Pengunjung Lokal ke Museum Minim
Kunjungan warga lokal ke Museum Semarajaya, Kota Semarapura, Klungkung, masih sangat minim, dibandingkan wisatawan mancanegara.
SEMARAPURA, NusaBali
Rata-rata dalam sebulan kunjungan warga lokal sekitar 50 orang, sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara sampai 2.000 orang/bulan dan wisatawan domestik 400 orang/bulan.
Minimnya kunjungan warga lokal ini, terutama kalangan pelajar karena masih ada anggapan museum itu hanya sebagai tempat untuk menyimpan benda kuno dan terkesan tempat yang menakutkan. Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olaraga (Disbudpora) menggelar program terobosan sejak 2017 lalu yakni atraksi budaya ‘Museum Dihatiku’.
Program tersebut untuk memperkenalkan Museum Semarajaya kepada warga lokal khususnya kalangan pelajar. Selain itu juga digelar lomba melukis di areal Museum Semarajaya dengan teknik Lukis Klasik Wayang Kamasan. Karena lukisan itu juga termasuk salah satu peninggalan zaman kerajaan. “Kami berharap dengan program ‘Museum Dihatiku’ mampu mengedukasi pelajar tentang benda bersejarah sekaligus meningkatkan minat warga lokal mengunjungi museum,” ujar Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Museum Semarajaya, Ida Bagus Wibawa Adnyana, kepada NusaBali, Minggu (8/4).
Setidaknya kunjungan warga lokal ke Museum Semarajaya pun mengalami peningkatan, kalau sebelumnya rata-rata kunjungan warga lokal 10 orang/sebulan, kini rata-rata kunjungan menjadi 50 orang/bulan. Kata dia, pada tahun 2017 program ‘Museum Dihatiku’ digelar sekali saja, pada 2018 ini akan digelar selama empat kami. “Upaya ini memang mampu meningkatkan kunjungan warga lokal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ida Bagus Wibawa menyebut, minimnya kunjungan warga lokal salah satunya dikarenakan ada kesan bahwa di museum hanya menyimpan benda kuno saja bahkan ada kesan tempat yang seram. Paradigma inilah yang akan dirubah secara perlahan. “Banyak pelajaran tentang sejarah Klungkung yang bisa diperoleh lewat museum ini, terlebih sudah ada keterangan tentang benda-benda tersebut,” ujarnya. Museum Semarajaya dikelompokkan menjadi empat ruang dari selatan peninggalan tentang benda prasejarah, benda sejarah, tradisional dan paling utara tentang kesenian. *wan
Rata-rata dalam sebulan kunjungan warga lokal sekitar 50 orang, sedangkan kunjungan wisatawan mancanegara sampai 2.000 orang/bulan dan wisatawan domestik 400 orang/bulan.
Minimnya kunjungan warga lokal ini, terutama kalangan pelajar karena masih ada anggapan museum itu hanya sebagai tempat untuk menyimpan benda kuno dan terkesan tempat yang menakutkan. Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olaraga (Disbudpora) menggelar program terobosan sejak 2017 lalu yakni atraksi budaya ‘Museum Dihatiku’.
Program tersebut untuk memperkenalkan Museum Semarajaya kepada warga lokal khususnya kalangan pelajar. Selain itu juga digelar lomba melukis di areal Museum Semarajaya dengan teknik Lukis Klasik Wayang Kamasan. Karena lukisan itu juga termasuk salah satu peninggalan zaman kerajaan. “Kami berharap dengan program ‘Museum Dihatiku’ mampu mengedukasi pelajar tentang benda bersejarah sekaligus meningkatkan minat warga lokal mengunjungi museum,” ujar Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Museum Semarajaya, Ida Bagus Wibawa Adnyana, kepada NusaBali, Minggu (8/4).
Setidaknya kunjungan warga lokal ke Museum Semarajaya pun mengalami peningkatan, kalau sebelumnya rata-rata kunjungan warga lokal 10 orang/sebulan, kini rata-rata kunjungan menjadi 50 orang/bulan. Kata dia, pada tahun 2017 program ‘Museum Dihatiku’ digelar sekali saja, pada 2018 ini akan digelar selama empat kami. “Upaya ini memang mampu meningkatkan kunjungan warga lokal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ida Bagus Wibawa menyebut, minimnya kunjungan warga lokal salah satunya dikarenakan ada kesan bahwa di museum hanya menyimpan benda kuno saja bahkan ada kesan tempat yang seram. Paradigma inilah yang akan dirubah secara perlahan. “Banyak pelajaran tentang sejarah Klungkung yang bisa diperoleh lewat museum ini, terlebih sudah ada keterangan tentang benda-benda tersebut,” ujarnya. Museum Semarajaya dikelompokkan menjadi empat ruang dari selatan peninggalan tentang benda prasejarah, benda sejarah, tradisional dan paling utara tentang kesenian. *wan
1
Komentar