan yang dimanfaatkan itu kurang produktif, karena lahan berbatu.”Jadi kalau saya pribadi lebih realistis di darat. Saya kira untuk pemenuhan 1.000 hektare lahan, di wilayah itu ada. Tidak ada pemukiman di atas lahan itu. Jadi tata ruangnya sangat memungkinkan,” jelasnya.
Meski demikian, Koster tetap menyerahkan sepenuhnya kewenangan untuk menentukan lokasi tersebut kepada Kementerian Perhubungan. Jika dimungkinkan, Koster berharap pembangunan Bandara Buleleng bisa direncanakan setelah Pilgub Bali digelar. “Kami berharap ini dilakukan setelah proses Pilgub,” terangnya. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Pertemuan dipusatkan di sebuah rumah makan di Pantai Penimbangan, Buleleng.Sekitar 30 awak media baik cetak, elektronok, dan online ikut dalam pertemuan itu, dipandu Sekretaris DPC PDIP Buleleng, Gede Supriatna. Hadir pula dalam pertemuan bertajuk temu kangen awak media itu, Ketua DPC PDIP Buleleng Putu Agus Suradnyana, Bendahara DPC Dewa Ketut Suardipa, serta sejumlah anggota Fraksi PDIP di DPRD Bali.
Dalam pertemuan, I Wayan Koster mengaku cukup lama tidak bertemu dengan awak media di Buleleng. Bukan karena faktor kesengajaan, tetapi Koster menyebut karena kesibukannya di parlemen selaku anggota DPR RI, yang sudah tiga periode. “Mohon maaf baru kali ini saya bisa bertemu, sejatinya sudah lama saya ingin bertemu. Tetapi sekali lagi saya mohon maaf, karena kesibukan di DPR RI,” katanya.
Pertemuan pun mengalir. Koster menyambut baik keberimbangan pemberitaan media selama ini. Dia mengajak dan beraharap situasi yang sudah kondusif dapat dipertahankan. Koster yang putra Buleleng asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula ini, juga menyampaikan beberapa hal terkait pembangunan Bali ke depan. Terkait pembangunan itu, awak media pun langsung mempertanyakan sikapnya terkait dengan pembangunan Bandara Internasional di Buleleng. ”Kalau itu (Pembangunan Bandara, Red) saya sendiri sangat setuju. Ini harus diwujudkan. Saya yakin bandara di Buleleng itu akan terwujud di Desa Kubutambahan. Kalau bisa segera, tetapi bagaimanapun itu kewenangan tetap ada pada Kementerian terkait. Persoalan sekarang hanya masalah lokasi, di darat atau di laut,” kata Koster.
Koster menyebut telah menyiapkan pola pendanaan dalam mewujudkan bandara tersebut yakni Publik Partnership Program, dimana pembangunan itu tidak murni dilakukan oleh swasta. “Saya justru berpikir ke depan, pembangunan itu tidak sepenuhnya swasta. Tetapi ada keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan pola Publik Fartnership Program,” akunya.
Menurut Koster, sebaiknya lokasi bandara itu di darat, karena akan lebih efisien dibanding di laut. Jika di laut, harus ada reklamasi, dan biaya pembangunan juga tinggi karena bandara di laut itu harus berteknologi tinggi. Sedangkan di darat, biayanya jauh lebih murah. Disamping itu, di darat kebutuhan lahannya ada, dan lahan yang dimanfaatkan itu kurang produktif, karena lahan berbatu.”Jadi kalau saya pribadi lebih realistis di darat. Saya kira untuk pemenuhan 1.000 hektare lahan, di wilayah itu ada. Tidak ada pemukiman di atas lahan itu. Jadi tata ruangnya sangat memungkinkan,” jelasnya.
Meski demikian, Koster tetap menyerahkan sepenuhnya kewenangan untuk menentukan lokasi tersebut kepada Kementerian Perhubungan. Jika dimungkinkan, Koster berharap pembangunan Bandara Buleleng bisa direncanakan setelah Pilgub Bali digelar. “Kami berharap ini dilakukan setelah proses Pilgub,” terangnya. *k19
Komentar