nusabali

Anggota DPRD Badung Belajar TOSS di Klungkung

  • www.nusabali.com-anggota-dprd-badung-belajar-toss-di-klungkung

Anggota DPRD Badung Dapil Kuta, Ni Luh Gede Mediastuti menggelar kunjungan di Klungkung, Jumat (11/5).

SEMARAPURA, NusaBali
Tujuannya, belajar mendalami program pengolahan sampah menjadi energi terbarukan (briket/pelet). Dia diterima Sekda Klungkung Gde Putu Winastra di Ruang Rapat Kantor Bupati Klungkung, Jumat (11/5).Setelah melaksanakan rapat presentasi tentang sistem pengolahan Tempat Olah Sampah Sementara (TOSS), kemudian dilanjutkan turun langsung ke lapangan guna melihat secara langsung TOSS tersebut di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, dan Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung.

Sekda Winastra mengatakan, program TOSS ini sudah berjalan sejak Agustus 2017 dan akan difokuskan untuk desa-desa di Klungkung. Karena TOSS memiliki nilai sosial dan ekonomi. “Untuk sementara, baru 12 desa yang sudah menggunakan TOSS, nantinya seluruh desa di Klungkung akan menggunakan program tersebut daalam menangani masalah sampah di desa masing-masing,” ujarnya.

Anggota DPRD Badung Ni Luh Gede Mediastuti sangat mengapresiasi program TOSS itu. Dia ingin lebih memahami cara-cara pengolahan sampah menjadi energi terbarukan (briket/pelet). Karena sampah harus dikelola untuk menjaga kebersihan lingkungan. “Program TOSS di Klungkung ini sudah berjalan dengan baik, maka dari itu keinginan untuk lebih memahami tentang cara-cara Pengolahan Sampah menjadi energy terbarukan semakin serius,” ujarnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Klungkung Anak Agung Kirana menyampaikan inovasi TOSS ini dicoba karena lahan untuk dijadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Klungkung sangat sedikit. Setelah mengetahui dan melihat proses penanganan sampah meggunakan Program TOSS, Pemkab Klungkung akhirnya berani mengambil langkah untuk menjalankan program tersebut.

Sebelumnya juga sudah banyak upaya yang dilakukan guna menangani sampah di Klungkung. Diantaranya pengembangan Tempat Olah sampah Terpadu (TPST) di desa-desa, pengembangan bank sampah, dan pengolahan pupuk organik sistem Osaki Jepang. Namun belum menunjukkan hasil yang optimal, karena biaya yang cukup tinggi dan prosesnya juga lumayan lama serta hasilnya pun sulit untuk dipasarkan. Kemudian setelah dilaunchingnya Program TOSS ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai peluang bisnis sebagai sumber ekonomi alternatif. Melalui pengolahan sampah dengan metode peuyeumisasi, briketisasi/peletisasi, dan gasifikasi, dengan menggunakan bio activator. “Dengan metode tersebut, dalam waktu tiga hari bau sampah akan hilang, dan dalam waktu 10 hari volume sampah akan berkurang. Sampah yang telah olah tersebut dibentuk menjadi briket dan pellet yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses memasak, dan energi listrik dengan menggunakan gasifier,” ujarnya.*wan

Komentar