Para Sipir 'Kecipratan' Hasil Pemerasan
Kemenkum HAM investigasi kasus napi peras wanita bermodus sebar video bugil
BANDUNG, NusaBali
Bobroknya lembaga pemasyarakatan (Lapas) kembali mencoreng dunia peradilan di Indonesia. Sejumlah sipir di lapas Jelekong, Kabupaten Bandung diduga ikut menikmati uang dari para napi hasil memeras 89 wanita dengan mengancam akan menyebarkan video bugil mereka. Petugas yang terlibat terancam terkena sanksi.
Hal itu terungkap dari pengaduan para narapidana yang terlibat pemerasan. Menurut mereka, praktik itu diketahui petugas lapas, bahkan uang hasil perasan masuk ke kantong petugas lapas."Uang dibagi-bagi ke napi lain termasuk ke petugas lapas," ucap salah satu napi, GN di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/4).
GN mengungkapkan jumlah uang yang dibagikan beragam. Namun ia menyebut nominal paling tinggi hingga Rp 40 juta."Paling tinggi seminggu sampai empat puluh juta (rupiah)," ungkapnya.Menurut GN, hampir seluruh pegawai lapas mengetahui dan menerima uang tersebut. Hampir 85 persen petugas lapas terlibat. "Kecuali Kalapas dia enggak tahu karena ini permainan napi," kata dia.
Uang tersebut, sambung GN sengaja diberikan untuk jaminan kepada napi. Sehingga para napi 'dijaga' apabila ada razia atau lainnya."Untuk menutupi kalau ada sidak (inspeksi mendadak) juga biar enggak ada masalah," katanya.
Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP M Yoris Maulana mengatakan pengakuan dari napi tersebut akan ditampung. Pihaknya masih mendalami adanya dugaan dari petugas Lapas.
"Ini masih belum selesai, masih akan dikembangkan. Kita akan koordinasi dengan kanwil Kemenkum HAM," kata Yoris.
Kanwil Kemenkum HAM Jawa Barat sendiri langsung merespons temuan kasus pemerasan oleh narapidana Lapas Jelekong Bandung terhadap puluhan wanita bermodus sebar video bugil. Kemenkum HAM Jabar membentuk tim investigasi menelusuri kasus tersebut.
"Saat ini setelah ada koordinasi, kita membentuk tim investigasi," ujar Kakanwil Kemenkum HAM Jabar Indro Purwoko di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Jabar, Kamis (12/4) seperti dilansir detik.
Tim gabungan, kata Indro, terdiri dari Inspektorat Kemenkum HAM dan Kanwil Kemenkum HAM. Tim akan menelusuri kebenaran dugaan hampir seluruh napi di Lapas Jelekong terlibat.
"Nanti hasilnya seperti apa, kita tunggu," ucap Indro.
Kasus pemerasan tersebut terungkap oleh jajaran Polrestabes Bandung. Para napi memanfaatkan media sosial untuk menjerat korban. Intens berkomunikasi, korban lalu diajak melakukan virtual seks. Pelaku mengajak chat sex, phone sex bahkan video call sex. Saat terjadinya video call sex, pelaku merekam. Rekaman itulah yang dijadikan 'senjata' pelaku untuk memeras korban. Pelaku dari dalam penjara ini meminta sejumlah uang agar video tak tersebar.Lantas apa yang menjadi motif para napi melakukan pemerasan?
"Sejauh ini yang kami temukan motifnya ekonomi. Artinya hanya untuk mencari uang," ucap Kapolrestabes Bandung Kombes Hendro Pandowo di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/4).
Uang terkumpul dari praktik pemerasan yang berlangsung dua tahun ini menembus ratusan juta rupiah. "Kita masih dalami uang itu untuk apa," kata Hendro.Bagaimana reaksi Kalapas Jelekong Rosidin? "Bukan kaget lagi, saya terpukul," ujar Rosidin kepada wartawan saat dikonfirmasi via sambungan telepon, Kamis (13/4).
