Premium Kerap Kosong
Pertamina Berkilah Permintaan Turun
DENPASAR, NusaBali
Ketersediaan BBM jenis Premium yang langka atau kerap kosong di sejumlah wilayah tanah air dan menjadi sorotan Presiden Joko Widodo juga terjadi di Denpasar. Beberapa SPBU kerap mengalami stok habis, alhasil pengguna kendaraan bermotor terpaksa mengalihkan BBM Premium ke Pertalite yang lebih mahal. Jika Premium Rp 6.450 per liter, maka Pertalite Rp 7.800 per liter.
“Tadi pagi stok ada kok,” kilah seorang petugas SPBU di wilayah Denpasar Timur. Lucunya jalur antrean bertulis Premium seperti yang terlihat di SPBU tersebut tetap dipisahkan dengan antrean Pertalite. Hanya saja ketika sampai pada dispenser pengisian, yang tersedia hanya Pertalite. Keluhan dari netizen terhadap kelangkaan Premium di Bali juga ditumpahkan lewat media sosial.
Menanggapi keluhan konsumen, Sales Executive Retail IX Marketing Branch Operation Region V Pertamina Aris Irmi, mengatakan Pertamina menyediakan menyediakan semua produk di seluruh kabupaten/kota di Bali. “Boleh dicek sekarang atau sore ini,” ujarnya, Senin (16/4) siang.
Menurut Aris Irmi, hampir hampir semua produk tersedia. Walau demikian diakui, memang di beberapa SPBU memilih khusus menjual BPK, mereka menjual Pertalite dan Pertamax. “Karena dari sisi permintaan lebih besar ,” jelasnya. “ Kita melayani apa yang diminta pasar,” tandasnya.
Menurut Aris Irmi, di Bali permintaan atau respons terhadap Pertalite sangat positif. Karena itulah, jelasnya sesuai dengan bisnis yang disuplai tentu permintaan yang banyak, harus diikuti. “Namun sekali lagi saya tegaskan, kita tidak melakukan pengaturan. Kita melayani apa yang diminta oleh pasar,” tegasnya.
Khusus untuk Pertalite, menurut Aris Irmi permintaan atau responsnya di Bali sangat positif. Sebelumnya Aris Irmi menjelaskan dari 2.200 sampai 2.400 kilo liter kebutuhan gasoline (bensin) per hari, 80 persen terdiri dari Pertalite dan Pertamax. Permintaan premium tinggal 20 persen. “Itulah yang harus dipenuhi. Jangan sampai sudah harganya lebih mahal dari premium, namun ketika orang beli stoknya tidak ada. Konyol kita,” ujar Aris Irmi.
Pergeseran kebutuhan BBK (bahan bakar khusus) atau respons positif, menurut Aris Irmi mulai terasa sejak setahun lalu. Di awal tahun 2017 penjualan masih berimbang antara premium dan BBK. Setengah dari yang dijual sehari-harinya, setengah premium, setengah BPK. Sampai akhir 2017 komposisinya jadi 80 : 20 persen. *k17
Ketersediaan BBM jenis Premium yang langka atau kerap kosong di sejumlah wilayah tanah air dan menjadi sorotan Presiden Joko Widodo juga terjadi di Denpasar. Beberapa SPBU kerap mengalami stok habis, alhasil pengguna kendaraan bermotor terpaksa mengalihkan BBM Premium ke Pertalite yang lebih mahal. Jika Premium Rp 6.450 per liter, maka Pertalite Rp 7.800 per liter.
“Tadi pagi stok ada kok,” kilah seorang petugas SPBU di wilayah Denpasar Timur. Lucunya jalur antrean bertulis Premium seperti yang terlihat di SPBU tersebut tetap dipisahkan dengan antrean Pertalite. Hanya saja ketika sampai pada dispenser pengisian, yang tersedia hanya Pertalite. Keluhan dari netizen terhadap kelangkaan Premium di Bali juga ditumpahkan lewat media sosial.
Menanggapi keluhan konsumen, Sales Executive Retail IX Marketing Branch Operation Region V Pertamina Aris Irmi, mengatakan Pertamina menyediakan menyediakan semua produk di seluruh kabupaten/kota di Bali. “Boleh dicek sekarang atau sore ini,” ujarnya, Senin (16/4) siang.
Menurut Aris Irmi, hampir hampir semua produk tersedia. Walau demikian diakui, memang di beberapa SPBU memilih khusus menjual BPK, mereka menjual Pertalite dan Pertamax. “Karena dari sisi permintaan lebih besar ,” jelasnya. “ Kita melayani apa yang diminta pasar,” tandasnya.
Menurut Aris Irmi, di Bali permintaan atau respons terhadap Pertalite sangat positif. Karena itulah, jelasnya sesuai dengan bisnis yang disuplai tentu permintaan yang banyak, harus diikuti. “Namun sekali lagi saya tegaskan, kita tidak melakukan pengaturan. Kita melayani apa yang diminta oleh pasar,” tegasnya.
Khusus untuk Pertalite, menurut Aris Irmi permintaan atau responsnya di Bali sangat positif. Sebelumnya Aris Irmi menjelaskan dari 2.200 sampai 2.400 kilo liter kebutuhan gasoline (bensin) per hari, 80 persen terdiri dari Pertalite dan Pertamax. Permintaan premium tinggal 20 persen. “Itulah yang harus dipenuhi. Jangan sampai sudah harganya lebih mahal dari premium, namun ketika orang beli stoknya tidak ada. Konyol kita,” ujar Aris Irmi.
Pergeseran kebutuhan BBK (bahan bakar khusus) atau respons positif, menurut Aris Irmi mulai terasa sejak setahun lalu. Di awal tahun 2017 penjualan masih berimbang antara premium dan BBK. Setengah dari yang dijual sehari-harinya, setengah premium, setengah BPK. Sampai akhir 2017 komposisinya jadi 80 : 20 persen. *k17
1
Komentar