Gedung Baru SMPN 8 Singaraja Segera Dibangun
Penghuni Mess LLK Bingung Belum Ada Sosialisasi Pengosongan
SINGARAJA, NusaBali
Penghuni rumah mess Lembaga Latihan Kerja (LLK) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Buleleng yang berlokasi di Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng dilanda kebingungan. Seminggu menjelang proses pembangunan gedung baru SMPN 8 Buleleng yang memanfaatkan setengah lahan LLK di bagian belakang, penghuni mess hingga kini mengaku belum mendapatkan sosialisasi.
Pasalnya empat bangunan mess LLK yang dua di antaranya kini masih ditempati, masuk zona lahan pembangunan gedung baru SMPN 8 Singaraja. Penghuni mess pun mengaku khawatir jika tiba-tiba diperintahkan untuk melakukan pengosongan rumah.
Menurut seorang penghuni mess LLK, I Nyoman Wirya mengatakan pihaknya tidak mengetahui pasti rencana pembangunan gedung SMPN 8 Singaraja. Namun dari informasi yang didengarnya, lahan di sebelah selatan rumah mess yang ditempatinya akan dimanfaatkan oleh Disdikpora Buleleng untuk membangun gedung SMPN 8 Singaraja.
Lahan seluas 95 are itu pun berimbas pada tiga rumah mess yang dua di antaranya kini ditempati oleh instruktur LLK, yakni Putu Oka Ariantara dan Putu Juwinda. “Kami selaku warga yang tinggal di sini belum ada informasi atau sosialisasi dari pihak terkait, kapan pembangunan di mulai teman kami di depan ini juga belum ada diberitahu kapan harus pindah, karena rumah mess yang ditempati akan digunakan lahan SMPN tiba-tiba kemarin sudah ada pembersihan,” kata dia.
Pihaknya yang merupakan staf LLK yang sudah bertahun-tahun tinggal di sana mengkhawatirkan jika dinas terkait meminta untuk mengosongkan mess tiba-tiba. “Ya walaupun kami hanya pindah ke mess lain di kompleks ini kan juga perlu waktu,” kata dia.
Plt Kabid Aset, Badan Keuangan daerah (BKD) Buleleng, Made Pasda Gunawan dikonfirmasi terpisah mengenai hal tersebut membenarkan pihaknya belum melakukan sosialisasi kepada warga yang tinggal di mess LLK. Pihaknya pun mengaku baru melakukan pendataan jumlah rumah mess dan yang saat ini masih ditempati. Dari 12 rumah mess yang ada di kantor LLK, 5 di antaranya terisi, dua rusak parah dan lima rumah kosong. Rencananya dua instruktur penghuni mess yang masuk zona akan dipindahkan ke rumah yang saat ini tidak ditempati.
“Kami baru melakukan penjajakan dan pendataan rumah mess. Sosialisasi paling lambat minggu depan, karena acara ngeruak dan proses pembangunan akan dilakukan bertahap,” kata dia. Sementara itu Kadisdikpora Buleleng, Gede Suyasa dihubungi terpisah mengatakan bahwa SMPN 8 Singaraja sudah sempat melakukan kerja bakti dan pembersihan lahan pada Jumat (20/4) lalu.
Proses pembangunan gedung baru SMPN 8 Singaraja yang akan diawali dengan pembangunan lima ruang kelas dan satu kantor dianggarkan Rp 900 juta dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Proses pembangunan pun disebutnya akan dilakukan secara swadaya oleh pihak sekolah. “Karena kita masih terganjal anggaran dikerjakan secara swadaya, saat ini sedang selesaikan DED (detail engineering desaign). Setelah itu selesai dan anggarannya diamprah dana akan kami cairkan ke rekening sekolah,” ungkap dia.
