Bekas Rumah Ibadah Jadi Sarang Tindak Penipuan
Penggerebekan rumah mewah berlantai II di Perumahan Mutiara, Banjar Semate, Kelurahan Abianbase, Kecamatan Mengwi, Badung, pada Selasa (1/5) sekitar pukul 13.30 Wita membuahkan cerita miris. Pasalnya, para pecalang dan bendesa setempat tidak diizinkan masuk ke dalam rumah, setelah rumah dikontrak oleh wisatawan China tersebut.
MANGUPURA, NusaBali
Yang lebih memprihatinkan, rumah milik Hendrik Pardede itu dulunya sempat dijadikan tempat ibadah, namun belakangan dijadikan sebagai sarang tindak penipuan. Bandesa Adat Semate I Gede Suryadi, 54, menerangkan, penggerebekan yang dilakukan oleh petugas gabungan dari Polda Bali terhadap salah satu rumah yang ada di wilayahnya itu membuatnya terkejut. Pasalnya, selama ini rumah berlantai II milik Hendrik Pardede asal Medan yang juga pengembang perumahan itu pernah digunakan sebagai tempat ibadah. Dulunya, rumah tersebut masih terbuka dengan kedatangan petugas pecalang yang melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Namun, semenjak adanya pengontrak berkewarganegaraan China, pihaknya tidak mengetahui lagi aktivitas di dalam rumah.
“Pas pemiliknya itu tinggal di sini (TKP), kami selalu datang periksa sekali atau dua bulan sekali ke sini. Dulu kan tempat ini juga dijadikan untuk berdoa. Ya, tempat ibadah gitu lah, sering kumpul-kumpul. Tapi, belakangan justru semakin tertutup dan tidak diperbolehkan lagi (masuk ke rumah),” ungkap Suryadi saat ditemui di lokasi penggerebekan.
Pihaknya sama sekali tidak menaruh curiga rumah tersebut digunakan oleh sindikat penipuan cyber crime atau cyber fraud. Pasalnya, tidak ada aktivitas yang tampak terlihat dari luar. Pun suara atau komunikasi para pengguna tidak terdengar lantaran dalam rumah telah dipasang peredam suara. “Rumah ini kan cukup besar. Sebagian besar rumah berada di pinggir jalan, dan langsung keluar gang menuju jalan raya. Sehingga tidak terpantau sama sekali. Begitu juga dengan penghuninya, tidak lihat mereka sejak tinggal di sana sejak Maret ini. Hanya ada satu perubahan dari rumah yakni antena yang tinggi di samping rumah. Kalau dulu nggak ada antena itu,” tuturnya.
Sedangkan Ketua Pecalang Banjar Semate I Putu Sutresna, 57, yang mengaku kerap memeriksa KTP penghuni pendatang yang berada di wilayah tersebut, termasuk di rumah yang digerebek. Selama ini, pemeriksaan berjalan sesuai dengan aturan dan mengambil fotokopi KTP penghuninya. “Dari dulu sejak dibangun, lokasi ini aman, tidak ada yang janggal, karena kami selalu periksa dan penghuninya bersedia (diperiksa). Tapi, belakangan inilah yang sedikit berat, karena kami datang selalu tidak ada orang. Ternyata, banyak orang yang ada di dalam rumah,” ujar Sutresna. *dar
Yang lebih memprihatinkan, rumah milik Hendrik Pardede itu dulunya sempat dijadikan tempat ibadah, namun belakangan dijadikan sebagai sarang tindak penipuan. Bandesa Adat Semate I Gede Suryadi, 54, menerangkan, penggerebekan yang dilakukan oleh petugas gabungan dari Polda Bali terhadap salah satu rumah yang ada di wilayahnya itu membuatnya terkejut. Pasalnya, selama ini rumah berlantai II milik Hendrik Pardede asal Medan yang juga pengembang perumahan itu pernah digunakan sebagai tempat ibadah. Dulunya, rumah tersebut masih terbuka dengan kedatangan petugas pecalang yang melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Namun, semenjak adanya pengontrak berkewarganegaraan China, pihaknya tidak mengetahui lagi aktivitas di dalam rumah.
“Pas pemiliknya itu tinggal di sini (TKP), kami selalu datang periksa sekali atau dua bulan sekali ke sini. Dulu kan tempat ini juga dijadikan untuk berdoa. Ya, tempat ibadah gitu lah, sering kumpul-kumpul. Tapi, belakangan justru semakin tertutup dan tidak diperbolehkan lagi (masuk ke rumah),” ungkap Suryadi saat ditemui di lokasi penggerebekan.
Pihaknya sama sekali tidak menaruh curiga rumah tersebut digunakan oleh sindikat penipuan cyber crime atau cyber fraud. Pasalnya, tidak ada aktivitas yang tampak terlihat dari luar. Pun suara atau komunikasi para pengguna tidak terdengar lantaran dalam rumah telah dipasang peredam suara. “Rumah ini kan cukup besar. Sebagian besar rumah berada di pinggir jalan, dan langsung keluar gang menuju jalan raya. Sehingga tidak terpantau sama sekali. Begitu juga dengan penghuninya, tidak lihat mereka sejak tinggal di sana sejak Maret ini. Hanya ada satu perubahan dari rumah yakni antena yang tinggi di samping rumah. Kalau dulu nggak ada antena itu,” tuturnya.
Sedangkan Ketua Pecalang Banjar Semate I Putu Sutresna, 57, yang mengaku kerap memeriksa KTP penghuni pendatang yang berada di wilayah tersebut, termasuk di rumah yang digerebek. Selama ini, pemeriksaan berjalan sesuai dengan aturan dan mengambil fotokopi KTP penghuninya. “Dari dulu sejak dibangun, lokasi ini aman, tidak ada yang janggal, karena kami selalu periksa dan penghuninya bersedia (diperiksa). Tapi, belakangan inilah yang sedikit berat, karena kami datang selalu tidak ada orang. Ternyata, banyak orang yang ada di dalam rumah,” ujar Sutresna. *dar
1
Komentar