Jalan Terputus, Warung Lesehan Porakporanda
Abrasi parah terjadi di pesisir pantai kawasan Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jembrana akibat ganasnya ombak.
Abrasi Parah di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Jembrana
NEGARA, NusaBali
Bukan hanya sejumlah warung lesehan kuliner ikan bakar yang porakporanda, namun abrasi juga menyebabkan akses jalan terputus.Keruskan di pesisir pantai Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru semakin parah akibat gempuran ombak yang terjadi Rabu (16/5) malam. Pantauan NusaBali di lokasi, Kamis (17/5), badan jalan aspal di pesisir bantai yang diterjang abrasi ini putus hampir sepanjang 300 meter. Jalan aspal ini tidak lagi bisa dilewati kendaraan roda empat, karena sebagian badan jalan sisi selatan sudah tergerus jadi tebing. Warga yang hendak lewat menggunakan kendaraan roda empat terpaksa harus melewati jalur alternatif. Sedangkan pengendara motor masih bisa melintas dengan ekstra hati-hati.
Salah seorang warga setempat, Fatmawati, 32, mengatakan gempuran ombak mulai mengganas lagi sejak Senin (14/5) lalu. Sejak itu pula, setiap malam terjadi gelombang pasang. Gempuran ombak paling ganas terjadi Rabu malam, sehingga membuat jalan aspal tergerus.
“Jalan aspal sampai putus begini baru terjadi akibat gempuran ombak tadi malam (Rabu). Ombak besar mengamuk selama 4 jam dari pukul 20.00 Wita hingga tengah malam pukul 24.00 Wita,” jelas Fatmawati saat ditemui NusaBali di lokasi bencana abrasi, Kamis kemarin.
Saat terjadi gempuran ombak Rabu malam, Fatmawati bersama keluarganya tidak berani tidur. Demikian pula warga pesisir lainnya. Mereka khawatir rumahnya diterjang gelombang pasang. Bukan hanya itu, sejumlah nelayan yang hendak balik dari melaut malam itu juga terpaksa bertahan di tengah laut. Mereka baru bisa menepi ke darat, dinihari kemarin.
“Kalau ombak sudah besar, kami cuma bisa pasrah. Sudah beberap kali kami berusaha beli ban, batu, dan karung untuk menahan ombak, tapi terus saja begini. Pemerintah sama sekali tidak ada memberikan penanganan abrasi di sini. Padahal, sejak abrasi mulai parah tahun 2000-an, sudah ada 100 rumah warga hancur,” cerita Fatmawati yang kemarin didampingi adik sepupunya, Sahidin, 28.
Selain menghancurkan jalan aspal, ganasnya ombak di pesisir pantai Banjar Pabuahan juga porakporandakan sejumlah warung lesehan kuliner ikan bakar milik warga. Beberapa pemilik warung lesehan terpaksa membawa bangunan gazebo dijejerkan agak ke utara.
“Tapi, kalau kembali muncul besar, kemungkinan nanti habis semua dan tidak ada tempat lagi. Label wisata kuliner di sini pun akan habis pula. Dari semula sekitar 13 warung lesehan, kini tinggal 4 unit yang masih berusaha bertahan,” keluh Hariyanto, 38, salah satu pemilik warung lesehan di Pantai Pebuahan.
Sementara itu, Kadis Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Perumahan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana, I Wayan Darwin, mengaku sudah menerima laporan masalah abrasi parah di Pantai Pabuan. Namun, masalah jalan tergerus itu akan dibiarkan dulu, mengingat abrasi masih terjadi. Sedangkan untuk penanganan abrasi, itu wewenang pemerintah pusat. “Kalau jalannya diperbaiki tanpa ada penangan abrasi, ya percuma,” ujar Wayan Darwin saat dikonfirmasi NusaBali di Negara, Kamis kemarin.
