258 Siswa Ikuti UNBK Paket C
258 peserta menempuh Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Kejar Paket C di SMPN 1 Gianyar, Jumat (27/4).
Kuli Bangunan, Penyandang Disabilitas hingga Siswi Nikah
GIANYAR, NusaBali
Peserta ujian ini dari beragam latar belakang. Pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melati Kecamatan Payangan Drs I Nyoman Resep mengatakan, paket C ini masih diminati karena tidak semua masyarakat Gianyar berkesempatan mengenyam pendidikan formal. Beberapa faktor penyebabnya seperti kendala ekonomi, menikah muda, menyandang disabilitas, dan faktor lingkungan. “Cukup banyak peserta saat ini yang terlanjur kawin sebelum lulus SMA/SMK. Sehingga mereka menempuh paket C agar tetap bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi atau minimal memiliki ijazah setara SMA,” jelasnya.
Ijazah setara SMA ini dirasa penting karena tuntutan jaman. “Misal di hotel, sekalipun tukang kebun, minimal harus memiliki ijazah setara SMA. Apalagi posisi lain. Di samping, ijazah ini bisa juga untuk melanjutkan ke Perguruan tinggi,” ujarnya.
Pihaknya sudah melihat langsung, beberapa peserta didiknya yang lulus Paket C kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi, masa depannya lebih cerah. “Sudah ada yang jadi guru maupun PNS,” terangnya.
UNBK Paket C ini diikuti 258 peserta dari lima PKBM yakni PKBM Melati Kecamatan Payangan, Gesing Lestari Tegallalang, Widya Merta Santi Tegallang, Cempaka Ubud, Widya Asrama Gianyar. Seperti halnya, UNBK SMA/SMK, jadwal UNBK Paket C juga berlangsung empat hari hingga Senin (30/4) nanti. Ujian dibagi menjadi 3 sesi, pagi-siang dan sore. Termuda peserta UNBK Paket C ini berusia 18 tahun, sedangkan paling tua dari usia 48 tahun. “Juga ada 3 peserta penyandang disabilitas yang ikut serta,” imbuhnya.
Usia tertua, yakni seorang Kuli Bangunan I Ketut Suena, asal Banjar/Desa Petulu, Kecamatan Ubud. Suami dari Ni Made Watiningsih ini semangat menempuh ujian untuk menggapai cita-citanya yang tertunda sebagai arsitek. Bapak dua anak ini, mengaku menyesal dulu tidak melanjutkan ke jenjang SMA. Namun waktu itu ia tak bisa berbuat banyak, lantaran orangtuanya tak mampu membiayai sekolah. “Dulu terpaksa putus sekolah, karena tidak ada biaya,” jelasnya. Akibat putus sekolah, Suena menghabiskan waktunya menjadi tukang bangunan. Kini, Suena pun mengaku sudah menguasai teknik bangunan mulai dari pondasi hingga finishing. Setelah cukup bekal, Ketut Suena pun menikah. “Saya dari 5 tahun lalu ngebet ingin ikut Paket C, sebab ingin kuliah di jurusan Teknik Warmadewa. Saya cita-cita jadi arsitek. Tapi baru tahun ini kesampaian, karena sebelumnya kondisi tidak memungkinkan karena orangtua sakit dan anak-anak masih kecil,” ungkapnya.
Bagi Suena, usia tua tak menyurutkan semangatnya untuk menggapai cita-cita. Apalagi saat ini, Ketut Suena sudah naik jabatan sebagai pemborong bangunan. Untuk mempersiapkan ujian ini, Suena belajar sungguh-sungguh. “Kebetulan anak saya kelas III SMP di Ubud, ujiannya hampir barengan. Jadi saat anak belajar, saya ikut,” jelasnya.
Peserta penyandang disabilitas, Sang Ayu Made Sriani,43, mengaku iktu ujian untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Sang Ayu yang sehari-hari tinggal di Yayasan Bakti Senang Hati ini pun tiga tahun lalu menempuh UN Paket B. “Ya karena kondisinya seperti ini, saya sulit ikut sekolah formal. Syukur tiga tahun lalu lulus paket B, sekarang ikut paket C,” jelasnya. Selain dua peserta ini, ada pula peserta termuda Yunika,18, yang ikut Paket C lantaran saat menempuh pendidikan formal di SMKN 1 Gianyar, dirinya menikah muda. “Dulu putus sekolah karena hamil lalu menikah. Astungkara sekarang bisa lanjut lagi, nanti mau kuliah,” ungkapnya. *nvi
1
Komentar