Pasutri Tembus Final, Suami Juara III, Sang Istri Harus Puas 10 Besar
Pasutri Made Regeg dan Made Sumerti juga tembus final dalam Lomba KTI Best Prac-tice Nasional 2017. Kala itu, Made Regeg hanya menduduki peringkat VIII kategori Pengawas SMP, sementara MKade Sumerti peringkat V kategori Pengawas TK dan SD
Guru Asal Bali yang Berjaya dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Best Practice Nasional 2018
AMLAPURA, NusaBali
Pengawas SMP Disdikpora Kecamatan Kubu, Karangasem, I Made Regeg SPd MSi, 53, termasuk di antara 5 guru berprestasi asal Bali yang jadi juara dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) Best Practice Nasional 2018. Uniknya, Made Regeg tampil di final bersama istrinya, Ni Made Sumerti SPd MSi, 52. Sayang, sang istri gagal raih gelar, sementara Made Regeg berhasil tembus peringkat III Best Practice Nasional kategori Pengawas SMP.
Secara keseluruhan, ada 12 guru berprestasi dari Bali yang tembus babak final Lomba KTI Best Practice Nasional 2018. Dari jumlah itu, 5 orang di antaranya berhasil menggaget medali alias menduduki peringkat I, II, III. Satu-satunya yang berhasil sabet medali emas dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 adalah I Putu Arimbawa. Pengawas SMA Dinas Pendidikan Provinsi Bali ini Juara I best Practice Nasional kategori ‘Pengawas SMA’.
Sedangkan satu-satunya medali perak dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 di-persembahkan Ida Ayu Putu Satyani, guru yang kini menjabat Kepala Sekolah (Kasek) SDN 8 Mas, Deswa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar. Dayu Putu Satyani sabet perak kategori Kasek SD, setelah memenangkan persaingan dengan 28 finalis lainnya dari berbagai provinsi se-Indonesia.
Sebaliknya, 3 guru berprestasi asal Bali yang meraih medali perunggu dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2018, masing-masing Kasek SMAN Bali Mandara Buleleng I Nyoman Darta (kategori Kasek SMA), Pengawas Disdikpora Denpasar Tatik Dwi Wahyuni, dan Pengawas SMP Disdikpora Karangasem I Made Regeg (kategori Pengawas SMP).
Dalam final Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 yang digelar Kementerian Pen-didikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Swiss-Belresidences Kalibata, Pancoran, Jakarta, 5-6 Mei 2018 lalu, Made Regeg menampilkan karya tulis ilmiah berjudul ‘Implementasi Supervisi Model Kristal dengan Teknik Coaching untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Seni Budaya SMP dalam Membuat Media Berbasis Teknologi Informasi di Kabupaten Karangasem’.
Sedangkan sang istri, Made Sumerti, yang tampil untuk kategori Pengawas TK dan SD, menampilkan karya tulis bertajuk ‘Implementasi Supervisi Model Kristal dengan Strategi Intan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Sasaran dalam Melaksanakan Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di Gugus VII Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem’. Sayangnya, Made Sumerti hanya menduduki peringkat X Best Practice Nasional kategori Pengawas TK dan SD, di antara 15 finalis dari berbagai daerah se-Indonesia.
Sementara, karya tulis yang dibawakan Made Regeg bersaing dengan 18 finalis dari daerah lainnya se-Indonesia. Berdasarkan penilaian dewan juri, karya tulis Made Regeg berhasil menduduki pertingkat III. Menurut Made Regeg, karya tulisnya ini merupakan hasil penelitian selama 2 tahun terakhir melakukan pengawasan sebagai Pengawas SMP Disdikpora Kecamatan Kubu.
"Meski hanya menduduki peringkat III, saya tetap bangga atas hasil ini. Apalagi, saya tampil di final bersama istri. Kendati istri yanga hanya masuk peringkat X kategori Pengawas SD dan TK, saya tetap bersyukur. Ini prestasi sangat langka di Indonesia, karena pasangan suami istri masuk finalm,” jelas Made Regeg saat dikonfirmasi NusaBali per telepon seusai memastikan peringkat III di Jakarta, Minggu (6/5) lalu.
Bagi Made Regeg sendiri, ini untuk ketiga kalinya secara beruntun loloe ke babak final Lomba KTI Best Practice Nasional. Pertama, dia loloa ke babak final event serupa tahun 2016. Sayangnya, kala itu Made Regeg gagal berangkat gara-gara sakit perut di hari keberangkatannya.
Setahun berikutnya, Made Regeg kembali lolos ke final Lomba KTI Best Practice Nasional 2017 yang digelar Kemendikbud di Hotel Melinium Sirih Jakarta Pusat, 23-26 November 2017. Kala itu, guru berprestasi kelahiran 22 Desember 1965 asal kampung ‘Gepeng’ di Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem ini juga tampil bersama sang istri, Made Sumerti.
Dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2017 itu, Made Regeg menampilkan karya tulis ilmiah berjudul ‘Budaya Literasi Informasi Bencana Gunung Agung pada Era Digital di SMPN 2 Amlapura’. Sedangkan istrinya menampilkan karya tulis bertajuk ‘Uber Menuju Gerbang Literasi’.
Waktu itu, sang istri berhasil tembus peringkat V best Practice Nasional 2017 kategori Pengawas TK dan SD. Sementara Made Regeg harus puas duduk di peringkat VIII best Practice Nasional 2017 kategori Pengawas SMP. Setahun kemudian, dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2018, Made Regeg sukses tembus peringkat III, sementara istrinya harus puas masuk peringkat 10 besar.
“Sebenarnya, saya jauh lebih siap mengikuti final Lomba KTI Best Practice 2018 ini bandingkan final setahun lalu. Hanya saja, hasilnya ternyata kurang beruntung. Tapi, saya tidak kapok. Saya coba lagi tahun depan," ujar Made Sumerti saat dikonfirmasi NusaBali terpisah.
Made Sumerti sendiri merupakan guru berprestasi kelahiran 15 Mei 1966 asal Banjar Wangaya Kaja, Desa Wangaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan yang menikah ke kampung Gepeng Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu. Dia menjabat Pengawas TK dan SD Disdikpora Kecamatan Abang sejak tahun 2012.
Mengawali karier sebagai guru di SDN 17 Tianyar tahun 1986, Made Sumerti kemudian dipromosikan menjadi Kepala Sekolah (Kasek) SDN 17 Tianyar pada 2004. Jabatan itu dipegangnya selama 8 tahun, sebelum kemudian jebolan S2 Unhi Denpasar ini dialihkan menjadi Pengawas TK dan SD Disdikpora Kecamatan Abang pada 2012.
Sebaliknya, Made Regeg menjabat sebagai Pengawas SMP Disdikpora Kecamatan Kubu sejak 2016. Sebeumnya, Made Regeg sempat menjabat Kasek SDN 17 Tianyar (1992-2006), Pengawas TK dan SD Disdikpora Kecamatan Kubu (2006-2007), serta Kepala UPT Disidkpora Kecamatan Kubu (2007-2008). Made Regeg pernah sabet predikat sebagai Guru Teladan Kabupaten Karangasem 2003, Guru Teladan Provinsi Bali (2003), hingga Juara Pengawas Terbaik SMP Karangasem (2015). *k16
AMLAPURA, NusaBali
Pengawas SMP Disdikpora Kecamatan Kubu, Karangasem, I Made Regeg SPd MSi, 53, termasuk di antara 5 guru berprestasi asal Bali yang jadi juara dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) Best Practice Nasional 2018. Uniknya, Made Regeg tampil di final bersama istrinya, Ni Made Sumerti SPd MSi, 52. Sayang, sang istri gagal raih gelar, sementara Made Regeg berhasil tembus peringkat III Best Practice Nasional kategori Pengawas SMP.
Secara keseluruhan, ada 12 guru berprestasi dari Bali yang tembus babak final Lomba KTI Best Practice Nasional 2018. Dari jumlah itu, 5 orang di antaranya berhasil menggaget medali alias menduduki peringkat I, II, III. Satu-satunya yang berhasil sabet medali emas dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 adalah I Putu Arimbawa. Pengawas SMA Dinas Pendidikan Provinsi Bali ini Juara I best Practice Nasional kategori ‘Pengawas SMA’.
Sedangkan satu-satunya medali perak dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 di-persembahkan Ida Ayu Putu Satyani, guru yang kini menjabat Kepala Sekolah (Kasek) SDN 8 Mas, Deswa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar. Dayu Putu Satyani sabet perak kategori Kasek SD, setelah memenangkan persaingan dengan 28 finalis lainnya dari berbagai provinsi se-Indonesia.
Sebaliknya, 3 guru berprestasi asal Bali yang meraih medali perunggu dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2018, masing-masing Kasek SMAN Bali Mandara Buleleng I Nyoman Darta (kategori Kasek SMA), Pengawas Disdikpora Denpasar Tatik Dwi Wahyuni, dan Pengawas SMP Disdikpora Karangasem I Made Regeg (kategori Pengawas SMP).
Dalam final Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 yang digelar Kementerian Pen-didikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Swiss-Belresidences Kalibata, Pancoran, Jakarta, 5-6 Mei 2018 lalu, Made Regeg menampilkan karya tulis ilmiah berjudul ‘Implementasi Supervisi Model Kristal dengan Teknik Coaching untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Seni Budaya SMP dalam Membuat Media Berbasis Teknologi Informasi di Kabupaten Karangasem’.
