LCS BI Gagal Tahan Pelemahan Rupiah
Strategi Bank Indonesia dengan memberi fasilitas penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) kepada pelaku usaha eksportir maupun importir, gagal dan tidak memiliki dampak besar menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar.
JAKARTA, NusaBali
“Hal itu disebabkan karena masih dominannya penggunaan mata uang dolar oleh pelaku usaha dalam melakukan transaksi ekspor-impornya, yang mencapai 90 persen secara global,”kata Bhima Yudhistira, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance atau INDEF,
Selasa (24/4).
Dia menduga, hal yang menyebabkan pelaku usaha belum mau menggunakan mata uang lokal dalam fasilitas LCS yang disediakan Bank Indonesia, karena minimnya likuiditas mata uang asing yang disediakan bank selain dolar AS.
"Sekarang, kalau mau ekspor-impor misalkan pakai yuan, tetapi likuiditasnya enggak ada jadi permintaan penawaran yuan itu pasokannya di bank domestik itu enggak mencukupi. Akhirnya, eksportir juga malas melakukan transaksi pakai mata uang melalui LCS tadi, misalkan kalau transaksi ekspor impor," ucap Bhima, kepada viva.co.id.
Bhima juga meyakini, adanya fasilitas LCS tersebut juga pada dasarnya akan sulit mendorong pelaku usaha ekspor-impor menggunakan mata uang lokal dalam melakukan transaksi perdagangan luar negerinya, sebab transaksi mereka tidak hanya ke satu negara, sehingga penggunaan dolar dianggap lebih efisien. *
“Hal itu disebabkan karena masih dominannya penggunaan mata uang dolar oleh pelaku usaha dalam melakukan transaksi ekspor-impornya, yang mencapai 90 persen secara global,”kata Bhima Yudhistira, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance atau INDEF,
Selasa (24/4).
Dia menduga, hal yang menyebabkan pelaku usaha belum mau menggunakan mata uang lokal dalam fasilitas LCS yang disediakan Bank Indonesia, karena minimnya likuiditas mata uang asing yang disediakan bank selain dolar AS.
"Sekarang, kalau mau ekspor-impor misalkan pakai yuan, tetapi likuiditasnya enggak ada jadi permintaan penawaran yuan itu pasokannya di bank domestik itu enggak mencukupi. Akhirnya, eksportir juga malas melakukan transaksi pakai mata uang melalui LCS tadi, misalkan kalau transaksi ekspor impor," ucap Bhima, kepada viva.co.id.
Bhima juga meyakini, adanya fasilitas LCS tersebut juga pada dasarnya akan sulit mendorong pelaku usaha ekspor-impor menggunakan mata uang lokal dalam melakukan transaksi perdagangan luar negerinya, sebab transaksi mereka tidak hanya ke satu negara, sehingga penggunaan dolar dianggap lebih efisien. *
Komentar