Sang Maestro Jegog Tutup Usia
Maestro kesenian Jegog, I Ketut Suwentra, 70, meninggal dunia dalam perawatan di Ruang Ratna RS Sanglah, Denpasar, Kamis (10/5) siang.
DENPASAR, NusaBali
Sang maestro asal Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana yang akrab dipanggil Pekak Jegog ini didiagnosa mengalami penyakit kanker paru-paru stadium IV.Saat menghembuskan napas terakhir di RS Sanglah, Kamis siang sekitar pukul 14.00 Wita, Pekak Jegog ditunggui anak keempatnya, Ni Ketut Ayu Mahadewi, 39. Beberapa jam sebelum meninggal, almarhum kemarin pagi sempat melarang Ayu Mahadewi berang-kat kerja. Bahkan, almarhum sempat meminta Ayu Mahadewi untuk memandikannya.
“Tadi pagi (kemarin, Red) beliau minta dimandiin sama saya. Sebenarnya saya mau pamit kerja, tapi beliau tidak mengizinkan. Tidak seperti biasanya beliau seperti itu. Dari sana perasaan saya mulai tidak enak. Sekitar jam dua siang (14.00 Wita), beliau sudah tidak tertolong lagi,” kenang Ayu Mahadewi sambil menahan tangis saat ditemui NusaBali di RS Sanglah, Kamis kemarin. Dalam sebulan ini, kata Ayu Mahadewi, ayahnya tiga kali masuk rumah sakit.
Sedangkan kakak Ayu Mahadewi, I Komang Wisnu Wardana, mengatakan ayahnya mulai opname setelah ikut konferensi musik di Ambon, April 2018 lalu. Sepulang dari Ambon, kondisi Pekak Jegog mulai drop, hingga langsung dilarikan ke RSUD Wangaya, Denpasar. Di sana, sang maestro Jegog dirawat inap selama seminggu.
Setelah kondisinya membaik, Pekak Jegog dibolehkan pulang. Namun, sebulan kemudian, Pekak Jegog kembali masuk rumah sakit. Kali ini, almarhum diobservasi oleh tim medis RS Sanglah dan dinyatakan positif kanker paru-paru stadium IV. “Awalnya dicurigai ada tumor, tapi ternyata bukan. Penyebabnya adalah kanker paru-paru yang penyebarannya sudah ke seluruh tubuh dan telah stadium IV,” jelas anak ketiga Pekak Jegog ini.
Selama ini, Pekak Jegog tidak pernah mengeluh sakit. Bahkan, di usia 70 tahun, pendiri Yayasan Suar Agung ini tetap energik dalam berkarya. Tidak hanya tingkat lokal, Pekak Jegog juga kerap berkolaborasi dengan seniman nasional dan internasional. Selain itu, setahun sekali tampil ke Jepang dan intens mengenalkan musik Jegog khas Jembrana ke tingkat dunia.
Kini, sang maestro Jegog telah tiada akibat digerogoti penyakit kanker paru-paru. Almarhum Pekak Jegog berpulang buat selamanya dengan meninggalkan dua istri: Anak Agung Sri Tirtawati dan Ni Nyoman Yuliastuti Kazuko, serta 5 anak dan 14 cucu. Kelima anaknya masing-masing I Gede Oka Artanegara, I Kadek Wiwik Artawan (almarhum), I Komang Wisnu Wardana, Ni Ketut Ayu Mahadewi, dan Ni Ketut Panca Wulandewi.
Hingga tadi malam, jenazah Pekak Jegog masih dititip di Instalasi Kedokteran Forensik RS Sangah. Menurut Wisnu Wardana, jelanaz almarhum akan dipulangkan ke rumah duka di Kelurahan Sangkar Agung, Kembrana, Sabtu (12/5) besok. Sedangkan upacara pengabenan rencananya digelar pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu (16/5) depan.
Di mata anak-anaknya, Pekak Jegoh merupakan sosok ayah yang baik. Sejak kecil, kelima anaknya diajarkan supaya mencintai seni, walaupun ketika dewasa mereka memilih jalan hidup masing-masing. Ada satu hal yang selalu dipesankan almarhum kepada anak-anaknya: elalu hidup rukun dengan keluarga dan saudara.
“Bapak selalu mengingatkan agar kami kur dengan keluarga dan saudara. Bapak sosok ayah yang baik. Orangnya lebih banyak mengalah. Beliau rela berkorban supaya anak-anaknya tidak ribut. Bapak tidak pernah mengeluh. Itu yang saya kagumi dari Bapak,” kenang Wisnu Wardana. “Setiapkali pentas, Bapak selalu tampil secara total, meski usianya sudah senja. Semangatnya itu yang kami suka. Bapak tidak pernah mengeluh,” sambung Ayu Mahadewi.
Sementara itu, pantauan NusaBali di rumah duka yang juga menjadi markas Yayasan Suar Agung bentukan Pekak Jegog, Kamis kemarin, tampak berkumpul sepupu dan kerabat almarhum. Begitu juga beberapa anggota sekaa Jegog Suar Agung tampak sibuk membersihkan areal Bale Gede dan teras depan rumah almarhum yang rencananya dijadikan tempat unyuk menyemayamkan jenazah.
