Jumlah Korban Hilang Jadi 5 Orang
Menhub: Bangkai Rafelia II Segera Diangkat Agar Tak Ganggu Kabel Listrik Jawa–Bali
JAKARTA, NusaBali
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta evakuasi bangkai kapal Rafelia II yang tenggelam di dekat dermaga Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, segera dilakukan. Sebab, ada kabel listrik Jawa-Bali di lokasi tenggelamnya kapal.
“Salvage bangkai kapal akan dilakukan atas biaya pemilik. Dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu kabel listrik laut Jawa–Bali,” kata Jonan dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (5/3).
Jonan menjelaskan Rafelia dimiliki operator swasta. Kapal tersebut tenggelam dalam perjalanan Gilimanuk ke Ketapang, Jumat (4/3) siang.
Menurut Jonan, korban meninggal akan mendapatkan santunan sebesar Rp 100 juta, sedangkan korban luka Rp 17,5 juta.
Sementara tim Disaster Victim Identification (DVI) berhasil mengidentifikasi empat orang korban tewas tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Rafelia II di perairan Selat Bali, Jumat (4/3).
Ketua Tim DVI Polda Jatim Kompol dr Bambang Widiatmoko mengatakan jenazah pertama dengan kode B01 teridentifikasi sebagai Agus Tia. Jenazah B02 adalah Masruroh. Sedangkan jenazah B03 atas nama Mohammad Ramlan dan jenazah B04 sesuai data medis dan properti yaitu Puji Purnomo.
Menurut Bambang, tidak ada kendala dalam identifikasi jenazah. Sebab kondisi jenazah secara visual masih bisa dikenali.
“Tanda-tanda medis, berupa properti masih menempel. Kondisi ini cukup menguntungkan apalagi kondisi jenazah masih dalam kondisi bagus dan secara visual cukup dikenali,” imbuhnya.
Sedangkan Nakhoda KMP Rafelia II Bambang S Adi hingga saat ini belum ditemukan. Pencarian korban dilakukan tim penyelam gabungan dari Basarnas, TNI AL, dan Polair Polres Banyuwangi.
“Tim penyelam sudah melakukan pencarian di anjungan kapal. Kami hanya menemukan mayat chief kapal, Puji Purnomo,” ujar Kasat Polair Polres Banyuwangi Basori Alwi, saat melakukan pemaparan di depan Basarnas, Kapolres, dan TNI, di aula ASDP Ketapang, Sabtu kemarin.
Tim penyelam gabungan juga menelusuri lokasi lain di kapal tersebut. Mulai dari kamar, car deck, dek penumpang hingga kamar mesin.
“Semuanya masih nihil. Namun kami akan melakukan pencarian lagi. Bisa jadi nakhoda tidak ada di lokasi atau hanyut terbawa arus,” imbuh Basori seperti dilansir detikcom.
Sementara itu, Slamet, salah seorang manajer di PT Dharma Bahari Utama menepis dugaan jika nakhoda kapal tak ada di lokasi kapal. Sebab nakhoda kapal menurutnya sempat menghubungi pihak syahbandar.
“Nakhoda sempat meminta landing darurat pada saat itu sekitar pukul 12.50 (WIB). Kita pastikan nakhoda ada di lokasi,” ujarnya.
Tim Badan SAR Nasional Denpasar mengatakan ada satu tambahan korban tenggelam dari penumpang kapal laut. Dengan begitu, daftar korban hilang bertambah menjadi 5 orang.
Dari data yang dirilis Badan SAR Nasional Denpasar, menambahkan nama Agus Tia, 50, warga Karawang, sebagai salah satu penumpang KMP Rafelia II yang belum ditemukan. Agus Tia adalah penumpang yang bekerja sebagai sopir truk.
Sedangkan sebelumnya terdata 4 nama penumpang yang belum ditemukan, termasuk ibu dan balitanya, Masruroh, 25, dan M Ramlan, 18 bulan. Mualim Puji Purnomo dan Nakhoda Kapal Bambang S Adi juga tercatat dalam daftar pencarian orang hilang.
Masruroh dan balitanya, M Ramlan, asal Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, ditemukan oleh tim SAR gabungan di kedalaman 19 meter. Posisi mereka berpelukan.
“Korban di dalam kapal dan kondisinya berpelukan, bergendongan. Sebenarnya sudah pakai pelampung,” kata Kepala Satuan Polair Polres Banyuwangi AKP Basori Alwi, kepada detikcom, Sabtu kemarin.
Kedua korban berada di dek kapal di kedalaman air. “Memakai baju hijau di kedalaman 19,5 meter,” jelas Basori.
Keempat korban tewas itu ditemukan bertahap. Pertama, sekitar pukul 10.00 WIB atau sekitar pukul 11.00 Wita, ditemukan Tia Agus Miharja, yang merupakan seorang sopir truk dari Sukabumi, Jawa Barat. Kedua, berselang 30 menit kemudian atau pukul 10.30 WIB (pukul 11.30 Wita), giliran Masruroh ditemukan masih memeluk anaknya, Muhamad Ramlan. Sedangkan ketiga, sekitar pukul 11.15 WIB, sang Mualim I Puji Purnomo, ditemukan.
Melesetnya fakta temuan salah satu korban tewas atas nama Tia Agus Miharja itu semakin menguatkan tidak ada kepastian pendataan validasi manifest penyeberangan di Selat Bali. Sebelum kejadian tenggelam di Perairan Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, kapal jenis roro yang berangkat dari Pelabuhan Gilimanuk itu, memang sempat melaporkan keadaan muatan sebelum meminta persetujuan/izin berangkat dari Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Gilimanuk.
Namun dalam laporan, di samping mengangkut 1 unit sepeda motor, 4 unit pick–up, 4 truk sedang (colt diesel), 1 unit truk besar, dan 18 unit truk tronton, ada penyampaian jumlah 37 orang penumpang, yang tidak dirinci identitas pastinya. Hanya terperinci identitas dari 14 orang ABK, yang memegang kendali pengoperasian kapal naas tersebut.
Terkait tidak adanya pendataan pasti tersebut, dibenarkan salah satu sumber di UPP Gilimanuk. Sumber bersangkutan mengakui, keadaan serupa dipastikan tidak hanya di Selat Bali, namun di seluruh penyeberangan di Indonesia. Di mana, masih banyak penumpang ilegal, seperti pedagang asongan maupun orang terntentu yang biasa menyeberang tanpa membeli tiket. “Keadaan begini sudah lama. Makanya kalau sekarang dibilang siapa saja yang belum ditemukan, tidak berani dipastikan siapa saja,” ujar sumber yang menolak namanya ditulis di koran.
Karenanya, ketika mengetahui KMP Rafelia II tenggelam, yang bisa dilakukan untuk mendata orangnya, dilakukan melalui wawancara. Khususnya kepada para penumpang yang selamat. Dari hasil wawancara, sempat diperkirakan ada empat orang belum ketemu, yakni dua ABK dan dua penumpang. Namun dari penemuan empat korban tewas, kemarin, ada satu korban di luar data sementara yang keluar.
Sementara mengenai penyebab tenggelamnya kapal yang baru sekitar dua bulan beroperasi di Selat Bali itu, diperkirakan sementara karena ada kebocoran pada bagian lambung. Ini diperkuat dengan penjelasan beberapa korban yang berhasil selamat. Kapal yang sudah sempat beroperasi dua trip bolak-balik Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, sebelum akhirnya tenggelam saat trip ketiga, sempat dilihat sudah miring ke kiri.
Selanjutnya...
Komentar