Rosidin tak tahu menahu ihwal praktik pemerasan dilakoni napi Lapas Jelekong. Sebab dia baru menjabat sebagai Kalapas Jelekong. "Saya di sini baru dua bulan, mengisi kekosongan. Saya belum bisa katakan itu benar. Tapi memang kami sudah diperiksa inspektorat, hasilnya tunggu saja," ucap Rosidin. *
Bobroknya lembaga pemasyarakatan (Lapas) kembali mencoreng dunia peradilan di Indonesia. Sejumlah sipir di lapas Jelekong, Kabupaten Bandung diduga ikut menikmati uang dari para napi hasil memeras 89 wanita dengan mengancam akan menyebarkan video bugil mereka. Petugas yang terlibat terancam terkena sanksi.
Hal itu terungkap dari pengaduan para narapidana yang terlibat pemerasan. Menurut mereka, praktik itu diketahui petugas lapas, bahkan uang hasil perasan masuk ke kantong petugas lapas."Uang dibagi-bagi ke napi lain termasuk ke petugas lapas," ucap salah satu napi, GN di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/4).
GN mengungkapkan jumlah uang yang dibagikan beragam. Namun ia menyebut nominal paling tinggi hingga Rp 40 juta."Paling tinggi seminggu sampai empat puluh juta (rupiah)," ungkapnya.Menurut GN, hampir seluruh pegawai lapas mengetahui dan menerima uang tersebut. Hampir 85 persen petugas lapas terlibat. "Kecuali Kalapas dia enggak tahu karena ini permainan napi," kata dia.
Uang tersebut, sambung GN sengaja diberikan untuk jaminan kepada napi. Sehingga para napi 'dijaga' apabila ada razia atau lainnya."Untuk menutupi kalau ada sidak (inspeksi mendadak) juga biar enggak ada masalah," katanya.
Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP M Yoris Maulana mengatakan pengakuan dari napi tersebut akan ditampung. Pihaknya masih mendalami adanya dugaan dari petugas Lapas.
"Ini masih belum selesai, masih akan dikembangkan. Kita akan koordinasi dengan kanwil Kemenkum HAM," kata Yoris.
Kanwil Kemenkum HAM Jawa Barat sendiri langsung merespons temuan kasus pemerasan oleh narapidana Lapas Jelekong Bandung terhadap puluhan wanita bermodus sebar video bugil. Kemenkum HAM Jabar membentuk tim investigasi menelusuri kasus tersebut.
"Saat ini setelah ada koordinasi, kita membentuk tim investigasi," ujar Kakanwil Kemenkum HAM Jabar Indro Purwoko di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Jabar, Kamis (12/4) seperti dilansir detik.
Tim gabungan, kata Indro, terdiri dari Inspektorat Kemenkum HAM dan Kanwil Kemenkum HAM. Tim akan menelusuri kebenaran dugaan hampir seluruh napi di Lapas Jelekong terlibat.
"Nanti hasilnya seperti apa, kita tunggu," ucap Indro.
Kasus pemerasan tersebut terungkap oleh jajaran Polrestabes Bandung. Para napi memanfaatkan media sosial untuk menjerat korban. Intens berkomunikasi, korban lalu diajak melakukan virtual seks. Pelaku mengajak chat sex, phone sex bahkan video call sex. Saat terjadinya video call sex, pelaku merekam. Rekaman itulah yang dijadikan 'senjata' pelaku untuk memeras korban. Pelaku dari dalam penjara ini meminta sejumlah uang agar video tak tersebar.Lantas apa yang menjadi motif para napi melakukan pemerasan?
"Sejauh ini yang kami temukan motifnya ekonomi. Artinya hanya untuk mencari uang," ucap Kapolrestabes Bandung Kombes Hendro Pandowo di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/4).
Uang terkumpul dari praktik pemerasan yang berlangsung dua tahun ini menembus ratusan juta rupiah. "Kita masih dalami uang itu untuk apa," kata Hendro.Bagaimana reaksi Kalapas Jelekong Rosidin? "Bukan kaget lagi, saya terpukul," ujar Rosidin kepada wartawan saat dikonfirmasi via sambungan telepon, Kamis (13/4).
Rosidin tak tahu menahu ihwal praktik pemerasan dilakoni napi Lapas Jelekong. Sebab dia baru menjabat sebagai Kalapas Jelekong. "Saya di sini baru dua bulan, mengisi kekosongan. Saya belum bisa katakan itu benar. Tapi memang kami sudah diperiksa inspektorat, hasilnya tunggu saja," ucap Rosidin. *
1
Komentar