Desa Sambirenteng Krisis Air Bersih
Sumur bor bisa menjadi solusi. Hanya saja sudah mengalami gagal tender sebanyak dua kali.
Setiap KK Bisa Habiskan Rp 1 Juta Per Bulan
SINGARAJA, NusaBali
Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, termasuk salah satu desa di wilayah Buleleng Timur yang mengalami krisis air bersih berkepanjangan. Di musim panas, setiap kepala keluarga (KK) bisa membeli air bersih hingga Rp 1.000.000 lebih setiap bulannya.
Desa Sambirenteng terdiri dari tiga Banjar, masing-masing Banjar Geretek, Bemben, dan Banjar Vila Gading. Selama ini, warga dari ketiga banjar terutama bagian atas, selalu kesulitan air bersih. Apalagi di musim panas, warga di ketiga Banjar bagian atas ini terpaksa harus membeli air bersih ke luar desa. Bahkan, warga membeli air bersih hingga satu tangki dengan jumlah 6 meter kubik.
Kepala Desa (Perbekel) Sambirenteng, Wayan Ginantra, Rabu (18/4) mengungkapkan, sejatinya warga di tiga Banjar bagian atas mendapat pelayanan air bersih yang dikelola desa. Sumber airnya dari wilayah Bukit Gunung Sari wilayah Sambirenteng. Namun, karena debit air dari sumbernya kecil, sehingga pelayanan tidak maksimal. ”Kalau daerah bagian atas memang selalu krisis, karena debit air dari sumbernya di Gunung Sari itu kecil sekali. Kalau daerah bawah, ya tidak masalah karena sudah ada sumur bor,” katanya.
Masih kata Perbekel Ginantra, ketika musim panas, warga di tiga Banjar bagian atas selalu kesulitan air bersih. Selama ini, warga terpaksa membeli air bersih ke luar. Dan penjualan air bersih itu, dipasok dari wilayah Karangasem. “Belinya per tangki, kalau tidak salah Rp 200.000 per tangki. Dalam sepuluh hari sudah habis, tergantung pemakaiana, kadang juga untuk pakan ternak. Kalau dirata-rata per bulan itu bisa sampai Rp 1.000.000,” ungkap Ginantra.
Menurut Perbekel Ginantra, warganya berharap proyek sumur bor yang diprogramkan oleh Pemkab Buleleng segera terwujud, untuk mengatasi krisis air di tiga Banjar bagian atas. Karena survei lokasi sudah ditetapkan berada di antara Banjar Gretek dan Banjar Bemben bagian atas. “Survei lokasinya kan sudah selesai, tentu kami sangat berharap segera terwujud,” tandasnya.
Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya yang dikonfirmasi terpisah mengatakan, proyek sumur bor atau Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Desa Sambirenteng senilai Rp 2,3 miliar, sejatinya sudah lama dirancang. Hanya saja, proyek tersebut mengalami gagal tender dua kali. “Nah tahun ini kembali kami tenderkan, mudah-mudahan nanti tidak gagal tender lagi. Karena ada beberapa syarat yang sudah kami sesuaikan atau lebih diperingan,” katanya.
Proyek tersebut diperkirakan menghasilkan debit air 10 liter perdetik, sehingga mampu melayani warga yang ada di tiga Banjar bagian atas. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, termasuk salah satu desa di wilayah Buleleng Timur yang mengalami krisis air bersih berkepanjangan. Di musim panas, setiap kepala keluarga (KK) bisa membeli air bersih hingga Rp 1.000.000 lebih setiap bulannya.
Desa Sambirenteng terdiri dari tiga Banjar, masing-masing Banjar Geretek, Bemben, dan Banjar Vila Gading. Selama ini, warga dari ketiga banjar terutama bagian atas, selalu kesulitan air bersih. Apalagi di musim panas, warga di ketiga Banjar bagian atas ini terpaksa harus membeli air bersih ke luar desa. Bahkan, warga membeli air bersih hingga satu tangki dengan jumlah 6 meter kubik.
Kepala Desa (Perbekel) Sambirenteng, Wayan Ginantra, Rabu (18/4) mengungkapkan, sejatinya warga di tiga Banjar bagian atas mendapat pelayanan air bersih yang dikelola desa. Sumber airnya dari wilayah Bukit Gunung Sari wilayah Sambirenteng. Namun, karena debit air dari sumbernya kecil, sehingga pelayanan tidak maksimal. ”Kalau daerah bagian atas memang selalu krisis, karena debit air dari sumbernya di Gunung Sari itu kecil sekali. Kalau daerah bawah, ya tidak masalah karena sudah ada sumur bor,” katanya.
Masih kata Perbekel Ginantra, ketika musim panas, warga di tiga Banjar bagian atas selalu kesulitan air bersih. Selama ini, warga terpaksa membeli air bersih ke luar. Dan penjualan air bersih itu, dipasok dari wilayah Karangasem. “Belinya per tangki, kalau tidak salah Rp 200.000 per tangki. Dalam sepuluh hari sudah habis, tergantung pemakaiana, kadang juga untuk pakan ternak. Kalau dirata-rata per bulan itu bisa sampai Rp 1.000.000,” ungkap Ginantra.
Menurut Perbekel Ginantra, warganya berharap proyek sumur bor yang diprogramkan oleh Pemkab Buleleng segera terwujud, untuk mengatasi krisis air di tiga Banjar bagian atas. Karena survei lokasi sudah ditetapkan berada di antara Banjar Gretek dan Banjar Bemben bagian atas. “Survei lokasinya kan sudah selesai, tentu kami sangat berharap segera terwujud,” tandasnya.
Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya yang dikonfirmasi terpisah mengatakan, proyek sumur bor atau Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Desa Sambirenteng senilai Rp 2,3 miliar, sejatinya sudah lama dirancang. Hanya saja, proyek tersebut mengalami gagal tender dua kali. “Nah tahun ini kembali kami tenderkan, mudah-mudahan nanti tidak gagal tender lagi. Karena ada beberapa syarat yang sudah kami sesuaikan atau lebih diperingan,” katanya.
Proyek tersebut diperkirakan menghasilkan debit air 10 liter perdetik, sehingga mampu melayani warga yang ada di tiga Banjar bagian atas. *k19
1
Komentar