Remaja Diingatkan Tak Terjerat Adiksi Rokok
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya mengingatkan generasi muda akan bahaya merokok untuk kesehatan.
DENPASAR, NusaBali
Menurutnya lebih dari 50 persen perokok adalah remaja, apalagi rokok mengandung zat adiktif yang membuat perokok ketagihan. Itu sebabnya dia meminta remaja yang belum merokok agar tidak mencobanya.
“Satu satunya cara agar tidak kecanduan adalah jangan memulai merokok,” kata Suarjaya saat memberi sambutan pada acara Kampanye simpatik Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2018 yang diselenggarakan di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, Minggu (20/5).
Suarjaya mengatakan satu batang rokok mengandung paling tidak 4.000 senyawa berbahaya. Selain itu, dia menambahkan, terdapat 400 senyawa penyebab kanker atau karsinogenik pada satu batang rokok. Oleh karena itu ia mengajak seluruh masyarakat hidup sehat dengan tidak merokok. Pemerintah menurutnya sudah terus melakukan langkah untuk mencegah penyebarluasan rokok. Salah satunya dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Sementara Bandoro Gunarso dari BEM FK Unud mengatakan peringatan hari tanpa tembakau sudah dimulai sejak 31 Mei 1989 karena dampaknya saat itu sudah dirasakan. Bahkan diestimasi korban meninggal akibat rokok di seluruh dunia mencapai 8 juta orang.
“Saat ini di Indonesia 190 ribu orang meninggal setiap tahunnya, sementara yang sakit mencapai 380 ribu orang,” katanya. Biaya untuk mengobati pun tak sedikit, mencapai 600 triliun per tahun, jauh lebih tinggi dari cukai rokok. Hasil penelitian menunjukkan banyak yang ingin berhenti tapi tak tahu caranya. Oleh karena itu, Gunarso mengapresiasi Kementerian Kesehatan yang sudah membuka call center untuk masyarakat yang ingin berhenti merokok.
Gede Sutha Arta Pramana dari HMKM Unud mendorong para remaja untuk mulai berani bersuara. Hal ini menurutnya penting karena remaja lah yang menjadi target utama untuk menjadi perokok baru. Caranya dengan menjadi sponsor kegiatan remaja atau memasang iklan yang masif. Remaja menurutnya perlu kritis dan menyampaikan pendapatnya. *sur
Menurutnya lebih dari 50 persen perokok adalah remaja, apalagi rokok mengandung zat adiktif yang membuat perokok ketagihan. Itu sebabnya dia meminta remaja yang belum merokok agar tidak mencobanya.
“Satu satunya cara agar tidak kecanduan adalah jangan memulai merokok,” kata Suarjaya saat memberi sambutan pada acara Kampanye simpatik Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2018 yang diselenggarakan di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, Minggu (20/5).
Suarjaya mengatakan satu batang rokok mengandung paling tidak 4.000 senyawa berbahaya. Selain itu, dia menambahkan, terdapat 400 senyawa penyebab kanker atau karsinogenik pada satu batang rokok. Oleh karena itu ia mengajak seluruh masyarakat hidup sehat dengan tidak merokok. Pemerintah menurutnya sudah terus melakukan langkah untuk mencegah penyebarluasan rokok. Salah satunya dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Sementara Bandoro Gunarso dari BEM FK Unud mengatakan peringatan hari tanpa tembakau sudah dimulai sejak 31 Mei 1989 karena dampaknya saat itu sudah dirasakan. Bahkan diestimasi korban meninggal akibat rokok di seluruh dunia mencapai 8 juta orang.
“Saat ini di Indonesia 190 ribu orang meninggal setiap tahunnya, sementara yang sakit mencapai 380 ribu orang,” katanya. Biaya untuk mengobati pun tak sedikit, mencapai 600 triliun per tahun, jauh lebih tinggi dari cukai rokok. Hasil penelitian menunjukkan banyak yang ingin berhenti tapi tak tahu caranya. Oleh karena itu, Gunarso mengapresiasi Kementerian Kesehatan yang sudah membuka call center untuk masyarakat yang ingin berhenti merokok.
Gede Sutha Arta Pramana dari HMKM Unud mendorong para remaja untuk mulai berani bersuara. Hal ini menurutnya penting karena remaja lah yang menjadi target utama untuk menjadi perokok baru. Caranya dengan menjadi sponsor kegiatan remaja atau memasang iklan yang masif. Remaja menurutnya perlu kritis dan menyampaikan pendapatnya. *sur
1
Komentar