2.000 Anak Ramaikan Gebyar Parade Budaya Lintas Agama
Sebanyak 2.000 siswa ikuti Gebyar Parade Budaya Lintas Agama di Lapangan Lumintang, Denpasar, Rabu (2/5).
DENPASAR, NusaBali
Parade budaya tersebut digelar Yayasan Al Fath Bali yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Disdikpora Kota Denpasar untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional yang sekaligus untuk menjaga keutuhan NKRI melalui pelestarian budaya.
Kegiatan yang dimulai sejak pukul 14.00 Wita tersebut mengajak siswa untuk berani tampil membawakan kesenian yang dimiliki masing-masing sekolah mereka. Bahkan selain siswa, ada 73 peserta parade budaya yang membawakan ciri khas budaya dari seluruh Agama yang ada di Bali, baik Hindu, Kristen, Islam, dan Budha.
Ketua panitia Parade Budaya, Badrus Samsi saat ditemui disela-sela acara mengatakan, Gebyar Parade Budaya ini digelar untuk menjaga keutuhan NKRI dengan pelestarian budaya. Menurut dia bertepatan dengan momen Hardiknas ini, pihaknya juga ingin mengajak para generasi untuk belajar mempertahankan keutuhan NKRI agar tidak terpecah belah.
Dimana dalam parade budaya ini, bukan hanya gebyar yang digelar namun juga lomba-lomba yang berkaitan dengan NKRI. "Di Hardiknas ini, kami ingin seluruh elemen masyarakat baik dari kecil hingga dewasa bisa ikut menjaga keutuhan NKRI. Salah satunya dari pelestarian budaya yang ada. Dengan menggunakan tema lintas agama, kita ingin seluruh Agama di Bali tetap bersatu dan saling menghargai untuk menjaga persatuan," ungkapnya.
Dikatakan Badrus, kali ini pihaknya melibatkan sebanyak 2.000 siswa, instansi pemerintahan, serta tokoh lintas Agama untuk terlibat dalam gebyar tersebut. "Kami mengundang tokoh Agama dari seluruh Agama, organisasi masyarakat dan jajaran pemerintah kota Denpasar. Untuk siswa kami terus mengembalikan ingatan mereka kepada perjuangan pahlawan kita dengan lomba puisi," jelasnya.
Salah satu siswa peserta lomba gebyar yakni mesatwa Bali I Gede Angga Dharma mengaku belum belum pernah ikut lomba pada gebyar parade seperti saat ini. Ia tampil pertama kalinya didepan orang sebanyak itu. Bahkan latihan hanya seminggu namun dengan tekad ia memberanikan diri untuk tampil di atas panggung membawakan satwa khas Bali. “Latihannya baru seminggu, karena pertama kali tampil di depan umum saya sangat grogi. Karena ini masatua Bali agar lebih menarik saya pakai saja pakaian adat sambil mengisahkan cerita si Belog yang dalam kehidupannya sepertinya ia tidak terlalu berpengetahuan. Makanya di Hardiknas ini sangat cocok diceritakan,” imbuh siswa yang baru jelas tigas SD tersebut. *m
Parade budaya tersebut digelar Yayasan Al Fath Bali yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Disdikpora Kota Denpasar untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional yang sekaligus untuk menjaga keutuhan NKRI melalui pelestarian budaya.
Kegiatan yang dimulai sejak pukul 14.00 Wita tersebut mengajak siswa untuk berani tampil membawakan kesenian yang dimiliki masing-masing sekolah mereka. Bahkan selain siswa, ada 73 peserta parade budaya yang membawakan ciri khas budaya dari seluruh Agama yang ada di Bali, baik Hindu, Kristen, Islam, dan Budha.
Ketua panitia Parade Budaya, Badrus Samsi saat ditemui disela-sela acara mengatakan, Gebyar Parade Budaya ini digelar untuk menjaga keutuhan NKRI dengan pelestarian budaya. Menurut dia bertepatan dengan momen Hardiknas ini, pihaknya juga ingin mengajak para generasi untuk belajar mempertahankan keutuhan NKRI agar tidak terpecah belah.
Dimana dalam parade budaya ini, bukan hanya gebyar yang digelar namun juga lomba-lomba yang berkaitan dengan NKRI. "Di Hardiknas ini, kami ingin seluruh elemen masyarakat baik dari kecil hingga dewasa bisa ikut menjaga keutuhan NKRI. Salah satunya dari pelestarian budaya yang ada. Dengan menggunakan tema lintas agama, kita ingin seluruh Agama di Bali tetap bersatu dan saling menghargai untuk menjaga persatuan," ungkapnya.
Dikatakan Badrus, kali ini pihaknya melibatkan sebanyak 2.000 siswa, instansi pemerintahan, serta tokoh lintas Agama untuk terlibat dalam gebyar tersebut. "Kami mengundang tokoh Agama dari seluruh Agama, organisasi masyarakat dan jajaran pemerintah kota Denpasar. Untuk siswa kami terus mengembalikan ingatan mereka kepada perjuangan pahlawan kita dengan lomba puisi," jelasnya.
Salah satu siswa peserta lomba gebyar yakni mesatwa Bali I Gede Angga Dharma mengaku belum belum pernah ikut lomba pada gebyar parade seperti saat ini. Ia tampil pertama kalinya didepan orang sebanyak itu. Bahkan latihan hanya seminggu namun dengan tekad ia memberanikan diri untuk tampil di atas panggung membawakan satwa khas Bali. “Latihannya baru seminggu, karena pertama kali tampil di depan umum saya sangat grogi. Karena ini masatua Bali agar lebih menarik saya pakai saja pakaian adat sambil mengisahkan cerita si Belog yang dalam kehidupannya sepertinya ia tidak terlalu berpengetahuan. Makanya di Hardiknas ini sangat cocok diceritakan,” imbuh siswa yang baru jelas tigas SD tersebut. *m
1
Komentar