Asa Kartini, Emansipasi Wanita di Era Digital
Melihat sosok wanita merupakan ciptaan tuhan yang feminim, cerdas, dan tangguh. Bagi tradisi timur, wanita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat.
Tanggal 21 April, di Indonesia diperingati sebagai hari Kartini atau bagi sebagian kalangan mereka menyebutnya sebagai hari emansipasi wanita. Hari Kartini di tetapkan oleh Soekarno pada tahun 1964. Kartini yang memiliki nama lengkap Raden Adjeng Kartini merupakan sosok wanita yang mempelopori kebangkitan perempuan pribumi. Pada zaman feodal, kondisi sosial wanita hanya sebagai obyek bukan pendukung yang ikut meningkatkan taraf hidup keluarga. Pemikiran-pemikiran Kartini saat itu merupakan cerminan dari gejolak hati nurani melihat tekanan sosial masyarakat jawa kala itu. Pemikiran revolusionernya dia tulis di dalam surat-surat yang berisikan ide dan cita-citanya untuk merubah wajah wanita pribumi agar bisa mendapatkan hak yang sama untuk menuntut ilmu, dan belajar.
Kongres Perempuan Indonesia menjadikan tonggak perjuangan indonesia yang lebih terorganisir. Kongres yang diadakan di Jogjakarta ini menjadi fondasi awal pergerakan perempuan untuk mendukung para pejuang dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di era pemerintah orde baru, dibentuklah organisasi wanita dari tingkat daerah hingga pusat, yaitu PKK, Dharma Wanita, dan Dharma Pertiwi.
Saat ini wanita sudah banyak mendapatkan pendidikan yang layak seperti apa yang diharapkan oleh RA Kartini, tetapi masih saja terjadi dikotomi wanita di berbagai bidang.
Emansipasi wanita pada era dunia digital sepertinya menjadi angin segar dalam kebebasan berekspresi. Mereka tidak hanya sibuk dalam kodrat sebagai ibu rumah tangga tetapi mereka juga turut andil dalam kemajuan bangsa.
Wanita indonesia sudah melek teknologi mereka mulai paham manfaat teknologi, ditangan mereka teknologi mereka manfaatkan sebagai ajang mencari koneksi dan mitra kerja untuk bisa menghasilkan pendapatan keluarga. Ekonomi kreatif saat ini banyak di dominasi oleh wanita, mereka penuh imajinatif dalam memanfaatkan teknologi.
Dengan kemajuan dunia, diharapkan wanita indonesia tetap memegang teguh budayanya. Norma adat dan agama tetap menjadi batas bagi wanita indonesia, Karena imbas teknologi menyebabkan mereka sering kebablasan. Kemudahan akses internet membuat mereka tanpa sadar mengupload hal-hal privasi yang jauh keluar dari norma-norma adat ketimuran. Melek teknologi sudah menjadi kewajiban tetapi jangan sampai kebablasan.
Dunia digital itu tanpa batas, jangan sampai wanita indonesia terjebak di dalamnya dan tenggelam dikelamnya dunia digital. Wanita simbol kesucian dan kecerdasan jangan sampai apa yang dia tampilkan di media menjadi sorotan negatif dan merobohkan harapan dan cita-cita Kartini.
Wanita indonesia harus berpendidikan tinggi, bukan hanya untuk karir saja tetapi mempersiapkan anak-anak mereka sebagai penerus bangsa ini dengan pengetahuan.
Perempuan muda bebas bertualang mengetahui berbagai hal guna menambah literatur kehidupan dan menjadi cermin perubahan indonesia.
Perempuan adalah kunci baik dan buruknya suatu bangsa, mengutip petuah Bung Karno “Kalau Perempuan itu baik, maka jayalah negaranya. Tetapi kalau perempuan itu buruk, maka runtuhlah negara”.
Penulis : I Gusti Agung Gede Artanegara
Pemerhati Teknologi Dan Budaya Kemendikbud RI
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar