Putu Arimbawa Juara dengan Berdayakan Manajemen Waktu
Putu Arimbawa yang kini menjabat sebagai Pengawas SMA Dinas Pendidikan Provinsi Bali tampilkan tulis ilmiah berjudul ‘Pengembangan Jurnal Kelas Berbasis Time Line untuk Meningkatkan Efektivitas Pemenuhan Waktu Mengajar di Kelas bagi Guru-Guru di Sekolah Binaan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017’
Guru Asal Bali yang Berjaya dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Best Practice Nasional 2018
AMLAPURA, NusaBali
Pengawas SMA Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Drs Putu Arimbawa MPd, 55, mencatat prestasi gemilang dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) The Best Practice Nasional 2018. Putu Arimbawa sukses mendulang medali emas alias juara I kategori Pengawas SMA, berkat karya tulis berjudul ‘Pengembangan Jurnal Kelas Berbasis Time Line untuk Meningkatkan Efektivitas Pemenuhan Waktu Mengajar di Kelas bagi Guru-Guru di Sekolah Binaan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017’. Intinya, dia menekankan manajemen waktu.
Dalam laga final Lomba KTI The Best Practice Nasional yang digelar di Swiss-Bel-residences Kalibata, Jalan Raya Kalibata, Pancoran Jakarta, 5-6 Mei 2018 kemarin, Putu Arimbawa keluar sebagai jawara dengan mengatasi 9 finalis lainnya dari berbagai provinsi se-Indonesia. Sehari pasca pengumuman gelar juara di Jakarta, Putu Arimbawa terbang ke Mataram, NTB untuk menerima penghargaan, Senin (7/5), bertepatan dengan perayaan Hari Pendidikan Nasional.
Kepada NusaBali, Putu Arimbawa menceritakan ihwal karya tulis berjudul ‘Pengembang-an Jurnal Kelas Berbasis Time Line untuk Meningkatkan Efektivitas Pemenuhan Waktu Mengajar di Kelas bagi Guru-Guru di Sekolah Binaan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017’, yang mengantarkannya sebagai jawara. Menurut Arimbawa, penekanan hasil penelitian selama satu semester agar efektif menggunakan waktu, tepat waktu dari memulai dan mengakhiri pembelajaran. Konteknya, memberdayakan manajemen waktu belajar.
"Penekanan dari penelitian ini adalah memulai dan mengakhiri pembelajaran di kelas secara tepat waktu. Saya telah berdayakan kepada guru-guru binaan selama ini," papar guru berprestasi kelahiran 15 Oktober 1963 asal Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng ini saat dikonfirmasi per telepon usai menerima penghargaan di Mataram, Senin kemarin.
Arimbawa menyebutkan, Lomba KTI The Best Practice Nasional 2018 yang diikutinya ini diselenggarakan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, melalui surat No 04311/B5/LL/2018 tertanggal 22 Maret. Peserta diperuntukkan bagi Kasek atau Pengawas Sekolah yang masih aktif dibuktikan, memiliki sertifikat pendidik, belum pernah meraih juara I, II, III dalam lomba serupa sebelumnya.
Arimbawa mengirim karya tulis andalannya tentang manajemen waktu untuk ikut lomba kategori Pengawas SMA. Ternyata, karya tulisnya dinyatakan lolos ke babak final bersama 9 karya tulis lainnya dari berbagai provinsi. Kemudian, para finalis ini diundang Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud per 30 April 2018 untuk mengikuti babak final di Jakarta. Ternyata, karya tulis Arimbawa keluar sebagai juara.
Menurut Arimbawa, penilaian saat final melalui dua tahap. Pertama, seleksi administrasi & uji similaritas (menguji keaslian karya tulis) dan uji substansi (kedalaman materi). Kedua, mempresentasikan karya tulis ilmiah, dilanjut sesi tanya jawab dengan dewan juri.
Arimbawa mengangkat tema ‘manajemen penggunaan waktu dalam pembelajaran di kelas’, karena selama ini masih menjadi hal tersembunyi (hidden) yang jarang dapat penanganan dari pihak pengelola pendidikan. Bagi dia, yang sifatnya hidden ini perlu diangkat ke permukaan dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan yang ditransformasi menjadi konsep keterbukaan.
