Muncul Cairan Limbah Misterius
“Ini kejahatan yang sistematis. Pelaku sudah merencanakan kejahatan ini. Ini ranahnya pidana lingkungan. Akibat dari limbah ini menyebabkan bau dan dikeluhkan oleh wisatawan” (Kepala DLHK Badung, I Putu Eka Merthawan)
Mengalir ke Kawasan ITDC Nusa Dua
MANGUPURA, NusaBali
Cairan limbah misterius berbau busuk, berwarna putih, dan berlendir ditemukan di Tukad Penataran, Sawangan, Desa Adat Peminge, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Limbah yang belum diketahui asal muasal itu mengalir ke dalam kawasan ‘elit’ Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) tepatnya pada pintu masuk Hotel St Regis.
Limbah pencemar lingkungan tersebut mengalir ke Tukad Penataran melalui pipa paralon berukuran 12 dim. Pipa tersebut tertanam di dalam tanah dan ujung pipanya ke luar pada dasar Tukad Penataran. Limbah yang keluar dari dalam pipa berwarnah putih itu pun mengalir dengan deras tak ubahnya seperti air mancur alami. Pada sekitar pancuran itu tergenang cairan berbau busuk yang dipenuhi ulat dan jentik nyamuk.
Kadis Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung, I Putu Eka Merthawan didampingin Kabid Penindakan Lingkungan Hidup I Negah Sukarta, bersama pihak Kelurahan Benoa, pihak St Regis, dan Satpol PP BKO Kuta Selatan saat turun memeriksa keberadaan cairan limbah misterius itu, Minggu (22/4) mengaku mengetahuinya berawal dari aduan masyarakat pada 17 April lalu. Dikatakan, dilihat dari debit limbah yang keluar diduga limbah itu bukan limbah rumah tangga.
Setelah mendapat aduan masyarakat pihaknya langsung menerjunkan tim untuk mengecek dan pengambilan sampel. Saat tim sampai di lokasi memang benar ada cairan yang mengalir dan berbau busuk. Tim pun melakukan pengecekan mendalam, maka ditemukan pipa paralon sebesar 12 dim. Nah, pada saat pipa itu dipotong keluarlah cairan limbah.
Guna menemui sumber dan pelaku pembuang cairan, tim melakukan pencarian. Ternyata pada ujung pipa paralon yang ditanam di bawah tanah itu terdapat saluran bis beton yang berukuran dua kali dari pipa paralon. Bis beton itu juga tertanam dalam tanah pada dasar Tukad Penataran yang bermuara di sebelah timur Pantai Geger. Cairan berwarna putih, berlendir, dan berbusuk yang keluar dari dalam pipa 12 dim dialirkan lagi melalui bis beton itu sepanjang 150 meter ke arah selatan. Ujungnya tepat berada di bawah jembatan pada pintu masuk Hotel St Regis. Namun sayangnya hingga kemarin tim belum mengetahui sumbernya.
Merthawan mengaku akan berkoordinasi dengan Dinas PUPR Badung untuk secara bersama-sama mencari sumber cairan limbah tersebut. “Kami akan gandeng PUPR karena jaringan pipa ini tertanam di dalam fasilitas jalan. Ini kejahatan yang sistematis. Pelaku sudah merencanakan kejahatan ini. Ini ranahnya pidana lingkungan. Akibat dari limbah ini menyebabkan bau dan dikeluhkan oleh wisatawan. Saya tak habis pikir, kejadian ini berada di kawasan ITDC. Kita ketahui bersama kawasan ITDC ini merupakan kawasan megah dan elit. Sementara untuk mengurangi bau kami menggunakan obat kimia Effective Microoganisme-4(EM4) baik pada timbunan limbah yang keluar dari bawah pohon maupun pada ujung bis beton,” tuturnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada saat ditemukan pipa 12 dim, pihaknya memerintahkan ITDC untuk menutup pipa yang sebelumnya telah dipotong. Setelah ditutup ternyata cairan limbah itu keluar tepat di bawah akar pohon yang di atasnya terdapat Pura Penataran. Dia menduga pipa yang tertanam bawah tanah itu bocor, makanya pada saat ditutup paksa pada lubang pembuangan utamanya limbah keluar dari dalam tanah melalui akar pohon.
