Akhir Semester I, Samurai Bonds Diterbitkan
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman memastikan penerbitan obligasi valas berdenominasi Yen atau Samurai Bonds masih terjadwal pada akhir Semester I-2018.
JAKARTA, NusaBali
"Kamu masih berencana melakukan penerbitan 'Samurai Bonds' pada semester satu," kata Luky dalam pemaparan di Jakarta, Jumat (11/5).Luky mengatakan penerbitan Samurai Bonds masih bisa menarik minat pelaku pasar Jepang yang memiliki karakteristik berbeda dan merupakan investor potensial yang ingin mencari instrumen investasi baru (captive market). "Pelaku pasar Jepang lebih 'captive' dan sedikit berbeda," katanya.
Ia juga menyakini fenomena penguatan dolar AS terhadap mata uang negara-negara berkembang yang menyebabkan gejolak saat ini tidak menganggu jadwal penerbitan Samurai Bonds ini. "Penguatan dolar AS hampir terjadi di semua mata uang. Kita melihat peluang dan saat ini masih berprospek," kata Luky.
Sebelumnya, pemerintah secara rutin menerbitkan Samurai Bonds pada akhir semester I untuk menutup pembiayaan dalam APBN. Pada 2017, pemerintah berhasil menghimpun dana dari penerbitan tiga seri Samurai Bonds hingga mencapai 100 miliar Yen atau sekitar Rp12 triliun.
Penjualan obligasi valas pemerintah ini selalu menarik minat investor asing, tidak hanya Samurai Bonds, namun juga Global Bonds, Sukuk Global, maupun Euro Bonds, dengan rata-rata mencatatkan kelebihan penawaran. Namun, dalam kondisi saat ini timbul kekhawatiran berkurangnya minat investor untuk berinvestasi di obligasi valas Indonesia karena membaiknya imbal hasil US Treasury Bill milik pemerintah AS.*ant
"Kamu masih berencana melakukan penerbitan 'Samurai Bonds' pada semester satu," kata Luky dalam pemaparan di Jakarta, Jumat (11/5).Luky mengatakan penerbitan Samurai Bonds masih bisa menarik minat pelaku pasar Jepang yang memiliki karakteristik berbeda dan merupakan investor potensial yang ingin mencari instrumen investasi baru (captive market). "Pelaku pasar Jepang lebih 'captive' dan sedikit berbeda," katanya.
Ia juga menyakini fenomena penguatan dolar AS terhadap mata uang negara-negara berkembang yang menyebabkan gejolak saat ini tidak menganggu jadwal penerbitan Samurai Bonds ini. "Penguatan dolar AS hampir terjadi di semua mata uang. Kita melihat peluang dan saat ini masih berprospek," kata Luky.
Sebelumnya, pemerintah secara rutin menerbitkan Samurai Bonds pada akhir semester I untuk menutup pembiayaan dalam APBN. Pada 2017, pemerintah berhasil menghimpun dana dari penerbitan tiga seri Samurai Bonds hingga mencapai 100 miliar Yen atau sekitar Rp12 triliun.
Penjualan obligasi valas pemerintah ini selalu menarik minat investor asing, tidak hanya Samurai Bonds, namun juga Global Bonds, Sukuk Global, maupun Euro Bonds, dengan rata-rata mencatatkan kelebihan penawaran. Namun, dalam kondisi saat ini timbul kekhawatiran berkurangnya minat investor untuk berinvestasi di obligasi valas Indonesia karena membaiknya imbal hasil US Treasury Bill milik pemerintah AS.*ant
Komentar