Aliran Tukad Bindu Meluap, 7 Rumah Terendam
Aliran Tukad Bindu di Jalan Sedap Malam, Gang Margot, Banjar Kebon Kori Tengah, Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur meluap pada, Senin (7/5) sekitar pukul 10.30 Wita.
DENPASAR , NusaBali
Akibatnya 7 rumah di kawasan tersebut terendam hingga ketinggian 40 centimeter. Air yang masuk ke pekarangan rumah warga juga membawa lumpur dari sungai yang menyebabkan sulit saat melakukan pembersihan.
Dari pantauan, air juga masuk ke dapur warga yang merendam peralatan memasak. Selain itu, beberapa warga yang memiliki saluran drainase kecil harus bersabar menunggu serapan air yang menggenang di halaman rumah mereka. Air baru surut setengah jam kemudian setelah warga bergotong royong untuk membersihkan sampah kayu yang menyumbat jembatan.
Salah satu penduduk di kawasan tersebut, Wayan Agus Diksa Putra, 28, mengatakan, meluapnya sungai bukan yang pertama kalinya terjadi di tempat yang sama. Namun, hampir setiap minggu sungai yang alirannya dari Tukad Bindu tersebut merendam rumah warga. Kata dia, kali ini memang lebih parah karena ditambah penyumbatan pada jembatan Gang Margot akibat kayu gelondongan yang hanyut dari hulu.
Sehingga, ketinggian air ditambah lumpur harus membuat warga berbondong-bondong untuk membersihkan sungai yang dipenuhi sampah. "Tadi memang meluap, karena ada kayu gelondongan nyangkut di jembatan. Walaupun juga tidak ada kayu gelondongan, tetap saja pasti meluap, tapi gak separah sekarang yang ketinggiannya sampai 40 centimeter. Dapur saya terendam padahal sudah ditinggiin pondasinya," ungkapnya.
Kata Agus, sungai tersebut meluap karena adanya pendangkalan sungai yang terjadi. Ditambah lagi pembukaan gerbang air di Tukad Bindu membuat sungai meluap. "Sejak itu (pintu air) dibuka selalu sungai di sini meluap dan membuat air masuk ke rumah warga. Padahal sudah sempat dilaporkan tapi yang datang hanya petugas membersihkan sampah. Tidak ada solusi lain yang diberikan dan akhirnya meluap Lagi," imbuhnya.
Warga lainnya Made Wira Adnyana, 25, mengungkapkan hal yang sama. Rumahnya terendam hingga ketinggian betis orang dewasa. Kata dia, lumpur yang masuk ke rumahnya juga menyulitkan pembersihan karena rumahnya hanya memiliki drainase kecil. Kata dia, solusi satu-satunya untuk mengurai meluapnya air tersebut yakni pendalaman sungai. "Dulu sungai ini dalam, sekarang sudah mendangkal karena sampah dan lumpur yang mengendap di sungai. Ditambah dibukanya pintu air setiap minggu pasti meluap. Setelah meluap itu pasti ada saja yang nyemplung ke sungai karena sungai itu dikira gang saking penuhnya dengan air gak kelihatan jalannya," ujarnya.
Sementara dikonfirmasi terpisah, Kasi Penataan Sungai PUPR Kota Denpasar I Ketut Suteja mengungkapkan, aliran sungai tersebut memang setiap dua kali dalam seminggu merupakan saluran pembuangan dari hulu yakni setiap Senin dan Selasa. Untuk Rabu sampai Minggu sungai itu dikeringkan sesuai dengan persetujuan subak untuk pengairan sawah mereka.
Dikatakan Suteja, terkait kedangkalan sungai dan penataan kembali pihaknya masih akan meninjau sungai tersebut, sebab sungai tersebut merupakan ranah PUPR Provinsi untuk melakukan penataan karena berkaitan dengan sungai wongan, maka kewenangannya ada di provinsi. "Kewenangan ada di provinsi itu karena pengalirannya dari sungai wongan. Namun kami akan tetap atensi untuk turun bersama tim melihat situasinya," ungkapnya. *m
Dari pantauan, air juga masuk ke dapur warga yang merendam peralatan memasak. Selain itu, beberapa warga yang memiliki saluran drainase kecil harus bersabar menunggu serapan air yang menggenang di halaman rumah mereka. Air baru surut setengah jam kemudian setelah warga bergotong royong untuk membersihkan sampah kayu yang menyumbat jembatan.
Salah satu penduduk di kawasan tersebut, Wayan Agus Diksa Putra, 28, mengatakan, meluapnya sungai bukan yang pertama kalinya terjadi di tempat yang sama. Namun, hampir setiap minggu sungai yang alirannya dari Tukad Bindu tersebut merendam rumah warga. Kata dia, kali ini memang lebih parah karena ditambah penyumbatan pada jembatan Gang Margot akibat kayu gelondongan yang hanyut dari hulu.
Sehingga, ketinggian air ditambah lumpur harus membuat warga berbondong-bondong untuk membersihkan sungai yang dipenuhi sampah. "Tadi memang meluap, karena ada kayu gelondongan nyangkut di jembatan. Walaupun juga tidak ada kayu gelondongan, tetap saja pasti meluap, tapi gak separah sekarang yang ketinggiannya sampai 40 centimeter. Dapur saya terendam padahal sudah ditinggiin pondasinya," ungkapnya.
Kata Agus, sungai tersebut meluap karena adanya pendangkalan sungai yang terjadi. Ditambah lagi pembukaan gerbang air di Tukad Bindu membuat sungai meluap. "Sejak itu (pintu air) dibuka selalu sungai di sini meluap dan membuat air masuk ke rumah warga. Padahal sudah sempat dilaporkan tapi yang datang hanya petugas membersihkan sampah. Tidak ada solusi lain yang diberikan dan akhirnya meluap Lagi," imbuhnya.
Warga lainnya Made Wira Adnyana, 25, mengungkapkan hal yang sama. Rumahnya terendam hingga ketinggian betis orang dewasa. Kata dia, lumpur yang masuk ke rumahnya juga menyulitkan pembersihan karena rumahnya hanya memiliki drainase kecil. Kata dia, solusi satu-satunya untuk mengurai meluapnya air tersebut yakni pendalaman sungai. "Dulu sungai ini dalam, sekarang sudah mendangkal karena sampah dan lumpur yang mengendap di sungai. Ditambah dibukanya pintu air setiap minggu pasti meluap. Setelah meluap itu pasti ada saja yang nyemplung ke sungai karena sungai itu dikira gang saking penuhnya dengan air gak kelihatan jalannya," ujarnya.
Sementara dikonfirmasi terpisah, Kasi Penataan Sungai PUPR Kota Denpasar I Ketut Suteja mengungkapkan, aliran sungai tersebut memang setiap dua kali dalam seminggu merupakan saluran pembuangan dari hulu yakni setiap Senin dan Selasa. Untuk Rabu sampai Minggu sungai itu dikeringkan sesuai dengan persetujuan subak untuk pengairan sawah mereka.
Dikatakan Suteja, terkait kedangkalan sungai dan penataan kembali pihaknya masih akan meninjau sungai tersebut, sebab sungai tersebut merupakan ranah PUPR Provinsi untuk melakukan penataan karena berkaitan dengan sungai wongan, maka kewenangannya ada di provinsi. "Kewenangan ada di provinsi itu karena pengalirannya dari sungai wongan. Namun kami akan tetap atensi untuk turun bersama tim melihat situasinya," ungkapnya. *m
Komentar