Hanya Tersisa 2 Dokar di Klungkung
Tahun 1970, di Klungkung terdapat 50 dokar. Trayek terpanjang, Kota Semarapura – Desa Pesinggahan sekitar 8 km.
SEMARAPURA, NusaBali
Jumlah dokar di Klungkung, khususnya Kota Semarapura, semakin berkurang. Selain sepi penumpang, angkutan tradisional ini juga mengalami kelangkaan kusir. Kini, di kota ini hanya ada dua dokar yang mencari muatan di depan Pasar Semarapura Klungkung, sebelah timur Obyek Wisata Kertha Gosa.
Pantauan NusaBali, Jumat (20/2), dua kusir dokar tersebut yakni I Wayan Dunung,70, dan adiknya Nyoman Dania,59, asal Kelurahan Semarapura Klod, Kota Semarapura, Klungkung. “Dua bulan lalu sudah berkurang lagi satu dokarnya. Karena kusirnya sudah tua dan pendangannya sudah kabur,” ujar Wayan Dunung. Sehingga yang bersangkutan kini sudah istirahat di rumahnya. Kudanya pun sudah dijual ke Karangasem. Kuda itu sekarang digunakan setiap Minggu oleh keluarga pembeli untuk jalan-jalan rekreasi di Pantai Padangbai, Karangasem. “Jumlah dokar saat ini terus berkurang karena tidak ada regenerasi,” katanya.
Kusir dokar sejak era tahun 1978 ini menyebutkan, sekitar tahun 1970, di Klungkung terdapat 50 dokar. Trayek dokar terpanjang, Kota Semarapura –
Desa Pesinggahan sekitar 8 km, Kota Semarapura - Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, atau arah barat sepanjang 4 km. Dokar juga bergerak ke arah selatan hingga Desa Tangkas, dan utara hingga Desa Tegak. Kala itu, dokar menjadi sarana transportasi utama bagi masyarakat. Seiring berjalannya waktu, jumlah dokar semakin menurun. Tahun 2014 tersisa tiga dokar, tahun 2018 tinggal dua dokar. “Hanya kami berdua saja yang masih bertahan. Karena ini sudah pekerjaan dari dulu, saya akan bertahan semampunya,” ungkap Dunung.
Untuk pendapatan, selama ini mereka hanya mengandalkan muatan dari para ibu-ibu usai belanja di Pasar Semarapura. Setidaknya dalam sehari bisa mendapatkan 10 penumpang, tarif Rp 5.000/penumpang di areal Kota Semarapura. “Sehari saya rata-rata mendapatkan pemasukan Rp 50.000, belum dipotong biaya pakan bisa Rp 20.000/hari,” katanya.
Sedangkan muatan dari wisatawan mancanegara sepi. Kecuali wisatawan memang sangat suka naik dokar. “Saya dapat muatan wisatawan paling dua bulan sekali,” ujarnya. Kata dia, wisatawan kurang tertarik naik dokar. Dari Pemkab sendiri memang rencananya menggandeng dokar ini untuk mendukung program city tour (kota wisata) Kota Semarapura. *wan
Jumlah dokar di Klungkung, khususnya Kota Semarapura, semakin berkurang. Selain sepi penumpang, angkutan tradisional ini juga mengalami kelangkaan kusir. Kini, di kota ini hanya ada dua dokar yang mencari muatan di depan Pasar Semarapura Klungkung, sebelah timur Obyek Wisata Kertha Gosa.
Pantauan NusaBali, Jumat (20/2), dua kusir dokar tersebut yakni I Wayan Dunung,70, dan adiknya Nyoman Dania,59, asal Kelurahan Semarapura Klod, Kota Semarapura, Klungkung. “Dua bulan lalu sudah berkurang lagi satu dokarnya. Karena kusirnya sudah tua dan pendangannya sudah kabur,” ujar Wayan Dunung. Sehingga yang bersangkutan kini sudah istirahat di rumahnya. Kudanya pun sudah dijual ke Karangasem. Kuda itu sekarang digunakan setiap Minggu oleh keluarga pembeli untuk jalan-jalan rekreasi di Pantai Padangbai, Karangasem. “Jumlah dokar saat ini terus berkurang karena tidak ada regenerasi,” katanya.
Kusir dokar sejak era tahun 1978 ini menyebutkan, sekitar tahun 1970, di Klungkung terdapat 50 dokar. Trayek dokar terpanjang, Kota Semarapura –
Desa Pesinggahan sekitar 8 km, Kota Semarapura - Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, atau arah barat sepanjang 4 km. Dokar juga bergerak ke arah selatan hingga Desa Tangkas, dan utara hingga Desa Tegak. Kala itu, dokar menjadi sarana transportasi utama bagi masyarakat. Seiring berjalannya waktu, jumlah dokar semakin menurun. Tahun 2014 tersisa tiga dokar, tahun 2018 tinggal dua dokar. “Hanya kami berdua saja yang masih bertahan. Karena ini sudah pekerjaan dari dulu, saya akan bertahan semampunya,” ungkap Dunung.
Untuk pendapatan, selama ini mereka hanya mengandalkan muatan dari para ibu-ibu usai belanja di Pasar Semarapura. Setidaknya dalam sehari bisa mendapatkan 10 penumpang, tarif Rp 5.000/penumpang di areal Kota Semarapura. “Sehari saya rata-rata mendapatkan pemasukan Rp 50.000, belum dipotong biaya pakan bisa Rp 20.000/hari,” katanya.
Sedangkan muatan dari wisatawan mancanegara sepi. Kecuali wisatawan memang sangat suka naik dokar. “Saya dapat muatan wisatawan paling dua bulan sekali,” ujarnya. Kata dia, wisatawan kurang tertarik naik dokar. Dari Pemkab sendiri memang rencananya menggandeng dokar ini untuk mendukung program city tour (kota wisata) Kota Semarapura. *wan
Komentar