"Kami di rumah dengar kabar lewat Facebook kalau Pekak Jegog meninggal tadi (ke-marin),” ujar salah satu keponakan almarhum, Made Pantulisi Wiyasa, 52, di rumah duka kemarin. Dia menyebutkan, Pekak Jegog selama ini tinggal bersama keluarganya di kawasa Kelurahan Tonja, Denpasar Utara. Terakhir, almarhum pulang ke Jembrana saat Hari Raya Nyepi, 2 bulan lalu. *ind,ode
Sang maestro asal Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana yang akrab dipanggil Pekak Jegog ini didiagnosa mengalami penyakit kanker paru-paru stadium IV.Saat menghembuskan napas terakhir di RS Sanglah, Kamis siang sekitar pukul 14.00 Wita, Pekak Jegog ditunggui anak keempatnya, Ni Ketut Ayu Mahadewi, 39. Beberapa jam sebelum meninggal, almarhum kemarin pagi sempat melarang Ayu Mahadewi berang-kat kerja. Bahkan, almarhum sempat meminta Ayu Mahadewi untuk memandikannya.
“Tadi pagi (kemarin, Red) beliau minta dimandiin sama saya. Sebenarnya saya mau pamit kerja, tapi beliau tidak mengizinkan. Tidak seperti biasanya beliau seperti itu. Dari sana perasaan saya mulai tidak enak. Sekitar jam dua siang (14.00 Wita), beliau sudah tidak tertolong lagi,” kenang Ayu Mahadewi sambil menahan tangis saat ditemui NusaBali di RS Sanglah, Kamis kemarin. Dalam sebulan ini, kata Ayu Mahadewi, ayahnya tiga kali masuk rumah sakit.
Sedangkan kakak Ayu Mahadewi, I Komang Wisnu Wardana, mengatakan ayahnya mulai opname setelah ikut konferensi musik di Ambon, April 2018 lalu. Sepulang dari Ambon, kondisi Pekak Jegog mulai drop, hingga langsung dilarikan ke RSUD Wangaya, Denpasar. Di sana, sang maestro Jegog dirawat inap selama seminggu.
Setelah kondisinya membaik, Pekak Jegog dibolehkan pulang. Namun, sebulan kemudian, Pekak Jegog kembali masuk rumah sakit. Kali ini, almarhum diobservasi oleh tim medis RS Sanglah dan dinyatakan positif kanker paru-paru stadium IV. “Awalnya dicurigai ada tumor, tapi ternyata bukan. Penyebabnya adalah kanker paru-paru yang penyebarannya sudah ke seluruh tubuh dan telah stadium IV,” jelas anak ketiga Pekak Jegog ini.
Selama ini, Pekak Jegog tidak pernah mengeluh sakit. Bahkan, di usia 70 tahun, pendiri Yayasan Suar Agung ini tetap energik dalam berkarya. Tidak hanya tingkat lokal, Pekak Jegog juga kerap berkolaborasi dengan seniman nasional dan internasional. Selain itu, setahun sekali tampil ke Jepang dan intens mengenalkan musik Jegog khas Jembrana ke tingkat dunia.
Kini, sang maestro Jegog telah tiada akibat digerogoti penyakit kanker paru-paru. Almarhum Pekak Jegog berpulang buat selamanya dengan meninggalkan dua istri: Anak Agung Sri Tirtawati dan Ni Nyoman Yuliastuti Kazuko, serta 5 anak dan 14 cucu. Kelima anaknya masing-masing I Gede Oka Artanegara, I Kadek Wiwik Artawan (almarhum), I Komang Wisnu Wardana, Ni Ketut Ayu Mahadewi, dan Ni Ketut Panca Wulandewi.
Hingga tadi malam, jenazah Pekak Jegog masih dititip di Instalasi Kedokteran Forensik RS Sangah. Menurut Wisnu Wardana, jelanaz almarhum akan dipulangkan ke rumah duka di Kelurahan Sangkar Agung, Kembrana, Sabtu (12/5) besok. Sedangkan upacara pengabenan rencananya digelar pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu (16/5) depan.
Di mata anak-anaknya, Pekak Jegoh merupakan sosok ayah yang baik. Sejak kecil, kelima anaknya diajarkan supaya mencintai seni, walaupun ketika dewasa mereka memilih jalan hidup masing-masing. Ada satu hal yang selalu dipesankan almarhum kepada anak-anaknya: elalu hidup rukun dengan keluarga dan saudara.
“Bapak selalu mengingatkan agar kami kur dengan keluarga dan saudara. Bapak sosok ayah yang baik. Orangnya lebih banyak mengalah. Beliau rela berkorban supaya anak-anaknya tidak ribut. Bapak tidak pernah mengeluh. Itu yang saya kagumi dari Bapak,” kenang Wisnu Wardana. “Setiapkali pentas, Bapak selalu tampil secara total, meski usianya sudah senja. Semangatnya itu yang kami suka. Bapak tidak pernah mengeluh,” sambung Ayu Mahadewi.
Sementara itu, pantauan NusaBali di rumah duka yang juga menjadi markas Yayasan Suar Agung bentukan Pekak Jegog, Kamis kemarin, tampak berkumpul sepupu dan kerabat almarhum. Begitu juga beberapa anggota sekaa Jegog Suar Agung tampak sibuk membersihkan areal Bale Gede dan teras depan rumah almarhum yang rencananya dijadikan tempat unyuk menyemayamkan jenazah.
"Kami di rumah dengar kabar lewat Facebook kalau Pekak Jegog meninggal tadi (ke-marin),” ujar salah satu keponakan almarhum, Made Pantulisi Wiyasa, 52, di rumah duka kemarin. Dia menyebutkan, Pekak Jegog selama ini tinggal bersama keluarganya di kawasa Kelurahan Tonja, Denpasar Utara. Terakhir, almarhum pulang ke Jembrana saat Hari Raya Nyepi, 2 bulan lalu. *ind,ode
1
Komentar