Tjok Pemecutan: Tolak Reklamasi Dalam Suasana Pilgub Sikap Terlambat
Tolak reklamasi yang dilontarkan pasangan Cagub-Cawagub nomor urut 2 Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra- I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) dalam Debat Cagub-Cawagub Bali 2018 di Hotel Goodway Kuta, Sabtu (28/4) lalu, menggelitik Panglingsir Puri Pemecutan Ida Tjokorda Pemecutan XI.
DENPASAR,NusaBali
Menurutnya, sikap tolak reklamasi harusnya dari dulu, bukan ketika Pilgub Bali dan event politik lainnya. Tolak Reklamasi tidak masuk sebagai sebuah visi-misi dan substansi program. Justru pekikan Tolak Reklamasi dalam suasana Pilgub Bali untu mencari simpati. “Tolak Reklamasi bukan visi-visi itu,” ujar Tjok Pemecutan di Denpasar, Kamis (3/5)..
Dia mempertanyakan ketika masih hangat-hangatnya demo dan pro-kontra Tolak Reklamasi banyak yang diam. “Sekarang bukan pahlawan kesiangan lagi, tetapi pahlawan kemalaman, karena kenapa baru sekarang bicara Tolak Reklamasi? Dulu- dulu kemana. Bagi saya Tolak Reklamasi tidak untuk dijadikan komoditi politik,” ujar Tjok Pemecutan yang sebelumnya ikut turun melakukan aksi demo Tolak Reklamasi Teluk Benoa.
Menurutnya, Tolak Reklamasi sebagai bahan kampanye dan muncul di Debat Cagub-Cawagub sah-sah saja. Hanya saja rakyat harus diberikan pendidikan politik yang baik. “Reklamasi itu keputusannya ada ditangan pusat. Yang diusulkan dari bawah ke atas melalui sebuah rekomendasi,” ujar mantan Ketua DPRD Badung ini.
Tjok Pemecutan menegaskan tidak setuju rakyat sesama rakyat dibenturkan dalam persoalan Tolak Reklamasi ini. Sebab, perhelatan Pilgub Bali ini adalah adu program calon pemimpin. “Rakyat mendengar visi-misi. Kalau mau Tolak Reklamasi dari dulu dong lakukan. Jangan dijadikan komoditi kampanye dan dipolitisir,” ujarnya.
Debat publik Cagub-Cawagub Bali 2018 di Hotel Goodway, Kuta Sabtu (28/4) malam lalu, benar-benar mencari panggung bagi kandidat untuk menarik isu sentral. Masing-masing Cagub ambil entry point walaupun tidak sebagai substansi dari visi- misi. Pengamat politik Dr Nyoman Subanda dari Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, mengatakan isu sentral yang dilontarkan tidak ubahnya sebagai magnet menarik pemilih. Bukan sosialisasi visi-misi.
Padahal kata Subanda sosialisasi visi- misi lebih penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang program kandidat. Sayang penjabaran dan kesempatan menyampaikan visi misi itu pendek waktunya dengan banyak segmen-segmen. “Lebih menonjol pengambilan entry point atau sebuah isu sentral oleh kandidat. Itu yang menjadi menarik bagi paslon Cagub-Cawagub,” ujar Subanda.
Seperti Tolak Reklamasi yang dilontarkan pasangan Cagub-Cawagub Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra- I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta), disesi closing statement dijadikan sebagai entry point menarik simpati pemilih. “Padahal kita belum tahu apakah reklamasi itu benar adanya. Karena masih dalam tataran pro dan kontra antara dua kubu. Tetapi sah-sah saja, tidak salah kandidat angkat isu Tolak Reklamasi. Orang namanya mengambil isu sentral. Ya tergantung kandidat dalam berdebat. Itu dianggap menarik ya nggak salah,” kata Subanda. *nat
Menurutnya, sikap tolak reklamasi harusnya dari dulu, bukan ketika Pilgub Bali dan event politik lainnya. Tolak Reklamasi tidak masuk sebagai sebuah visi-misi dan substansi program. Justru pekikan Tolak Reklamasi dalam suasana Pilgub Bali untu mencari simpati. “Tolak Reklamasi bukan visi-visi itu,” ujar Tjok Pemecutan di Denpasar, Kamis (3/5)..
Dia mempertanyakan ketika masih hangat-hangatnya demo dan pro-kontra Tolak Reklamasi banyak yang diam. “Sekarang bukan pahlawan kesiangan lagi, tetapi pahlawan kemalaman, karena kenapa baru sekarang bicara Tolak Reklamasi? Dulu- dulu kemana. Bagi saya Tolak Reklamasi tidak untuk dijadikan komoditi politik,” ujar Tjok Pemecutan yang sebelumnya ikut turun melakukan aksi demo Tolak Reklamasi Teluk Benoa.
Menurutnya, Tolak Reklamasi sebagai bahan kampanye dan muncul di Debat Cagub-Cawagub sah-sah saja. Hanya saja rakyat harus diberikan pendidikan politik yang baik. “Reklamasi itu keputusannya ada ditangan pusat. Yang diusulkan dari bawah ke atas melalui sebuah rekomendasi,” ujar mantan Ketua DPRD Badung ini.
Tjok Pemecutan menegaskan tidak setuju rakyat sesama rakyat dibenturkan dalam persoalan Tolak Reklamasi ini. Sebab, perhelatan Pilgub Bali ini adalah adu program calon pemimpin. “Rakyat mendengar visi-misi. Kalau mau Tolak Reklamasi dari dulu dong lakukan. Jangan dijadikan komoditi kampanye dan dipolitisir,” ujarnya.
Debat publik Cagub-Cawagub Bali 2018 di Hotel Goodway, Kuta Sabtu (28/4) malam lalu, benar-benar mencari panggung bagi kandidat untuk menarik isu sentral. Masing-masing Cagub ambil entry point walaupun tidak sebagai substansi dari visi- misi. Pengamat politik Dr Nyoman Subanda dari Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, mengatakan isu sentral yang dilontarkan tidak ubahnya sebagai magnet menarik pemilih. Bukan sosialisasi visi-misi.
Padahal kata Subanda sosialisasi visi- misi lebih penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang program kandidat. Sayang penjabaran dan kesempatan menyampaikan visi misi itu pendek waktunya dengan banyak segmen-segmen. “Lebih menonjol pengambilan entry point atau sebuah isu sentral oleh kandidat. Itu yang menjadi menarik bagi paslon Cagub-Cawagub,” ujar Subanda.
Seperti Tolak Reklamasi yang dilontarkan pasangan Cagub-Cawagub Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra- I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta), disesi closing statement dijadikan sebagai entry point menarik simpati pemilih. “Padahal kita belum tahu apakah reklamasi itu benar adanya. Karena masih dalam tataran pro dan kontra antara dua kubu. Tetapi sah-sah saja, tidak salah kandidat angkat isu Tolak Reklamasi. Orang namanya mengambil isu sentral. Ya tergantung kandidat dalam berdebat. Itu dianggap menarik ya nggak salah,” kata Subanda. *nat
1
Komentar