Dilepas dari Pemasungan 4 Tahun, Langsung Dibawa ke RSJ
Komang Sudiarta menderita gangguan jiwa sejak Juni 1998, setelah sempat alami kecelakaan lalulintas setahun sebelumnya hingga kaki kirinya nyaris diamputasi tim medis
Balada Komang Sudiarta, Penderita Gangguan Jiwa dari Desa Abiantuwung, Kediri
TABANAN, NusaBali
Seorang penderita gangguan jiwa yang tinggal di Banjar Suralaga, Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan, I Komang Sudiarta, 40, dikeluarkan setelah 4 tahun dipasung keluarganya. Begitu dilepas dari pemasungan, Rabu (2/5) pagi, Komang Sudiarta langsung dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali di Bangli untuk diberikan perawatan intensif.
‘Pembebasan’ Komang Sudiarta dari pemasungan, Rabu kemarin, difasilitasi oleh Dinas Sosial Tabanan dan Komunitas Peduli Kesehatan Mental (Kopi Kental). Petugas Satpol PP Pemkab Tabanan juga ikut terlibat dalam proses mengeluarkan penderita ganguan jiwa alias orgil (orang gila) Sudiarta kemarin. Kemudian, orgil yang tak pernah menikah hingga usia 40 tahun ini langsung dinaikkan ke dalam mobil untuk diantar menuju RSJ Bangli.
Saat dikeluarkan dari pemasungan kemarin pagi, pihak keluarga yang menunggui Sudiarta, antara lain, ibundanya yakni Ni Ketut Sani, 70, dan kakak sulungnya, I Wayan Gari, 47. Sudiarta merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Sudiarta sudah menderita gangguan jiwa selama 20 tahun sejak 1998. Kemudian, dia dipasung keluarganya sejak 4 tahun lalu.
Pemasungan Sudiarta berbeda dengan orgil lainnya. Sudiarta tidak dirantai kakinya, melainkan dikurung dalam ruangan sempit berukuran sekitar 2 meter x 2 meter yang berada di sisi selatan bangunan induk rumah keluarganya. Ruangan berdinding beton untuk mengurung Sudiarta dilengapi terali besi, yang digembok dari luar. Dalam ruang kurungan itu, berisi kamar tidur dan kamar mandi.
Sang kakak sulung, Wayan Gari, mengisahkan Sudiarta mengalami gangguan jiwa sejak Juni 1998 silam. Setahun sebelum gangguan jiwa, Sudiarta yang kala itu berusia 19 tahun sempat mengalami kecelakaan lalulintas di Bypass Dr Ir Soekarno Tabanan, hingga terluka parah dibagian kepala dan kaki kiri. Sudiarta pun harus dirawat selama 3 bulan di RS Sanglah, Denpasar.
Menurut Wayan Gari, gara-gara kecelakaan kala itu, kaki kiri Sudiarta nyaris diamputasi karena bagian betisnya remuk. Ternyata, setahun pasca kecelakaan, Sudiarta malah mengalami gangguan jiwa. "Setahun setelah kecelakaan, adik saya mulai berperilaku aneh. Awalnya, dia minta daksina dan hal macam-macam. Mungkin karena depresi," kenang Wayan Gari di sela-sela proses pelepasan orgil Sudiarta dari pasungan, Rabu kemarin.
Karena mengalami hal aneh, kata Wayan Gari, adiknya itu kemudian diperiksakan secara niskala. Selanjutnya, Sudiarta dirawat di RSJ Bangli. Tapi, baru 5 hari dirawat di RSJ Bangli, petugas medis meminta pihak keluarga untuk menyembuhkan luka kaki kiri Sudiarta di rumah. Pasalnya, saat dirawat di RSJ Bangli, Sudiarta masih menggunakan pen di mana paha kirinya bernanah.
"Kami akhirnya bawa pulang Komang Sudiarta untuk ganti pen. Setelah pulang, kami tidak lanjutkan perawatan di RSJ Bangli, karena ibu saya tidak mengizinkannya. Ibu saya kasihan dengan adik saya ini. Ibu khawatir adik saya malah dipukuli oleh sesama pasien penderita gangguan jiwa di RSJ Bangli. Sebab, ibu sempat melihat yang begituan,” beber Wayan Gari.
Nah, saat kontrol kakinya yang terluka di RS Sanglah, Sudiarta juga sempat diajak kontrol masalah kejiwaan. Dokter kejiwaan di RS Sanglah pun sempat memberikan suntikan. Namun, perilaku Sudiarta justru semakin agresif. Selain tenaganya besar, nafsu seksualnya juga tinggi. Bahkan, Sudiarta sering mengganggu perempuan yang sedang mandi di sungai. "Tapi, kami putuskan adik saya ini tidak dikasi obat lagi, karena takut terjadi hal tidak diinginkan," jelas Wayan Gari.
Selain sering mengganggu orang, kata Wayan Gari, orgil Sudiarta juga kerap merusak fasilitas di rumah. Miksalnya, atap rumah diamuk tanpa sebab, sementara lampu dalam kamar dicopoti semua. Parahnya, Sudiarta kerap memukul ibunya, Ni Ketut Sani sering.
Karena ulahnya meresahkan keluarga dan tetangga, akhirnya orgil Sudiarta dikurung sejak 4 tahun lalu. Suastu ketika, Sudiarta pernag dikeluarkan dari pemasungan. Namun, dia malah kembali ganggu tetangga. "Makanya, kami kurung saja dia untuk keamananan," cerita Wayan Gari seraya menyebut adiknya yang hanya tamatan SMP ini agak brutal sejak kecil.
Sementara itu, Kabid Rehabilitasi dan Pelayanan Dinas Sosial Tabanan, Driana Rika Rona, mengatakan, Sudiarta merupakan pasien lama yang sempat putus obat. Menurut Rika, sebenarnya dari dulu pihaknya ingin mengajak oril Sudiarta berobat ke RSJ Bangli, namun tidak diizinkan oleh ibunya. Barulah kemarin pagi ibunya mengizinkan Sudiarta dibawa ke RSJ.
"Dulu Sudiarta itu sering ngamuk. Nah, untuk keamanan dan supaya kelurganya bisa bekerja, akhirnya Sudiarta dipasung kurung," jelas Rika. Sewaktu-waktu, keluarga mengeluarkan Sudiarta dari pemasukan. Tapi, begitu ngamuk lagi, langsung dimasukkan ke dalam kurungan. "Kalau penyakitnya kumat, Sudiarta kerap ngamuk-ngamuk. Tapi, kalau kondisinya stabil, dia kerap nyanyi dan merokok,” papar Rika. *d
Komentar