Kopi Indonesia Pikat AS
Kopi premium Indonesia berhasil mencatatkan transaksi potensial senilai 25 juta dolar AS pada pameran Global Specialty Coffee Expo (GSCE) 2018 di Washington State Convention Center, Seattle, Amerika Serikat.
WASHINGTON, NusaBali
Atase Perdagangan Washington DC Reza Pahlevi mengatakan bahwa kopi premium unggulan Indonesia berhasil mencuri perhatian dunia dalam pameran kopi terbesar di Amerika Utara tersebut. Peningkatan tren di kalangan pencinta kopi Amerika dapat dimanfaatkan sebagai peluang mempromosikan kopi premium Indonesia.
"Pemerintah Indonesia bersinergi dengan para produsen kopi Indonesia untuk terus berupaya mempromosikan berbagai varian kopi unggulan tanah air," kata Reza, dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (27/4).
Pada GSCE yang berlangsung 19-22 April lalu, Paviliun Indonesia menampilkan cita rasa kopi unggulan dari berbagai daerah di Indonesia. Kopi-kopi tersebut antara lain sumatra gayo, sumatra simalungun, lampung robusta, liberica tungkal jambi, java preanger, java ijen raung, java sindoro, bali kintamani, dan lainnya.
Ragam kopi yang dikeringkan dengan metode giling basah, honey, dan natural juga ditampilkan. Perbedaan metode tersebut memperkaya cita rasa kopi yang dipamerkan, sehingga membuat para pengunjung semakin tertarik untuk mengenal lebih dekat kopi Indonesia.
Paviliun Indonesia yang menempati area Hall 4A merupakan wujud dari sinergi antara KBRI Washington DC melalui Atase Perdagangan dan Atase Pertanian, KJRI San Francisco, ITPC Los Angeles, dan ITPC Chicago.
Potensi pasar kopi di AS, menurut Reza, masih terbuka lebar. Jika pada tahun 2016 impor kopi AS bernilai 5,6 miliar dolar AS, maka pada tahun 2017 impornya meningkat sebesar sepuluh persen menjadi 6,1 miliar dolar AS.Saat ini Indonesia berada di urutan keenam negara pengekspor kopi ke AS dengan pangsa pasar 5,05 persen.
Reza mencatat, ekspor kopi Indonesia ke AS mencapai 312 juta dolar AS pada 2017. Nilai ini meningkat dari tahun 2016 yang jumlahnya 304 juta dolar AS, meskipun beberapa negara utama eksportir kopi ke AS seperti Brasil dan Peru justru mencatatkan penurunan ekspor.
"Momentum peningkatan ekspor kopi Indonesia ke pasar AS harus dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha kopi di Indonesia untuk semakin memperkenalkan berbagai varian kopi premium Indonesia," kata Reza.
Negeri Paman Sam tersebut merupakan pangsa pasar yang sangat atraktif bagi para eksportir kopi di seluruh dunia. Departemen Pertanian AS (USDA), memprediksi tingkat konsumsi kopi AS akan menyentuh angka 1,55 juta ton pada tahun 2018, menjadikan AS berada pada peringkat kedua dunia setelah Uni Eropa untuk tingkat importasi kopi.
Pameran kopi premium GSCE kali ini diikuti 422 peserta pameran yang berasal dari 41 negara. Pameran ini merupakan rujukan bagi para penikmat kopi dunia untuk mengetahui tren maupun informasi terkini mengenai kopi premium. Pameran dikunjungi oleh lebih dari 13 ribu pengunjung, dan hampir setengahnya merupakan buyer internasional.*ant
Atase Perdagangan Washington DC Reza Pahlevi mengatakan bahwa kopi premium unggulan Indonesia berhasil mencuri perhatian dunia dalam pameran kopi terbesar di Amerika Utara tersebut. Peningkatan tren di kalangan pencinta kopi Amerika dapat dimanfaatkan sebagai peluang mempromosikan kopi premium Indonesia.
"Pemerintah Indonesia bersinergi dengan para produsen kopi Indonesia untuk terus berupaya mempromosikan berbagai varian kopi unggulan tanah air," kata Reza, dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (27/4).
Pada GSCE yang berlangsung 19-22 April lalu, Paviliun Indonesia menampilkan cita rasa kopi unggulan dari berbagai daerah di Indonesia. Kopi-kopi tersebut antara lain sumatra gayo, sumatra simalungun, lampung robusta, liberica tungkal jambi, java preanger, java ijen raung, java sindoro, bali kintamani, dan lainnya.
Ragam kopi yang dikeringkan dengan metode giling basah, honey, dan natural juga ditampilkan. Perbedaan metode tersebut memperkaya cita rasa kopi yang dipamerkan, sehingga membuat para pengunjung semakin tertarik untuk mengenal lebih dekat kopi Indonesia.
Paviliun Indonesia yang menempati area Hall 4A merupakan wujud dari sinergi antara KBRI Washington DC melalui Atase Perdagangan dan Atase Pertanian, KJRI San Francisco, ITPC Los Angeles, dan ITPC Chicago.
Potensi pasar kopi di AS, menurut Reza, masih terbuka lebar. Jika pada tahun 2016 impor kopi AS bernilai 5,6 miliar dolar AS, maka pada tahun 2017 impornya meningkat sebesar sepuluh persen menjadi 6,1 miliar dolar AS.Saat ini Indonesia berada di urutan keenam negara pengekspor kopi ke AS dengan pangsa pasar 5,05 persen.
Reza mencatat, ekspor kopi Indonesia ke AS mencapai 312 juta dolar AS pada 2017. Nilai ini meningkat dari tahun 2016 yang jumlahnya 304 juta dolar AS, meskipun beberapa negara utama eksportir kopi ke AS seperti Brasil dan Peru justru mencatatkan penurunan ekspor.
"Momentum peningkatan ekspor kopi Indonesia ke pasar AS harus dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha kopi di Indonesia untuk semakin memperkenalkan berbagai varian kopi premium Indonesia," kata Reza.
Negeri Paman Sam tersebut merupakan pangsa pasar yang sangat atraktif bagi para eksportir kopi di seluruh dunia. Departemen Pertanian AS (USDA), memprediksi tingkat konsumsi kopi AS akan menyentuh angka 1,55 juta ton pada tahun 2018, menjadikan AS berada pada peringkat kedua dunia setelah Uni Eropa untuk tingkat importasi kopi.
Pameran kopi premium GSCE kali ini diikuti 422 peserta pameran yang berasal dari 41 negara. Pameran ini merupakan rujukan bagi para penikmat kopi dunia untuk mengetahui tren maupun informasi terkini mengenai kopi premium. Pameran dikunjungi oleh lebih dari 13 ribu pengunjung, dan hampir setengahnya merupakan buyer internasional.*ant
1
Komentar