Tiga Istri Calon Pemimpin Daerah Bali Hadiri Sarasehan
Unhi Denpasar Kini Miliki Pusat Kajian Wanita Hindu
DENPASAR, NusaBali
Momen Hari Kartini tahun 2018 menjadi tonggak sejarah bagi Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar yang membentuk Pusat Kajian Wanita Hindu. Pusat kajian ini terbentuk usai sarasehan ‘Wanita Bali Bicara (dalam teks dan konteks)’ yang diselenggarakan Unit Kelompok Mahasiswa (UKM) Kelompok Diskusi Dipa Bhawana Unhi Denpasar, Kamis (19/4).
Sarasehan tersebut menghadirkan deretan tokoh perempuan Pulau Dewata yang selama ini menjadi figur bidang pendidikan, ekonomi, agama, seni budaya, hingga politik. Bahkan, tiga diantaranya merupakan istri dari calon-calon pemimpin daerah yang sedang tarung di Pilgub Bali 2018. Mereka adalah Ni Putu Putri Suastini (istri I Wayan Koster), Ida Ayu Selly Fajarini (istri IB Rai Dharmawijaya Mantra), dan Ida Ayu Ketut Sri Sumiatini (istri I Ketut Sudikerta).
Tokoh-tokoh perempuan itu mendapat kesempatan berbicara. Bahkan istri Koster, Putri Suastini yang notabene seorang seniman, sempat membacakan sebuah syair puisi tentang perempuan. Putri Suastini membacakan puisi berjudul ‘Sajak Untuk Drupadi (dan para perempuan yang dihinakan)’ karya Dhenok Kristianti. Sontak seisi ruangan bergidik dengan pembacaan puisi yang begitu membara dari Putri Suastini.
Di akhir acara sarasehan, akhirnya dibentuk Pusat Kajian Wanita Hindu. Gagasan ini sebenarnya merupakan ide dari salah satu dosen Unhi Denpasar, I Kadek Satria SAg MPdH. Dia berangkat dari filsafat atau pandangan Hindu, bahwa wanita adalah sumber kesuburan dan kebahagiaan. Dimanapun wanita dimuliakan, di sana ada kesejahteraan. Berangkat dari sini, Satria kemudian mengambil momen perjuangan perempuan, yakni Hari Kartini untuk menyampaikan gagasan tersebut. “Gagasan ini sudah lama, namun saya mencari momen yang tepat. Nah, pada sarasehan inilah kami dari Unhi Denpasar langsung membentuk Pusat Kajian Wanita Hindu. Atas izin dari pak rektor, gagasan ini bisa terwujud,” ungkap Satria.
Untuk pembentukan pengurus, kata dia, terpilih Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda sebagai Ketua Pusat Kajian Wanita Hindu. Selanjutnya, untuk struktur pengurus dan program-program yang akan dijalankan akan disempurnakan lebih lanjut. Yang jelas, kini di Unhi Denpasar berdiri sebuah kajian khusus untuk wanita Hindu. “Selama ini kajian untuk wanita sudah sangat banyak, tapi untuk Wanita Hind belum ada,” katanya.
Dalam Pusat Kajian Wanita Hindu, kata Satria, akan mengkaji bagaimana posisi perempuan Hindu di Bali. Bagaimana peranan perempuan di Bali dalam bidang adat dan budaya yang selama ini memiliki andil besar dalam setiap pelaksanaan upacara. Meski harus memegang teguh segalan tradisi, Wanita Hindu juga harus mampu menghadapi tantangan masa kini yang semakin global tanpa meninggalkan jati diri sebagai wanita Hindu. “Yang akan dikaji adalah bagaimana sepak terjang wanita Hindu di Bali di tengah tradisi dan modernisasi,” katanya.
Selain mengkaji peranan, permasalahan-permasalahan pelik terkait kehidupan perempuan Hindu Bali juga akan dikaji. Sebab tidak bisa dipungkiri, selain wanita Hindu Bali memiliki peran besar terhadap tanah kelahirannya, justru ada pula sederet masalah yang dihadapi para wanita Hindu Bali. “Contohnya masalah kedudukan, kemudian hak atas harta warisan, kemudian bagaimana jika terjadi perceraian, sedangkan banyak yang tidak bisa diselesaikan dengan cara hukum nasional. Kami berharap nanti kajian-kajian ini bisa digunakan sebagai masukan bagi pemerintah. Karenanya kami juga bersinergi dengan lintas terkait,” ucap Satria.
