Baru Sate Lilit Jadi Ikon Kuliner Nasional
Bali punya beragam masakan khas lokal. Namun baru satu jenis, yakni sate lilit masuk ikon kuliner nasional, dari 30 ikon kuliner Indonesia.
GIANYAR, NusaBali
Itu disampaikan asesor kuliner Lembaga Sertifikasi Pariwisata Indonesia (LSPI) Provinsi Bali, Eko Sulistyo,46, saat mengampu pelatihan kuliner jenis kue di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Minggu (18/10).
Kata Eko, untuk perkulineran Bali, globalisasi terutama kesepakatan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) masih lebih berat pada tantangan, ketimbang peluang. Namun demikian, kuliner Bali tak boleh menghindar dari paradigma global khususnya MEA. “Tapi kita miris, pada masakan Bali, karena baru sate lilit yang jadi ikon kuliner nasional,” ujarnya.
Eko yang salah seorang executive chef di Bali ini menjelaskan, Bali punya beragam masakan khas yang tak ada duanya, selain sate lilit. Antara lain, betutu, pisang rai, loloh cemcem, dan jenis lainnya. Ia berharap jenis masakan ini segera disertifikasi kuliner agar tak diklaim pihak/negara luar. Berdasarkan literatur tertulis dan lisan yang dia baca, beberapa masakan Bali melekat dengan yadnya dan adat Bali hingga kental filosofi. ‘’Sate lilit itu ada seninya, ada guratan jari, tastenya herbal. Sate ini sudah banyak ditiru di luar Bali. Karena dikepel atau tak dililit, rasanya jadi nggak enak,’’ jelas auditor jasa boga dan juri sejumlah lomba masakan ini.
Selain itu, kata Eko, Bali punya betutu dengan rasa khas karena basa (bumbu) gede dan bumbu jangkep (lengkap). Guna menjaga kekhasan masakan ini dan tak diklaim pihak luar, semua pihak harus bersatu mengambil langkah. Pemerintah, mesti buat regulasi, misal restoran atau hotel di Bali wajib menyuguhkan masakan khas Bali tertentu kepada wisatawannya. ‘’Pemerintah dan pemegang kebijakan di Bali, mesti tanggap karena jenis makanan lokal ini akan jadi incaran pihak luar,’’ ujar warga Jatim yang sejak kecil tinggal di Bali ini. Eko menyadari, makanan juga jadi alat ‘penjajahan’ oleh pihak luar yang ditandai banyaknya jenis makanan asing ke Bali. ‘’Seharusnya, Bali jangan terus-terusan dijajah oleh kuliner asing,’’ tegas anggota ICA (Indonesia Chef Association) Bali ini.
Perbekel Desa Batuan Nyoman Netra mengatakan, pihaknya sangat mendukung pelatihan kuliner jajan ini. Sebab pelatihan ini tak sebatas meningkatkanpengetahuan dan keterampilan bidang kuliner bagi ibu-ibu desa. ‘’Jika serius menekuni keterampilan ini (membuat jajan, Red), tentu akan bisa menambah penghasilan,’’ jelasnya. Pelatihan sehari diikuiti puluhan ibu-ibu PKK ini kerjasama pihak Desa Batuan dengan Universitas Dhyana Pura.
Komentar