Terkait pemanfaatan lahan seluas 95 are di kantor LLK Disnakertrans, pihaknya pun mengatakan tidak memerlukan penyerahan aset. Karena sejauh ini, lahan yang dimanfaatkan untuk LLK selama ini seluar 1,95 hektare sudah bersertifikat Pemkab Buleleng. Pemanfaatan lahan setengah LLK menjadi gedung SMP, hanya memerlukan surat keterangan dari Bupati terkait pembagian pemanfaatan lahan. *k23
Penghuni rumah mess Lembaga Latihan Kerja (LLK) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Buleleng yang berlokasi di Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng dilanda kebingungan. Seminggu menjelang proses pembangunan gedung baru SMPN 8 Buleleng yang memanfaatkan setengah lahan LLK di bagian belakang, penghuni mess hingga kini mengaku belum mendapatkan sosialisasi.
Pasalnya empat bangunan mess LLK yang dua di antaranya kini masih ditempati, masuk zona lahan pembangunan gedung baru SMPN 8 Singaraja. Penghuni mess pun mengaku khawatir jika tiba-tiba diperintahkan untuk melakukan pengosongan rumah.
Menurut seorang penghuni mess LLK, I Nyoman Wirya mengatakan pihaknya tidak mengetahui pasti rencana pembangunan gedung SMPN 8 Singaraja. Namun dari informasi yang didengarnya, lahan di sebelah selatan rumah mess yang ditempatinya akan dimanfaatkan oleh Disdikpora Buleleng untuk membangun gedung SMPN 8 Singaraja.
Lahan seluas 95 are itu pun berimbas pada tiga rumah mess yang dua di antaranya kini ditempati oleh instruktur LLK, yakni Putu Oka Ariantara dan Putu Juwinda. “Kami selaku warga yang tinggal di sini belum ada informasi atau sosialisasi dari pihak terkait, kapan pembangunan di mulai teman kami di depan ini juga belum ada diberitahu kapan harus pindah, karena rumah mess yang ditempati akan digunakan lahan SMPN tiba-tiba kemarin sudah ada pembersihan,” kata dia.
Pihaknya yang merupakan staf LLK yang sudah bertahun-tahun tinggal di sana mengkhawatirkan jika dinas terkait meminta untuk mengosongkan mess tiba-tiba. “Ya walaupun kami hanya pindah ke mess lain di kompleks ini kan juga perlu waktu,” kata dia.
Plt Kabid Aset, Badan Keuangan daerah (BKD) Buleleng, Made Pasda Gunawan dikonfirmasi terpisah mengenai hal tersebut membenarkan pihaknya belum melakukan sosialisasi kepada warga yang tinggal di mess LLK. Pihaknya pun mengaku baru melakukan pendataan jumlah rumah mess dan yang saat ini masih ditempati. Dari 12 rumah mess yang ada di kantor LLK, 5 di antaranya terisi, dua rusak parah dan lima rumah kosong. Rencananya dua instruktur penghuni mess yang masuk zona akan dipindahkan ke rumah yang saat ini tidak ditempati.
“Kami baru melakukan penjajakan dan pendataan rumah mess. Sosialisasi paling lambat minggu depan, karena acara ngeruak dan proses pembangunan akan dilakukan bertahap,” kata dia. Sementara itu Kadisdikpora Buleleng, Gede Suyasa dihubungi terpisah mengatakan bahwa SMPN 8 Singaraja sudah sempat melakukan kerja bakti dan pembersihan lahan pada Jumat (20/4) lalu.
Proses pembangunan gedung baru SMPN 8 Singaraja yang akan diawali dengan pembangunan lima ruang kelas dan satu kantor dianggarkan Rp 900 juta dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Proses pembangunan pun disebutnya akan dilakukan secara swadaya oleh pihak sekolah. “Karena kita masih terganjal anggaran dikerjakan secara swadaya, saat ini sedang selesaikan DED (detail engineering desaign). Setelah itu selesai dan anggarannya diamprah dana akan kami cairkan ke rekening sekolah,” ungkap dia.
Terkait pemanfaatan lahan seluas 95 are di kantor LLK Disnakertrans, pihaknya pun mengatakan tidak memerlukan penyerahan aset. Karena sejauh ini, lahan yang dimanfaatkan untuk LLK selama ini seluar 1,95 hektare sudah bersertifikat Pemkab Buleleng. Pemanfaatan lahan setengah LLK menjadi gedung SMP, hanya memerlukan surat keterangan dari Bupati terkait pembagian pemanfaatan lahan. *k23
1
Komentar