Dewan Soroti Pohon Pule di GKBK Jembrana
DPRD Jembrana menyoroti program penataan taman di depan Gedung Kesenian Bung Karno (GKBK) Jembrana, yang menggunakan pohon pule.
NEGARA, NusaBali
Pohon yang biasa disakralkan itu, dinilai kurang cocok sebagai penghias salah satu tempat rekreasi di kota Negara. Terlebih ketika besar nanti, pohon pule yang bisa mencapai tinggi hingga puluhan meter itu, dikhawatirkan mencelakai warga.
Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa saat mengikuti acara car free day di seputaran GKBK Jembrana, Minggu (8/4), mengaku tidak tahu apa yang menjadi dasar pemikiran sampai memilih pohon pule sebagai penghias akses masuk menuju GKBK Jembrana. Padahal, banyak jenis pohon lainnya. “Ini pohon yang bisa besar, dan kayunya termasuk kurang kokoh. Saya rasa kurang cocok ditanam di sini,” katanya.
Secara estetika, dia menilai pohon pule kurang cocok menjadi tanaman penghias. Apalagi, pohon pule selama ini identik angker. Hal itu akan membuat orang takut dan enggan datang ke GKBK. Padahal tujuan penataan di GKBK Jembrana, salah satunya membuat orang semakin tertarik datang. “Bisa-bisa nanti GKBK menjadi tempat hantu. Kalau begini kesannya malah membuat orang takut. Padahal selain tempat sarana rekreasi keluarga, di sini juga sering dijadikan tempat kegiatan pemerintah,” ujarnya.
Berdasar pemantauan Minggu (8/4), ada dua pohon pule dengan ukuran tinggi sekitar 5 meter yang masing-masing ditanam di pinggir akses masuk menuju GKBK Jembrana. Sedangkan di samping pohon pule itu, juga ditanami sejumlah tanaman hias. Sesuai papan proyek di lokasi, leading sector penataan taman di median seputaran GKBK Jembrana adalah Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jembrana, dengan nilai kontrak Rp 199. 416.000, dan waktu pelaksanaan selama 60 hari, tertanggal kontrak 19 Maret 2018.
Sementara Kadis LH Jembrana I Ketut Kariadi Erawan, dikonfirmasi pada Senin (9/4), mengatakan, penggunaan pohon pule sebagai penghias median tersebut, merupakan tren saat ini, dan bagus sebagai penghias. Seperti dicontohkan di Surabaya yang terkenal akan penataan tamannya, hampir semua median dan pedestrian, termasuk taman kota di Kantor Walikota Surabaya memakai pohon pule, dan terlihat bagus untuk penataan. “Kalau pule itu sampahnya sedikit, daunnya hijau, karakter batangnya bagus. Seperti contoh yang di selatan Gedung Kesenian juga ada pohon pule, itu kan bagus. Tergantung penataan dan perawatannya,” ujarnya. *ode
Pohon yang biasa disakralkan itu, dinilai kurang cocok sebagai penghias salah satu tempat rekreasi di kota Negara. Terlebih ketika besar nanti, pohon pule yang bisa mencapai tinggi hingga puluhan meter itu, dikhawatirkan mencelakai warga.
Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa saat mengikuti acara car free day di seputaran GKBK Jembrana, Minggu (8/4), mengaku tidak tahu apa yang menjadi dasar pemikiran sampai memilih pohon pule sebagai penghias akses masuk menuju GKBK Jembrana. Padahal, banyak jenis pohon lainnya. “Ini pohon yang bisa besar, dan kayunya termasuk kurang kokoh. Saya rasa kurang cocok ditanam di sini,” katanya.
Secara estetika, dia menilai pohon pule kurang cocok menjadi tanaman penghias. Apalagi, pohon pule selama ini identik angker. Hal itu akan membuat orang takut dan enggan datang ke GKBK. Padahal tujuan penataan di GKBK Jembrana, salah satunya membuat orang semakin tertarik datang. “Bisa-bisa nanti GKBK menjadi tempat hantu. Kalau begini kesannya malah membuat orang takut. Padahal selain tempat sarana rekreasi keluarga, di sini juga sering dijadikan tempat kegiatan pemerintah,” ujarnya.
Berdasar pemantauan Minggu (8/4), ada dua pohon pule dengan ukuran tinggi sekitar 5 meter yang masing-masing ditanam di pinggir akses masuk menuju GKBK Jembrana. Sedangkan di samping pohon pule itu, juga ditanami sejumlah tanaman hias. Sesuai papan proyek di lokasi, leading sector penataan taman di median seputaran GKBK Jembrana adalah Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jembrana, dengan nilai kontrak Rp 199. 416.000, dan waktu pelaksanaan selama 60 hari, tertanggal kontrak 19 Maret 2018.
Sementara Kadis LH Jembrana I Ketut Kariadi Erawan, dikonfirmasi pada Senin (9/4), mengatakan, penggunaan pohon pule sebagai penghias median tersebut, merupakan tren saat ini, dan bagus sebagai penghias. Seperti dicontohkan di Surabaya yang terkenal akan penataan tamannya, hampir semua median dan pedestrian, termasuk taman kota di Kantor Walikota Surabaya memakai pohon pule, dan terlihat bagus untuk penataan. “Kalau pule itu sampahnya sedikit, daunnya hijau, karakter batangnya bagus. Seperti contoh yang di selatan Gedung Kesenian juga ada pohon pule, itu kan bagus. Tergantung penataan dan perawatannya,” ujarnya. *ode
Komentar