Sementara Rektor Unhi Denpasar Prof Dr drh I Made Damriyasa MS mengatakan, kalau kampus setempat ingin menjadi menjadi pusat pengkajian dan pengembangan nilai kebudayaan Hindu, tentu yang banyak harus dikembangkan adalah pusat studi dan pusat kajian. Pihaknya mendukung adanya Pusat Kajian Wanita Hindu di Unhi Denpasar. “Salah satu yang belum ada selama ini adalah pusat kajian wanita Hindu, di antaranya akan mengkaji konsep-konsep Hindu tentang peran perempuan, yang kegiatannya meliputi riset, workshop, seminar, hingga publikasi ke dunia internasional,” tandasnya. *ind
Sarasehan tersebut menghadirkan deretan tokoh perempuan Pulau Dewata yang selama ini menjadi figur bidang pendidikan, ekonomi, agama, seni budaya, hingga politik. Bahkan, tiga diantaranya merupakan istri dari calon-calon pemimpin daerah yang sedang tarung di Pilgub Bali 2018. Mereka adalah Ni Putu Putri Suastini (istri I Wayan Koster), Ida Ayu Selly Fajarini (istri IB Rai Dharmawijaya Mantra), dan Ida Ayu Ketut Sri Sumiatini (istri I Ketut Sudikerta).
Tokoh-tokoh perempuan itu mendapat kesempatan berbicara. Bahkan istri Koster, Putri Suastini yang notabene seorang seniman, sempat membacakan sebuah syair puisi tentang perempuan. Putri Suastini membacakan puisi berjudul ‘Sajak Untuk Drupadi (dan para perempuan yang dihinakan)’ karya Dhenok Kristianti. Sontak seisi ruangan bergidik dengan pembacaan puisi yang begitu membara dari Putri Suastini.
Di akhir acara sarasehan, akhirnya dibentuk Pusat Kajian Wanita Hindu. Gagasan ini sebenarnya merupakan ide dari salah satu dosen Unhi Denpasar, I Kadek Satria SAg MPdH. Dia berangkat dari filsafat atau pandangan Hindu, bahwa wanita adalah sumber kesuburan dan kebahagiaan. Dimanapun wanita dimuliakan, di sana ada kesejahteraan. Berangkat dari sini, Satria kemudian mengambil momen perjuangan perempuan, yakni Hari Kartini untuk menyampaikan gagasan tersebut. “Gagasan ini sudah lama, namun saya mencari momen yang tepat. Nah, pada sarasehan inilah kami dari Unhi Denpasar langsung membentuk Pusat Kajian Wanita Hindu. Atas izin dari pak rektor, gagasan ini bisa terwujud,” ungkap Satria.
Untuk pembentukan pengurus, kata dia, terpilih Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda sebagai Ketua Pusat Kajian Wanita Hindu. Selanjutnya, untuk struktur pengurus dan program-program yang akan dijalankan akan disempurnakan lebih lanjut. Yang jelas, kini di Unhi Denpasar berdiri sebuah kajian khusus untuk wanita Hindu. “Selama ini kajian untuk wanita sudah sangat banyak, tapi untuk Wanita Hind belum ada,” katanya.
Dalam Pusat Kajian Wanita Hindu, kata Satria, akan mengkaji bagaimana posisi perempuan Hindu di Bali. Bagaimana peranan perempuan di Bali dalam bidang adat dan budaya yang selama ini memiliki andil besar dalam setiap pelaksanaan upacara. Meski harus memegang teguh segalan tradisi, Wanita Hindu juga harus mampu menghadapi tantangan masa kini yang semakin global tanpa meninggalkan jati diri sebagai wanita Hindu. “Yang akan dikaji adalah bagaimana sepak terjang wanita Hindu di Bali di tengah tradisi dan modernisasi,” katanya.
Selain mengkaji peranan, permasalahan-permasalahan pelik terkait kehidupan perempuan Hindu Bali juga akan dikaji. Sebab tidak bisa dipungkiri, selain wanita Hindu Bali memiliki peran besar terhadap tanah kelahirannya, justru ada pula sederet masalah yang dihadapi para wanita Hindu Bali. “Contohnya masalah kedudukan, kemudian hak atas harta warisan, kemudian bagaimana jika terjadi perceraian, sedangkan banyak yang tidak bisa diselesaikan dengan cara hukum nasional. Kami berharap nanti kajian-kajian ini bisa digunakan sebagai masukan bagi pemerintah. Karenanya kami juga bersinergi dengan lintas terkait,” ucap Satria.
Sementara Rektor Unhi Denpasar Prof Dr drh I Made Damriyasa MS mengatakan, kalau kampus setempat ingin menjadi menjadi pusat pengkajian dan pengembangan nilai kebudayaan Hindu, tentu yang banyak harus dikembangkan adalah pusat studi dan pusat kajian. Pihaknya mendukung adanya Pusat Kajian Wanita Hindu di Unhi Denpasar. “Salah satu yang belum ada selama ini adalah pusat kajian wanita Hindu, di antaranya akan mengkaji konsep-konsep Hindu tentang peran perempuan, yang kegiatannya meliputi riset, workshop, seminar, hingga publikasi ke dunia internasional,” tandasnya. *ind
1
Komentar