BI Angkat Tenun Bali Bergaya Modern
Bank Indonesia mengangkat tenun dan aksesoris Bali dengan gaya modern tanpa meninggalkan kesan etnik yang ditampilkan oleh pelaku usaha kecil menengah binaan bank sentral itu dalam memajukan ekonomi kecil berdaya saing tinggi.
DENPASAR, NusaBali
"Kalau cuma terpaku pada corak itu biasa, padahal tenun bisa tampil modern dan berbeda," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana, Sabtu (12/5).
BI kemudian mempertemukan para pelaku UKM itu dengan para desainer yang memiliki jaringan dan pengalaman untuk bekerja sama menghasilkan kreasi bernilai tambah tinggi. Tenun buatan pelaku UKM binaan BI dari sejumlah daerah di Bali itu di antaranya endek, songket hingga kain rangrang.
Pelaku UKM binaan bank sentral itu yakni Ketut Widiadnyana dari kelompok tenun Songket Putrimas Jembrana, I Ketut Rajin dari kelompok tenun Arta Dharma Buleleng dan Kadek Wisnu Saputra dari kelompok tenun ikat Wisnu Murti.
Selain itu Gede Surya Winata dari kelompok tenun cepuk rangrang Nusa Penida, Andika Tarum dari tarum Bali di Gianyar, A A Indra Dwipayani dari kelompok Tenun Agung Bali di Bangli dan UKM aksesoris perhiasan Putu Sudiadnyani dari Celuk, Gianyar. Kain tradisional dari perajin tersebut kemudian didesain oleh perancang busana dengan ide dan kreasinya untuk menghasilkan busana berbahan dasar tenun yang diharapkan menjadi tren fashion 2019.
Bank sentral itu kemudian mengantarkan enam perajin atau pelaku usaha tenun dan satu pelaku usaha bidang aksesoris Pulau Dewata ke panggung Bali Fashion Trend 2019 yang digelar di Seminyak, Kuta, Kabupaten Badung, 11-13 Mei 2018. "Kalau siap naik kelas, harus siap juga memenuhi kualitas, kemampuan dan selera pasar," ucap Causa.
Perancang busana Dwi Iskandar misalnya menggandeng Widiandnyana dengan tenun songket yang dibuat dengan gaya gipsi menjadi lebih ringan meski dengan potongan kain bertumpuk.
Pada pagelaran busana itu ia memadukan warna cerah khas tropis kain tenun di antaranya merah marun dan oranye dengan potongan atasan tidak biasa yang beberapa di antaranya dipadukan rompi dengan rok dengan potongan lebar untuk pakaian wanita.
Sedangkan busana pria didesain dengan atasan kain tenun berwarna cerah dengan potongan tidak biasa dan bawahan celana panjang polos. "Tenun Bali punya prospek karena memiliki kelebihan yang akan ditonjolkan melalui pagelaran busana untuk lebih menaikkan dan mempopulerkan tenun," ucap penasehat Indonesia Fashion Chamber (IFC) Denpasar itu.
Sementara itu Ketut Widiadnyana, perajin songket Jembrana mengharapkan kain khas Bumi Makepung yang dipadukan dengan gaya modern itu semakin dikenal luas masyarakat dengan kreasi unik para perancang.
Ia juga mengharapkan setelah pagelaran busana tersebut akan memberikan nilai tambah khususnya dalam pengembangan kain tradisional."Setelah menjadi produk fesyen akan menaikkan nilai tambah mungkin tiga kali lipat lebih," ucapnya.*ant
BI kemudian mempertemukan para pelaku UKM itu dengan para desainer yang memiliki jaringan dan pengalaman untuk bekerja sama menghasilkan kreasi bernilai tambah tinggi. Tenun buatan pelaku UKM binaan BI dari sejumlah daerah di Bali itu di antaranya endek, songket hingga kain rangrang.
Pelaku UKM binaan bank sentral itu yakni Ketut Widiadnyana dari kelompok tenun Songket Putrimas Jembrana, I Ketut Rajin dari kelompok tenun Arta Dharma Buleleng dan Kadek Wisnu Saputra dari kelompok tenun ikat Wisnu Murti.
Selain itu Gede Surya Winata dari kelompok tenun cepuk rangrang Nusa Penida, Andika Tarum dari tarum Bali di Gianyar, A A Indra Dwipayani dari kelompok Tenun Agung Bali di Bangli dan UKM aksesoris perhiasan Putu Sudiadnyani dari Celuk, Gianyar. Kain tradisional dari perajin tersebut kemudian didesain oleh perancang busana dengan ide dan kreasinya untuk menghasilkan busana berbahan dasar tenun yang diharapkan menjadi tren fashion 2019.
Bank sentral itu kemudian mengantarkan enam perajin atau pelaku usaha tenun dan satu pelaku usaha bidang aksesoris Pulau Dewata ke panggung Bali Fashion Trend 2019 yang digelar di Seminyak, Kuta, Kabupaten Badung, 11-13 Mei 2018. "Kalau siap naik kelas, harus siap juga memenuhi kualitas, kemampuan dan selera pasar," ucap Causa.
Perancang busana Dwi Iskandar misalnya menggandeng Widiandnyana dengan tenun songket yang dibuat dengan gaya gipsi menjadi lebih ringan meski dengan potongan kain bertumpuk.
Pada pagelaran busana itu ia memadukan warna cerah khas tropis kain tenun di antaranya merah marun dan oranye dengan potongan atasan tidak biasa yang beberapa di antaranya dipadukan rompi dengan rok dengan potongan lebar untuk pakaian wanita.
Sedangkan busana pria didesain dengan atasan kain tenun berwarna cerah dengan potongan tidak biasa dan bawahan celana panjang polos. "Tenun Bali punya prospek karena memiliki kelebihan yang akan ditonjolkan melalui pagelaran busana untuk lebih menaikkan dan mempopulerkan tenun," ucap penasehat Indonesia Fashion Chamber (IFC) Denpasar itu.
Sementara itu Ketut Widiadnyana, perajin songket Jembrana mengharapkan kain khas Bumi Makepung yang dipadukan dengan gaya modern itu semakin dikenal luas masyarakat dengan kreasi unik para perancang.
Ia juga mengharapkan setelah pagelaran busana tersebut akan memberikan nilai tambah khususnya dalam pengembangan kain tradisional."Setelah menjadi produk fesyen akan menaikkan nilai tambah mungkin tiga kali lipat lebih," ucapnya.*ant
Komentar