Pangeran Mas Sepuh Dikenal Sakti, Makamnya Tak Pernah Sepi Peziarah
Syekh Achmad Chamdun Choirussholeh yang dikenal sebagai Pangeran Mas Sepuh, merupakan putra dari Raja Mengwi I, sementara ibundanya adalah putri dari Kerajaan Blambangan, Banyuwangi
Melihat Jejak Wali Pitu (Tujuh Wali) di Pulau Dewata Berikut Makam Keramat Mereka
MANGUPURA, NusaBali
Tak banyak orang tahu, di Bali terdapat makam keramat tujuh orang berpengaruh, yang oleh sebagian umat Islam dipercaya sebagai wali pitu (tujuh wali). Salah satu makam keramat tersebut adalah Syekh Achmad Chamdun Choirussholeh atau Raden Amangkuningrat atau Pangeran Mas Sepuh, yang berlokasi di Banjar Seseh, Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Badung. Pangeran Mas Sepu dulunya dikenal sakti, makamnya kini tak pernah sepi peziarah.
Masyarakat setempat lebih mengenal Makam Pangeran Mas Sepuh ini sebagai Makam Keramat Pantai Seseh. Akses menuju lokasi makam keramat ini cukup mudah ditempuh, baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Bahkan, lokasinya terbilang strategis, karena satu arah menuju objek wisata Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan. Jaraknya sekitar 5 kilometer arah timur dari Tanah Lot. Makam Pangeran Mas Sepuh ini posisinya tak jauh dari Pura Ratu Mas Sakti.
Informasi di lapangan, Makam Pangeran Mas Sepuh pertama kali ditemukan tahun 1992 silam. Kala itu, salah seorang warga yang tinggal di Denpasar memperoleh petunjuk bahwa terdapat sebuah makam tua yang dikeramatkan masyarakat. Setelah ditelusuri, ternyata makam keramat dimaksud berada di Banjar Seseh, Desa Cemagi.
Sejak ditemukan tahun 1992, Makam Pangeran Mas Sepuh tak pernah sepi diziarahi sebagian umat Islam. Para peziarah tidak saja berasal dari Bali, tapi juga dari luar Pulau Dewata.
Berdasarkan penuturan juri kunci Makam Keramat Pantai Seseh, Made Artana, Pangeran Mas Sepuh adalah sosok yang sakti mandraguna. Pangerah Mas Sepuh konon merupakan putra dari Raja Mengwi I. Sedangkan ibundanya adalah seorang putri dari Kerajaan Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur.
Menurut Made Artana, Pangeran Mas Sepuh datang ke Bali semata-mata ingin menemui ayahnya di Mengwi. Sebab, Pangeran Mas Sepuh tidak pernah bertemu sang ayah sejak lahir ke dunia. Banyak cerita menyebutkan, Raja Mengwi I meninggalkan Blambangan dan kembali ke istananya di Mengwi, sejak Pangeran Mas Sepuh masih dalam kandungan.
“Setelah tahu ayahnya adalah Raja Mengwi I, beliau (Pangeran Mas Sepuh) lalu meminta izin kepada ibunya untuk menemui sang ayah. Lalu, beliau berangkat dengan pengawal dari Blambangan yang berjumlah sekitar 40 orang. Waktu itu, beliau berusia sekitar 25 tahun. Beliau juga dibekali keris oleh ibunya dari Blambangan,” ungkap Made Artana ketika NusaBali berkunjung ke Makam Pangeran Mas Sepuh di Desa Cemagi, beberapa waktu lalu.
Nah, saat Pangeran Mas Sepuh tiba di Kerajaan Mengwi, ayahnya yang merupakan Raja Mengwi I sudah wafat. Terjadilah perselisihan dengan keluarga Kerajaan Mengwi, hingga kemudian Pangeran Mas Sepuh meninggalkan istana. Dalam perjalanan setelah keluar dari Kerajaan Mengwi, datanglah segerombolan orang menyerang Pangeran Mas Sepuh. Pertempuran hebat pun terjadi, namun tak satu pun sanjata dari gerombolan orang itu yang mampu melukai Pangeran Mas Sepuh.
“Beliau memang sakti, malah konon bisa berjalan di atas air. Kadang-kadang beliau duduk di atas air sambil sembahyang,” jelas Made Artana yang merupakan generasi ketujuh secara turun temurun sebagai penjaga Makam Pangeran Mas Sepuh di Pantai Seseh.