Hingga pada pengecekan yang dilakukan kemarin Merthawan belum bisa memastikan ataupun menduga siapa yang melakukan kejahatan lingkungan itu. Dia berjanji terus mengusut sumber dari limbah itu dan melakukan pengecekan terhadap semua hotel yang ada di sekitar lokasi. “Besok (hari ini) kami akan obok-obok semua hotel yang ada di sekitar sini. Kami akan mengecek semua izin dari hotel yang ada di sekitar ini. Terutama mengenai pegelolaan Ipalnya. Saat ini yang bisa kami lakukan adalah mengurangi bau busuk. Yang dikeluhkan tamu adalah baunya, bukan siapa yang membuang limbahnya,” paparnya.
Untuk memberi kenyamanan dan membuat pemandangan asri pihaknya memerintahkan pihak St Regis dan ITDC untuk membersihkan semua sampah yang terdapat pada badan atau alur sungai yang tercemar. “Saya sudah perintahkan pihak ITDC dan St Regis untuk membersihkan lingkungan sekitar. Ini bukan tempat main-main. Selain ini kawasan elit kawasan sekitar ini merupakan tempat suci. Di sini terdapat Pura Penataran. Harus dibersihkan seperti selayaknya tempat suci. Sungai, pohon, laut adalah tempat suci,” tegasnya.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Divisi Operasi Kawasan Nusa Dua, Made Pariwijaya mengaku tak mengetahui sumber limbah itu. "Kami tak mengetahui siapa yang memasang pipa dan bis beton itu. Rembesan limbah yang menggenang itu berada di luar kawasan dan mengalir ke dalam kawasan hingga di depan Hotel St Regis," tuturnya.
Dia mengaku justru yang melaporkan limbah itu adalah pihak ITDC. Dimana aliran limbah yang berbau itu mengganggu kenyamanan wisatawan yang lewat di sekitar lokasi tersebut. "Kami tak tau pipa itu siapa yang buat dan yang punya. Pipa itu sudah dibongkar dan nyatanya limbah itu tetap mengalir. Kami tak bisa memastikan limbah itu sumbernya dari mana. Karena tak tahu sumbernya makanya kami minta petunjuk kepada Dinas LHK," tuturnya. *p
MANGUPURA, NusaBali
Cairan limbah misterius berbau busuk, berwarna putih, dan berlendir ditemukan di Tukad Penataran, Sawangan, Desa Adat Peminge, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Limbah yang belum diketahui asal muasal itu mengalir ke dalam kawasan ‘elit’ Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) tepatnya pada pintu masuk Hotel St Regis.
Limbah pencemar lingkungan tersebut mengalir ke Tukad Penataran melalui pipa paralon berukuran 12 dim. Pipa tersebut tertanam di dalam tanah dan ujung pipanya ke luar pada dasar Tukad Penataran. Limbah yang keluar dari dalam pipa berwarnah putih itu pun mengalir dengan deras tak ubahnya seperti air mancur alami. Pada sekitar pancuran itu tergenang cairan berbau busuk yang dipenuhi ulat dan jentik nyamuk.
Kadis Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung, I Putu Eka Merthawan didampingin Kabid Penindakan Lingkungan Hidup I Negah Sukarta, bersama pihak Kelurahan Benoa, pihak St Regis, dan Satpol PP BKO Kuta Selatan saat turun memeriksa keberadaan cairan limbah misterius itu, Minggu (22/4) mengaku mengetahuinya berawal dari aduan masyarakat pada 17 April lalu. Dikatakan, dilihat dari debit limbah yang keluar diduga limbah itu bukan limbah rumah tangga.
Setelah mendapat aduan masyarakat pihaknya langsung menerjunkan tim untuk mengecek dan pengambilan sampel. Saat tim sampai di lokasi memang benar ada cairan yang mengalir dan berbau busuk. Tim pun melakukan pengecekan mendalam, maka ditemukan pipa paralon sebesar 12 dim. Nah, pada saat pipa itu dipotong keluarlah cairan limbah.
