Imunisasi JE, Satu Balita asal Karangasem Suspect JE
Imunisasi Japanese Enchaphilitis (JE) sedang digalakkan di Provinsi Bali.
DENPASAR, NusaBali
Namun pada imunisasi awal Maret lalu, seorang balita, IGEW, 5, asal Bugbug, Karangasem, ditunda untuk imunisasi lantaran diduga (suspect) JE.Balita tersebut sempat mendapatkan perawatan di RSUP Sanglah. Namun untuk mengetahui perkembangan kesehatannya, sang balita harus menjalani rawat jalan (kontrol) dua kali seminggu. Rabu (18/4) kemarin, balita tersebut kembali menjalani kontrol ke RSUP Sanglah.
"Balita tersebut hanya suspect (diduga), jadi belum tentu positif JE. Pasien sudah sembuh. Sekarang masih menunggu konfirmasi lab saja," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya dikonfirmasi kemarin malam.
Berdasarkan kronologis kejadian dari Dinas Kesehatan Karangasem, balita tersebut mengalami demam tinggi, pusing disertai kejang-kejang, pada 8 Maret 2018, dan langsung dilarikan ke RSUD Amlapura. Balita dirawat di RSUD Amlapura selama seminggu hingga 15 Maret. Selama perawatan tersebut, diketahui pasien terus mengalami penurunan kesadaran, hypertermia dan kurang gizi hingga mengakibatkan pasien kesulitan makan dan minum. Pasien didiagnosa suspect JE.
Melihat kondisi tersebut, akhirnya balita tersebut diputuskan untuk dirujuk perawatan ke RSUP Sanglah. Di RSUP Sanglah, dirawat hingga 6 April di sal Cempaka. Setelah kondisinya membaik, pasien diperbolehkan pulang dan melakukan rawat jalan. Sembari melakukan rawat jalan, hasil lab masih belum keluar.
"Selama perawatan di RS Sanglah, sudah dilakukan pemeriksaan cairan otak. Ini kemudian dikirim ke BTKL (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan) Surabaya untuk cek lab. Akan tetapi hasilnya memang belum keluar," imbuh dr Suarjaya.
Sementara itu, kepada balita tersebut masih belum dilakukan imunisasi. Hal ini karena masih menunggu hasil lab, dan juga menunggu kondisi balita itu benar-benar pulih. "Sebelumnya, pas petugas imunisasi mau memvaksin itu, karena pasien keburu panas jadinya batal divaksin. Sekarang setelah dirawat dan diperbolehkan pulang, imunisasi masih ditunda dulu sementara sampai melihat kondisi balita tersebut," jelas dr Suarjaya.
Untuk menekan potensi kasus JE di Bali, pihaknya mengimbau masyarakat agar mengoptimalkan vaksinasi JE untuk memberi kekebalan, surveilans penyakit lebih diaktifkan, serta promosi kesehatan dengan pemberantasan sarang nyamuk, dan kebersihan lingkungan terutama kandang-kandang hewan. *ind
"Balita tersebut hanya suspect (diduga), jadi belum tentu positif JE. Pasien sudah sembuh. Sekarang masih menunggu konfirmasi lab saja," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya dikonfirmasi kemarin malam.
Berdasarkan kronologis kejadian dari Dinas Kesehatan Karangasem, balita tersebut mengalami demam tinggi, pusing disertai kejang-kejang, pada 8 Maret 2018, dan langsung dilarikan ke RSUD Amlapura. Balita dirawat di RSUD Amlapura selama seminggu hingga 15 Maret. Selama perawatan tersebut, diketahui pasien terus mengalami penurunan kesadaran, hypertermia dan kurang gizi hingga mengakibatkan pasien kesulitan makan dan minum. Pasien didiagnosa suspect JE.
Melihat kondisi tersebut, akhirnya balita tersebut diputuskan untuk dirujuk perawatan ke RSUP Sanglah. Di RSUP Sanglah, dirawat hingga 6 April di sal Cempaka. Setelah kondisinya membaik, pasien diperbolehkan pulang dan melakukan rawat jalan. Sembari melakukan rawat jalan, hasil lab masih belum keluar.
"Selama perawatan di RS Sanglah, sudah dilakukan pemeriksaan cairan otak. Ini kemudian dikirim ke BTKL (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan) Surabaya untuk cek lab. Akan tetapi hasilnya memang belum keluar," imbuh dr Suarjaya.
Sementara itu, kepada balita tersebut masih belum dilakukan imunisasi. Hal ini karena masih menunggu hasil lab, dan juga menunggu kondisi balita itu benar-benar pulih. "Sebelumnya, pas petugas imunisasi mau memvaksin itu, karena pasien keburu panas jadinya batal divaksin. Sekarang setelah dirawat dan diperbolehkan pulang, imunisasi masih ditunda dulu sementara sampai melihat kondisi balita tersebut," jelas dr Suarjaya.
Untuk menekan potensi kasus JE di Bali, pihaknya mengimbau masyarakat agar mengoptimalkan vaksinasi JE untuk memberi kekebalan, surveilans penyakit lebih diaktifkan, serta promosi kesehatan dengan pemberantasan sarang nyamuk, dan kebersihan lingkungan terutama kandang-kandang hewan. *ind
1
Komentar