Sedangkan sang istri, Made Sumerti, yang tampil untuk kategori Pengawas TK dan SD, menampilkan karya tulis bertajuk ‘Implementasi Supervisi Model Kristal dengan Strategi Intan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Sasaran dalam Melaksanakan Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013 di Gugus VII Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem’. Sayangnya, Made Sumerti hanya menduduki peringkat X Best Practice Nasional kategori Pengawas TK dan SD, di antara 15 finalis dari berbagai daerah se-Indonesia.
Sementara, karya tulis yang dibawakan Made Regeg bersaing dengan 18 finalis dari daerah lainnya se-Indonesia. Berdasarkan penilaian dewan juri, karya tulis Made Regeg berhasil menduduki pertingkat III. Menurut Made Regeg, karya tulisnya ini merupakan hasil penelitian selama 2 tahun terakhir melakukan pengawasan sebagai Pengawas SMP Disdikpora Kecamatan Kubu.
"Meski hanya menduduki peringkat III, saya tetap bangga atas hasil ini. Apalagi, saya tampil di final bersama istri. Kendati istri yanga hanya masuk peringkat X kategori Pengawas SD dan TK, saya tetap bersyukur. Ini prestasi sangat langka di Indonesia, karena pasangan suami istri masuk finalm,” jelas Made Regeg saat dikonfirmasi NusaBali per telepon seusai memastikan peringkat III di Jakarta, Minggu (6/5) lalu.
Bagi Made Regeg sendiri, ini untuk ketiga kalinya secara beruntun loloe ke babak final Lomba KTI Best Practice Nasional. Pertama, dia loloa ke babak final event serupa tahun 2016. Sayangnya, kala itu Made Regeg gagal berangkat gara-gara sakit perut di hari keberangkatannya.
Setahun berikutnya, Made Regeg kembali lolos ke final Lomba KTI Best Practice Nasional 2017 yang digelar Kemendikbud di Hotel Melinium Sirih Jakarta Pusat, 23-26 November 2017. Kala itu, guru berprestasi kelahiran 22 Desember 1965 asal kampung ‘Gepeng’ di Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem ini juga tampil bersama sang istri, Made Sumerti.
Dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2017 itu, Made Regeg menampilkan karya tulis ilmiah berjudul ‘Budaya Literasi Informasi Bencana Gunung Agung pada Era Digital di SMPN 2 Amlapura’. Sedangkan istrinya menampilkan karya tulis bertajuk ‘Uber Menuju Gerbang Literasi’.
Waktu itu, sang istri berhasil tembus peringkat V best Practice Nasional 2017 kategori Pengawas TK dan SD. Sementara Made Regeg harus puas duduk di peringkat VIII best Practice Nasional 2017 kategori Pengawas SMP. Setahun kemudian, dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2018, Made Regeg sukses tembus peringkat III, sementara istrinya harus puas masuk peringkat 10 besar.
“Sebenarnya, saya jauh lebih siap mengikuti final Lomba KTI Best Practice 2018 ini bandingkan final setahun lalu. Hanya saja, hasilnya ternyata kurang beruntung. Tapi, saya tidak kapok. Saya coba lagi tahun depan," ujar Made Sumerti saat dikonfirmasi NusaBali terpisah.
Made Sumerti sendiri merupakan guru berprestasi kelahiran 15 Mei 1966 asal Banjar Wangaya Kaja, Desa Wangaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan yang menikah ke kampung Gepeng Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu. Dia menjabat Pengawas TK dan SD Disdikpora Kecamatan Abang sejak tahun 2012.
Mengawali karier sebagai guru di SDN 17 Tianyar tahun 1986, Made Sumerti kemudian dipromosikan menjadi Kepala Sekolah (Kasek) SDN 17 Tianyar pada 2004. Jabatan itu dipegangnya selama 8 tahun, sebelum kemudian jebolan S2 Unhi Denpasar ini dialihkan menjadi Pengawas TK dan SD Disdikpora Kecamatan Abang pada 2012.
Sebaliknya, Made Regeg menjabat sebagai Pengawas SMP Disdikpora Kecamatan Kubu sejak 2016. Sebeumnya, Made Regeg sempat menjabat Kasek SDN 17 Tianyar (1992-2006), Pengawas TK dan SD Disdikpora Kecamatan Kubu (2006-2007), serta Kepala UPT Disidkpora Kecamatan Kubu (2007-2008). Made Regeg pernah sabet predikat sebagai Guru Teladan Kabupaten Karangasem 2003, Guru Teladan Provinsi Bali (2003), hingga Juara Pengawas Terbaik SMP Karangasem (2015). *k16
Komentar