Implikasinya, dengan membangun pemahaman dan komitmen seluruh warga sekolah, maka audit kehadiran guru di kelas melalui instrumen jurnal kelas berbasis time line, dilakukan siswa. Ternyata, praktek ini mampu meningkatkan efektivitas pemenuhan waktu mengajar secara signifikan.
"Disiplin menggunakan waktu belajar sebaiknya berlaku di semua kelas. Sebab, kelas yang satu disiplin menggunakan waktu, tapi jika kelas sebelahnya belum efektif, hal itu bisa mengganggu," jelas guru yang menjabat Dinas Pendidikan Provinsi Bali sejak 2017, setelah sebelumnya jadi Pengawas SMA Disdipora Buleleng (2015-2017) ini.
Dalam laga final di Jakarta, Arimbawa mampu mempertahankan karya tulis ilmiah berjudul ‘Pengembangan Jurnal Kelas Berbasis Time Line untuk Meningkatkan Efektivitas Pemenuhan Waktu Mengajar di Kelas bagi Guru-Guru di Sekolah Binaan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017’ yang dipresentasikannya. Dia berhasil meyakinkan dewan juri, sehingga meraih skor tertinggi kategori untuk ‘Pengawas SMA’.
"Saya rasakan memang berat untuk bisa merebut gelar juara itu. Kriterianya ketat, persaingannya juga ketat. Saya bangga berhasil meraihnya. Gelar juara ini memang benar-benar bergengsi bagi saya," ujar guru bidang studi Fisika yang sempat menjadi Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 2 Banjar (2010-2011), Kasek SMAN 1 Singaraja (2011-2013), dan Kasek SMAN 3 Singaraja (2013-2015) ini.
Menurut Arimbawa, raihan medali emas dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah The Best Practice Nasional 2018 ini dijadikan kado terindah untuk Hari Pendidikan Nasional 2018. “Ini gelar yang akan dikenang sepanjang masa. Saya berharap di tahun-tahun mendatang, muncul guru pintar lainnya dari Bali melanjutkan prestasi ini,” ujar ayah satu anak dari pernikahannya dengan Ni Nyoman Maharani SPd ini. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Pengawas SMA Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Drs Putu Arimbawa MPd, 55, mencatat prestasi gemilang dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) The Best Practice Nasional 2018. Putu Arimbawa sukses mendulang medali emas alias juara I kategori Pengawas SMA, berkat karya tulis berjudul ‘Pengembangan Jurnal Kelas Berbasis Time Line untuk Meningkatkan Efektivitas Pemenuhan Waktu Mengajar di Kelas bagi Guru-Guru di Sekolah Binaan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017’. Intinya, dia menekankan manajemen waktu.
Dalam laga final Lomba KTI The Best Practice Nasional yang digelar di Swiss-Bel-residences Kalibata, Jalan Raya Kalibata, Pancoran Jakarta, 5-6 Mei 2018 kemarin, Putu Arimbawa keluar sebagai jawara dengan mengatasi 9 finalis lainnya dari berbagai provinsi se-Indonesia. Sehari pasca pengumuman gelar juara di Jakarta, Putu Arimbawa terbang ke Mataram, NTB untuk menerima penghargaan, Senin (7/5), bertepatan dengan perayaan Hari Pendidikan Nasional.
Kepada NusaBali, Putu Arimbawa menceritakan ihwal karya tulis berjudul ‘Pengembang-an Jurnal Kelas Berbasis Time Line untuk Meningkatkan Efektivitas Pemenuhan Waktu Mengajar di Kelas bagi Guru-Guru di Sekolah Binaan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017’, yang mengantarkannya sebagai jawara. Menurut Arimbawa, penekanan hasil penelitian selama satu semester agar efektif menggunakan waktu, tepat waktu dari memulai dan mengakhiri pembelajaran. Konteknya, memberdayakan manajemen waktu belajar.
