Terkendala Dana, Pengembangan Penelitian Mentok
"Anak-anak kami rata-rata setiap tahunnya memperoleh 250 medali dibawa pulang. Namun mereka memilih tidak melanjutkan penelitiannya karena tidak ada dana untuk mengembangkan itu,”
DENPASAR, NusaBali
Hasil penelitian dalam bidang akademik siswa SMAN 3 Denpasar ternyata selama ini hanya mentok pada sebatas prestasi dalam Lomba Nasional dan Internasional. Padahal, penelitian-penelitian yang harusnya dapat dikembangkan dalam dunia industri dan bernilai ekonomis berhenti setelah tahapan lomba selesai.
Kepala sekolah SMAN 3 Denpasar IB Sudirga saat dikonfirmasi, Minggu (29/4) mengatakan, selama ini berbagai lomba dalam bidang akademik siswanya selalu mendapatkan juara baik itu peraih emas, perak, maupun perunggu dalam ajang Internasional. Sayangnya kata Sudirga, selama ini tidak ada perhatian dari pihak terkait untuk mengembangkan penelitian siswa yang bisa bersaing dalam pembuatan produk Internasional.
Lanjut Sudirga, selama ini siswa-siswa Trisma berupaya mengharumkan nama bangsa Indonesia khususnya Bali dalam ajang Internasional. Namun, dengan keterbatasan dana yang dimiliki, para siswa berprestasi tidak melanjutkan lagi penelitiannya dan cenderung memilih untuk ditinggalkan.
"Anak-anak kami rata-rata setiap tahunnya memperoleh 250 medali dibawa pulang. Namun mereka memilih tidak melanjutkan penelitiannya karena tidak ada dana untuk mengembangkan itu, apalagi kami disekolah sangat minim dana. Mengirim siswa ke ajang lomba saja sudah bersyukur," ungkapnya.
Maka dari itu, Sudirga menginginkan adanya peran serta pemerintah untuk memperhatikan siswa-siswa berprestasi ini. "Saya berharap sekali ada campur tangan pemerintah dalam hal pengembangan keahlian siswa kami. Karena jika tidak maka mereka akan meninggalkan penelitian itu walaupun sudah diakui internasional bahwa hasil penelitian siswa kami mampu bersaing dalam dunia industri. Seperti pembuatan shampo alami, pemanfaatan bahan limbah yang dapat mengganti penggunaan bahan kimia," jelasnya.
Lanjut Sudirga, jika ada dukungan pihaknya meyakini setelah lulus dari SMA siswa SMAN 3 Denpasar dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap daerah. Selain itu, dengan skill yang ada juga bisa memiliki pekerjaan sesuai dengan keahlian yang mereka kembangkan. "Harapan kami mereka bisa terus berkembang," imbuhnya.
Sementara salah satu siswa yang mendapat medali emas pada ajang ajang Wintex berkat penelitian RACE (Innovation of Lead and Carbon Filtering Tool Based on Electrophoresis and Chitosan-Carageenan Membrane) mengatakan, ia yang memiliki hampir 4 penelitian semuanya mentok pada lomba internasional. Setelah itu, penelitian tersebut tidak dikembangkan lagi lantaran tidak ada dana yang dipakai untuk membeli bahan penelitian dan biaya ujicoba.
"Sudah 4 penelitian yang saya lakukan, tapi karena terkendala dana ya harus saya tinggalkan. Kalau ada lomba saya cari penelitian lain lagi, tetap saja seperti itu. Gak dikembangkan sama sekali. Sekarang ada penelitian super kapasitor yang harusnya saya kembangkan terpaksa tidak saya lanjutkan lagi," ungkapnya. *m
Hasil penelitian dalam bidang akademik siswa SMAN 3 Denpasar ternyata selama ini hanya mentok pada sebatas prestasi dalam Lomba Nasional dan Internasional. Padahal, penelitian-penelitian yang harusnya dapat dikembangkan dalam dunia industri dan bernilai ekonomis berhenti setelah tahapan lomba selesai.
Kepala sekolah SMAN 3 Denpasar IB Sudirga saat dikonfirmasi, Minggu (29/4) mengatakan, selama ini berbagai lomba dalam bidang akademik siswanya selalu mendapatkan juara baik itu peraih emas, perak, maupun perunggu dalam ajang Internasional. Sayangnya kata Sudirga, selama ini tidak ada perhatian dari pihak terkait untuk mengembangkan penelitian siswa yang bisa bersaing dalam pembuatan produk Internasional.
Lanjut Sudirga, selama ini siswa-siswa Trisma berupaya mengharumkan nama bangsa Indonesia khususnya Bali dalam ajang Internasional. Namun, dengan keterbatasan dana yang dimiliki, para siswa berprestasi tidak melanjutkan lagi penelitiannya dan cenderung memilih untuk ditinggalkan.
"Anak-anak kami rata-rata setiap tahunnya memperoleh 250 medali dibawa pulang. Namun mereka memilih tidak melanjutkan penelitiannya karena tidak ada dana untuk mengembangkan itu, apalagi kami disekolah sangat minim dana. Mengirim siswa ke ajang lomba saja sudah bersyukur," ungkapnya.
Maka dari itu, Sudirga menginginkan adanya peran serta pemerintah untuk memperhatikan siswa-siswa berprestasi ini. "Saya berharap sekali ada campur tangan pemerintah dalam hal pengembangan keahlian siswa kami. Karena jika tidak maka mereka akan meninggalkan penelitian itu walaupun sudah diakui internasional bahwa hasil penelitian siswa kami mampu bersaing dalam dunia industri. Seperti pembuatan shampo alami, pemanfaatan bahan limbah yang dapat mengganti penggunaan bahan kimia," jelasnya.
Lanjut Sudirga, jika ada dukungan pihaknya meyakini setelah lulus dari SMA siswa SMAN 3 Denpasar dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap daerah. Selain itu, dengan skill yang ada juga bisa memiliki pekerjaan sesuai dengan keahlian yang mereka kembangkan. "Harapan kami mereka bisa terus berkembang," imbuhnya.
Sementara salah satu siswa yang mendapat medali emas pada ajang ajang Wintex berkat penelitian RACE (Innovation of Lead and Carbon Filtering Tool Based on Electrophoresis and Chitosan-Carageenan Membrane) mengatakan, ia yang memiliki hampir 4 penelitian semuanya mentok pada lomba internasional. Setelah itu, penelitian tersebut tidak dikembangkan lagi lantaran tidak ada dana yang dipakai untuk membeli bahan penelitian dan biaya ujicoba.
"Sudah 4 penelitian yang saya lakukan, tapi karena terkendala dana ya harus saya tinggalkan. Kalau ada lomba saya cari penelitian lain lagi, tetap saja seperti itu. Gak dikembangkan sama sekali. Sekarang ada penelitian super kapasitor yang harusnya saya kembangkan terpaksa tidak saya lanjutkan lagi," ungkapnya. *m
Komentar