Dikisahkan, beberapa lama setelah peristiwa penyerangan itu, Pangeran Mas Sepuh akhirnya wafat. Konon, Pangeran Mas Sepuh sempat berpesan jika meninggal, agar dibuatkan makam. Akhirnya, makam itu dibangun di Pantai Seseh. “Kalau orang Muslim menyebutnya sebagai makam, kalau masyarakat di Bali biasa menyebut pamereman (tempat tidur),” cerita Made Artana.
Sepeninggal Pangeran Mas Sepuh, pihak Kerajaan Mengwi menyerahkan perawatan makam keramat ini kepada juri kunci. Oleh masyarakat setempat, juru kunci Makam Pangeran Mas Sepuh disebut Jro Mangku Makam Keramat Pantai Seseh. Bahkan, hingga kini perawatan makan dilakukan secara turun temurun dari keluarga Made Artana.
Menurut Made Artana, hal ini dilakukan sebagai pengakuan bahwa yang berada di Makam Keramat Pantai Seseh tersebut merupakan putra Dalem (Raja) Mengwi. “Saat piodalan di sini, Ida Panglingsir Puri Ageng Mengwi, AA Gde Agung, biasanya datang,” terang Artana. “Aci yang dihaturkan di Makam Pangeran Masa Sepuh ini tidak boleh bersarana daging babi atau sapi,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Maka Pangeran Mas Sepuh tak pernah sepi peziarah. Artana menyebutkan, setiap harinya ada saja yang datang berziarah untuk berdoa. Biasanya, peziarah datang secara rombongan menggunakan bus dan mobil travel. Biasanya, peziarah ramai kalau pas liburan, akhir pekan, menjelang puasa, dan selama bulan puasa.
“Peziarah ada yang datang terbanyak dari Jawa, ada pula asal Medan dan Kalimantan. Mereka yang datang ke sini bukan saja warga biasa, ada juga kalangan pejabat, politisi, pokoknya banyak. Keinginannya tentu berdoa meminta agar dimudahkan segala urusannya. Tak jarang, permintaan para peziarah terkabul,” beber Artana.
Menurut Artana, ada hari spesial di mana peziarah ke Makam Pangeran Mas Sepuh membludak, sejak siang hingga menjelang subuh keesokan harinya. Momen spesial itu terjadi saat rahina Wraspati Kliwon. Selain itu, juga pada 1 Syuro atau Muharam (kalender Islam). Bahkan, pengunjung bisa sampai menginap. *asa
MANGUPURA, NusaBali
Tak banyak orang tahu, di Bali terdapat makam keramat tujuh orang berpengaruh, yang oleh sebagian umat Islam dipercaya sebagai wali pitu (tujuh wali). Salah satu makam keramat tersebut adalah Syekh Achmad Chamdun Choirussholeh atau Raden Amangkuningrat atau Pangeran Mas Sepuh, yang berlokasi di Banjar Seseh, Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Badung. Pangeran Mas Sepu dulunya dikenal sakti, makamnya kini tak pernah sepi peziarah.
Masyarakat setempat lebih mengenal Makam Pangeran Mas Sepuh ini sebagai Makam Keramat Pantai Seseh. Akses menuju lokasi makam keramat ini cukup mudah ditempuh, baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Bahkan, lokasinya terbilang strategis, karena satu arah menuju objek wisata Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan. Jaraknya sekitar 5 kilometer arah timur dari Tanah Lot. Makam Pangeran Mas Sepuh ini posisinya tak jauh dari Pura Ratu Mas Sakti.
Informasi di lapangan, Makam Pangeran Mas Sepuh pertama kali ditemukan tahun 1992 silam. Kala itu, salah seorang warga yang tinggal di Denpasar memperoleh petunjuk bahwa terdapat sebuah makam tua yang dikeramatkan masyarakat. Setelah ditelusuri, ternyata makam keramat dimaksud berada di Banjar Seseh, Desa Cemagi.
Sejak ditemukan tahun 1992, Makam Pangeran Mas Sepuh tak pernah sepi diziarahi sebagian umat Islam. Para peziarah tidak saja berasal dari Bali, tapi juga dari luar Pulau Dewata.
Berdasarkan penuturan juri kunci Makam Keramat Pantai Seseh, Made Artana, Pangeran Mas Sepuh adalah sosok yang sakti mandraguna. Pangerah Mas Sepuh konon merupakan putra dari Raja Mengwi I. Sedangkan ibundanya adalah seorang putri dari Kerajaan Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur.