"Penekanan dari penelitian ini adalah memulai dan mengakhiri pembelajaran di kelas secara tepat waktu. Saya telah berdayakan kepada guru-guru binaan selama ini," papar guru berprestasi kelahiran 15 Oktober 1963 asal Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng ini saat dikonfirmasi per telepon usai menerima penghargaan di Mataram, Senin kemarin.
Arimbawa menyebutkan, Lomba KTI The Best Practice Nasional 2018 yang diikutinya ini diselenggarakan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, melalui surat No 04311/B5/LL/2018 tertanggal 22 Maret. Peserta diperuntukkan bagi Kasek atau Pengawas Sekolah yang masih aktif dibuktikan, memiliki sertifikat pendidik, belum pernah meraih juara I, II, III dalam lomba serupa sebelumnya.
Arimbawa mengirim karya tulis andalannya tentang manajemen waktu untuk ikut lomba kategori Pengawas SMA. Ternyata, karya tulisnya dinyatakan lolos ke babak final bersama 9 karya tulis lainnya dari berbagai provinsi. Kemudian, para finalis ini diundang Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud per 30 April 2018 untuk mengikuti babak final di Jakarta. Ternyata, karya tulis Arimbawa keluar sebagai juara.
Menurut Arimbawa, penilaian saat final melalui dua tahap. Pertama, seleksi administrasi & uji similaritas (menguji keaslian karya tulis) dan uji substansi (kedalaman materi). Kedua, mempresentasikan karya tulis ilmiah, dilanjut sesi tanya jawab dengan dewan juri.
Arimbawa mengangkat tema ‘manajemen penggunaan waktu dalam pembelajaran di kelas’, karena selama ini masih menjadi hal tersembunyi (hidden) yang jarang dapat penanganan dari pihak pengelola pendidikan. Bagi dia, yang sifatnya hidden ini perlu diangkat ke permukaan dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan yang ditransformasi menjadi konsep keterbukaan.
Implikasinya, dengan membangun pemahaman dan komitmen seluruh warga sekolah, maka audit kehadiran guru di kelas melalui instrumen jurnal kelas berbasis time line, dilakukan siswa. Ternyata, praktek ini mampu meningkatkan efektivitas pemenuhan waktu mengajar secara signifikan.
"Disiplin menggunakan waktu belajar sebaiknya berlaku di semua kelas. Sebab, kelas yang satu disiplin menggunakan waktu, tapi jika kelas sebelahnya belum efektif, hal itu bisa mengganggu," jelas guru yang menjabat Dinas Pendidikan Provinsi Bali sejak 2017, setelah sebelumnya jadi Pengawas SMA Disdipora Buleleng (2015-2017) ini.
Dalam laga final di Jakarta, Arimbawa mampu mempertahankan karya tulis ilmiah berjudul ‘Pengembangan Jurnal Kelas Berbasis Time Line untuk Meningkatkan Efektivitas Pemenuhan Waktu Mengajar di Kelas bagi Guru-Guru di Sekolah Binaan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017’ yang dipresentasikannya. Dia berhasil meyakinkan dewan juri, sehingga meraih skor tertinggi kategori untuk ‘Pengawas SMA’.
"Saya rasakan memang berat untuk bisa merebut gelar juara itu. Kriterianya ketat, persaingannya juga ketat. Saya bangga berhasil meraihnya. Gelar juara ini memang benar-benar bergengsi bagi saya," ujar guru bidang studi Fisika yang sempat menjadi Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 2 Banjar (2010-2011), Kasek SMAN 1 Singaraja (2011-2013), dan Kasek SMAN 3 Singaraja (2013-2015) ini.
Menurut Arimbawa, raihan medali emas dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah The Best Practice Nasional 2018 ini dijadikan kado terindah untuk Hari Pendidikan Nasional 2018. “Ini gelar yang akan dikenang sepanjang masa. Saya berharap di tahun-tahun mendatang, muncul guru pintar lainnya dari Bali melanjutkan prestasi ini,” ujar ayah satu anak dari pernikahannya dengan Ni Nyoman Maharani SPd ini. *k16
1
Komentar