Guna menemui sumber dan pelaku pembuang cairan, tim melakukan pencarian. Ternyata pada ujung pipa paralon yang ditanam di bawah tanah itu terdapat saluran bis beton yang berukuran dua kali dari pipa paralon. Bis beton itu juga tertanam dalam tanah pada dasar Tukad Penataran yang bermuara di sebelah timur Pantai Geger. Cairan berwarna putih, berlendir, dan berbusuk yang keluar dari dalam pipa 12 dim dialirkan lagi melalui bis beton itu sepanjang 150 meter ke arah selatan. Ujungnya tepat berada di bawah jembatan pada pintu masuk Hotel St Regis. Namun sayangnya hingga kemarin tim belum mengetahui sumbernya.
Merthawan mengaku akan berkoordinasi dengan Dinas PUPR Badung untuk secara bersama-sama mencari sumber cairan limbah tersebut. “Kami akan gandeng PUPR karena jaringan pipa ini tertanam di dalam fasilitas jalan. Ini kejahatan yang sistematis. Pelaku sudah merencanakan kejahatan ini. Ini ranahnya pidana lingkungan. Akibat dari limbah ini menyebabkan bau dan dikeluhkan oleh wisatawan. Saya tak habis pikir, kejadian ini berada di kawasan ITDC. Kita ketahui bersama kawasan ITDC ini merupakan kawasan megah dan elit. Sementara untuk mengurangi bau kami menggunakan obat kimia Effective Microoganisme-4(EM4) baik pada timbunan limbah yang keluar dari bawah pohon maupun pada ujung bis beton,” tuturnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada saat ditemukan pipa 12 dim, pihaknya memerintahkan ITDC untuk menutup pipa yang sebelumnya telah dipotong. Setelah ditutup ternyata cairan limbah itu keluar tepat di bawah akar pohon yang di atasnya terdapat Pura Penataran. Dia menduga pipa yang tertanam bawah tanah itu bocor, makanya pada saat ditutup paksa pada lubang pembuangan utamanya limbah keluar dari dalam tanah melalui akar pohon.
Hingga pada pengecekan yang dilakukan kemarin Merthawan belum bisa memastikan ataupun menduga siapa yang melakukan kejahatan lingkungan itu. Dia berjanji terus mengusut sumber dari limbah itu dan melakukan pengecekan terhadap semua hotel yang ada di sekitar lokasi. “Besok (hari ini) kami akan obok-obok semua hotel yang ada di sekitar sini. Kami akan mengecek semua izin dari hotel yang ada di sekitar ini. Terutama mengenai pegelolaan Ipalnya. Saat ini yang bisa kami lakukan adalah mengurangi bau busuk. Yang dikeluhkan tamu adalah baunya, bukan siapa yang membuang limbahnya,” paparnya.
Untuk memberi kenyamanan dan membuat pemandangan asri pihaknya memerintahkan pihak St Regis dan ITDC untuk membersihkan semua sampah yang terdapat pada badan atau alur sungai yang tercemar. “Saya sudah perintahkan pihak ITDC dan St Regis untuk membersihkan lingkungan sekitar. Ini bukan tempat main-main. Selain ini kawasan elit kawasan sekitar ini merupakan tempat suci. Di sini terdapat Pura Penataran. Harus dibersihkan seperti selayaknya tempat suci. Sungai, pohon, laut adalah tempat suci,” tegasnya.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Divisi Operasi Kawasan Nusa Dua, Made Pariwijaya mengaku tak mengetahui sumber limbah itu. "Kami tak mengetahui siapa yang memasang pipa dan bis beton itu. Rembesan limbah yang menggenang itu berada di luar kawasan dan mengalir ke dalam kawasan hingga di depan Hotel St Regis," tuturnya.
Dia mengaku justru yang melaporkan limbah itu adalah pihak ITDC. Dimana aliran limbah yang berbau itu mengganggu kenyamanan wisatawan yang lewat di sekitar lokasi tersebut. "Kami tak tau pipa itu siapa yang buat dan yang punya. Pipa itu sudah dibongkar dan nyatanya limbah itu tetap mengalir. Kami tak bisa memastikan limbah itu sumbernya dari mana. Karena tak tahu sumbernya makanya kami minta petunjuk kepada Dinas LHK," tuturnya. *p
1
Komentar