Menurut Made Artana, Pangeran Mas Sepuh datang ke Bali semata-mata ingin menemui ayahnya di Mengwi. Sebab, Pangeran Mas Sepuh tidak pernah bertemu sang ayah sejak lahir ke dunia. Banyak cerita menyebutkan, Raja Mengwi I meninggalkan Blambangan dan kembali ke istananya di Mengwi, sejak Pangeran Mas Sepuh masih dalam kandungan.
“Setelah tahu ayahnya adalah Raja Mengwi I, beliau (Pangeran Mas Sepuh) lalu meminta izin kepada ibunya untuk menemui sang ayah. Lalu, beliau berangkat dengan pengawal dari Blambangan yang berjumlah sekitar 40 orang. Waktu itu, beliau berusia sekitar 25 tahun. Beliau juga dibekali keris oleh ibunya dari Blambangan,” ungkap Made Artana ketika NusaBali berkunjung ke Makam Pangeran Mas Sepuh di Desa Cemagi, beberapa waktu lalu.
Nah, saat Pangeran Mas Sepuh tiba di Kerajaan Mengwi, ayahnya yang merupakan Raja Mengwi I sudah wafat. Terjadilah perselisihan dengan keluarga Kerajaan Mengwi, hingga kemudian Pangeran Mas Sepuh meninggalkan istana. Dalam perjalanan setelah keluar dari Kerajaan Mengwi, datanglah segerombolan orang menyerang Pangeran Mas Sepuh. Pertempuran hebat pun terjadi, namun tak satu pun sanjata dari gerombolan orang itu yang mampu melukai Pangeran Mas Sepuh.
“Beliau memang sakti, malah konon bisa berjalan di atas air. Kadang-kadang beliau duduk di atas air sambil sembahyang,” jelas Made Artana yang merupakan generasi ketujuh secara turun temurun sebagai penjaga Makam Pangeran Mas Sepuh di Pantai Seseh.
Dikisahkan, beberapa lama setelah peristiwa penyerangan itu, Pangeran Mas Sepuh akhirnya wafat. Konon, Pangeran Mas Sepuh sempat berpesan jika meninggal, agar dibuatkan makam. Akhirnya, makam itu dibangun di Pantai Seseh. “Kalau orang Muslim menyebutnya sebagai makam, kalau masyarakat di Bali biasa menyebut pamereman (tempat tidur),” cerita Made Artana.
Sepeninggal Pangeran Mas Sepuh, pihak Kerajaan Mengwi menyerahkan perawatan makam keramat ini kepada juri kunci. Oleh masyarakat setempat, juru kunci Makam Pangeran Mas Sepuh disebut Jro Mangku Makam Keramat Pantai Seseh. Bahkan, hingga kini perawatan makan dilakukan secara turun temurun dari keluarga Made Artana.
Menurut Made Artana, hal ini dilakukan sebagai pengakuan bahwa yang berada di Makam Keramat Pantai Seseh tersebut merupakan putra Dalem (Raja) Mengwi. “Saat piodalan di sini, Ida Panglingsir Puri Ageng Mengwi, AA Gde Agung, biasanya datang,” terang Artana. “Aci yang dihaturkan di Makam Pangeran Masa Sepuh ini tidak boleh bersarana daging babi atau sapi,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Maka Pangeran Mas Sepuh tak pernah sepi peziarah. Artana menyebutkan, setiap harinya ada saja yang datang berziarah untuk berdoa. Biasanya, peziarah datang secara rombongan menggunakan bus dan mobil travel. Biasanya, peziarah ramai kalau pas liburan, akhir pekan, menjelang puasa, dan selama bulan puasa.
“Peziarah ada yang datang terbanyak dari Jawa, ada pula asal Medan dan Kalimantan. Mereka yang datang ke sini bukan saja warga biasa, ada juga kalangan pejabat, politisi, pokoknya banyak. Keinginannya tentu berdoa meminta agar dimudahkan segala urusannya. Tak jarang, permintaan para peziarah terkabul,” beber Artana.
Menurut Artana, ada hari spesial di mana peziarah ke Makam Pangeran Mas Sepuh membludak, sejak siang hingga menjelang subuh keesokan harinya. Momen spesial itu terjadi saat rahina Wraspati Kliwon. Selain itu, juga pada 1 Syuro atau Muharam (kalender Islam). Bahkan, pengunjung bisa sampai menginap. *asa
1
Komentar