Menurut Wayan Darwin, pihaknya sudah intens membuat pengajuan penanganan ke pusat terkait masalah abrasi ini. Namun, terakhir pada 2017, Jembrana hanya mendapat jatah penanganan abrasi sepanjang 100 meter di Lingkungan Jineng Agung, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya. Sedangkan tahun 2018 ini, tidak ada jatah bagi Jembrana. “Untuk penanganan abrasi itu, dananya cukup besar mencapai minimal Rp 35 juta per meter,” papar Darwin. *ode
NEGARA, NusaBali
Bukan hanya sejumlah warung lesehan kuliner ikan bakar yang porakporanda, namun abrasi juga menyebabkan akses jalan terputus.Keruskan di pesisir pantai Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru semakin parah akibat gempuran ombak yang terjadi Rabu (16/5) malam. Pantauan NusaBali di lokasi, Kamis (17/5), badan jalan aspal di pesisir bantai yang diterjang abrasi ini putus hampir sepanjang 300 meter. Jalan aspal ini tidak lagi bisa dilewati kendaraan roda empat, karena sebagian badan jalan sisi selatan sudah tergerus jadi tebing. Warga yang hendak lewat menggunakan kendaraan roda empat terpaksa harus melewati jalur alternatif. Sedangkan pengendara motor masih bisa melintas dengan ekstra hati-hati.
Salah seorang warga setempat, Fatmawati, 32, mengatakan gempuran ombak mulai mengganas lagi sejak Senin (14/5) lalu. Sejak itu pula, setiap malam terjadi gelombang pasang. Gempuran ombak paling ganas terjadi Rabu malam, sehingga membuat jalan aspal tergerus.
“Jalan aspal sampai putus begini baru terjadi akibat gempuran ombak tadi malam (Rabu). Ombak besar mengamuk selama 4 jam dari pukul 20.00 Wita hingga tengah malam pukul 24.00 Wita,” jelas Fatmawati saat ditemui NusaBali di lokasi bencana abrasi, Kamis kemarin.
Saat terjadi gempuran ombak Rabu malam, Fatmawati bersama keluarganya tidak berani tidur. Demikian pula warga pesisir lainnya. Mereka khawatir rumahnya diterjang gelombang pasang. Bukan hanya itu, sejumlah nelayan yang hendak balik dari melaut malam itu juga terpaksa bertahan di tengah laut. Mereka baru bisa menepi ke darat, dinihari kemarin.
“Kalau ombak sudah besar, kami cuma bisa pasrah. Sudah beberap kali kami berusaha beli ban, batu, dan karung untuk menahan ombak, tapi terus saja begini. Pemerintah sama sekali tidak ada memberikan penanganan abrasi di sini. Padahal, sejak abrasi mulai parah tahun 2000-an, sudah ada 100 rumah warga hancur,” cerita Fatmawati yang kemarin didampingi adik sepupunya, Sahidin, 28.
Selain menghancurkan jalan aspal, ganasnya ombak di pesisir pantai Banjar Pabuahan juga porakporandakan sejumlah warung lesehan kuliner ikan bakar milik warga. Beberapa pemilik warung lesehan terpaksa membawa bangunan gazebo dijejerkan agak ke utara.
“Tapi, kalau kembali muncul besar, kemungkinan nanti habis semua dan tidak ada tempat lagi. Label wisata kuliner di sini pun akan habis pula. Dari semula sekitar 13 warung lesehan, kini tinggal 4 unit yang masih berusaha bertahan,” keluh Hariyanto, 38, salah satu pemilik warung lesehan di Pantai Pebuahan.
Sementara itu, Kadis Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Perumahan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana, I Wayan Darwin, mengaku sudah menerima laporan masalah abrasi parah di Pantai Pabuan. Namun, masalah jalan tergerus itu akan dibiarkan dulu, mengingat abrasi masih terjadi. Sedangkan untuk penanganan abrasi, itu wewenang pemerintah pusat. “Kalau jalannya diperbaiki tanpa ada penangan abrasi, ya percuma,” ujar Wayan Darwin saat dikonfirmasi NusaBali di Negara, Kamis kemarin.
Menurut Wayan Darwin, pihaknya sudah intens membuat pengajuan penanganan ke pusat terkait masalah abrasi ini. Namun, terakhir pada 2017, Jembrana hanya mendapat jatah penanganan abrasi sepanjang 100 meter di Lingkungan Jineng Agung, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya. Sedangkan tahun 2018 ini, tidak ada jatah bagi Jembrana. “Untuk penanganan abrasi itu, dananya cukup besar mencapai minimal Rp 35 juta per meter,” papar Darwin. *ode
1
Komentar