Almarhum Susik Sudah Bersiap Pakai Kursi Roda
Lima seniman Buleleng menerima penghargaan Wija Kusuma pada Senin (21/5) malam, bertepatan dengan penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) Kabupaten Buleleng di Eks Pelabuhan Buleleng.
Penghargaan Wija Kusuma Diserahkan
SINGARAJA, NusaBali
Salah satu di antaranya adalah almarhum maestro bondres, I Made Ngurah Sadika. Seniman bondres yang dikenal sebagai Susik ini berpulang sepekan sebelum penerimaan penghargaan.
Penyerahan penghargaan untuk seniman itu langsung diserahkan oleh Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana didampingi Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, Sekda Buleleng, Dewa Ketut Puspaka dan jajaran. Penerimaan penghargaan khusus untuk maestro Susik terpaksa diwakili oleh keponakannya, Putu Kajeng Swarni, yang juga merupakan staf Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng. Sedangkan keluarga inti berhalangan hadir, karena sedang mempersiapkan acara pangabenan almarhum yang akan dilaksanakan hari ini, Anggara Paing Sungsang, Selasa (22/5) pagi. “Saya tidak bisa hadir. Sekarang sedang ngaskara di rumah,” kata putra sulung Susik, I Gede Arya Darmadi ketika dikonfirmasi NusaBali.
Putra sulung Susik yang lebih akrab disapa Cimcim itu pun menceritakan sebelum ayahnya berpulang, informasi penerimaan penghargaan itu sudah diketahui jauh hari. Bahkan saat dirawat di rumah sakit, Susik sempat mengigau dan menanyakan siapa yang akan menerima penghargaannya itu. “Bapak sudah tahu akan dapat penghargaan. Dikasih tahu pak Wayan Sujana (Kepala Bidang Kesenian, Dinas Kebudayaan Buleleng, Red), pas di rumah sakit juga sempat nanya, nyen ajak nyemak penghargaanne,” tuturnya meniru ucapan mendiang saat itu.
Sementara itu Wayan Sujana mengatakan memang memberi tahu soal penghargaan ini sebagai motivasi kesembuhan Susik. “Beliau juga sempet bertanya, kapan katanya penghargaan itu diserahkan, saya bilang saat itu sebulan lagi, karena pas saya jenguk waktu itu sekitra bulan April. Ia juga sempat berkata rage sing ngidaang bangun, ngidang je kayange to menek kursi roda (saya tidak bisa bangun, kira-kira bisa tidak saat itu saya naik kursi roda, red),” ucap Sujana meniru.
Sementara itu dalam penghargaan Wija Kusuma juga ada empat seniman lainnya yang ditetapkan sebagai penerima tahun ini. Mereka adalah I Ketut Artika, seniman tari asal Desa/Kecamatan Busungbiu Buleleng. ia yang dikenal sebagai pelatih dan pencipta tari dinilai layak mendapatkan penghargaan seni atas jasanya menciptakan sebuah tarian fundamental yakni tari Sampi Gerumbungan.
Penghargaan kedua diberikan kepada seniman tari yang juga tidak kalah berpengaruhnya terhadap perkembangan seni tari di Buleleng. Ia adalah Ni Made Sriwati. Seniman asal Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu ini merupakan salah satu pencipta tari yang cukup terkenal di Buleleng. Salah satu karyanya yakni Tari Kembang Deeng. Kemudian I Made Selamat, salah satu seniman sastra daerah asal Seririt. Karyanya berupa saduran geguritan, sastra daerah cukup dikenal dikalangan masyarakat. Bahkan sejumlah karyanya sempat dibawakan dalam Utsawa Dharmagita tingkat nasional. Seniman terakhir yakni Gede Sujana. Seiman seni rupa dan tari asal Desa/Kecamatan Tejakula ini diberikan penghargaan karena sudah lama mengabdikan diri di bidang seni, khususnya sebagai perupa dan juga penari wayang wong.
Sujana juga mengatakan penghargaan yang rutin digelar setiap tahunnya ini merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap seniman. Dalam penetapan penerima penghargaan wija kusuma pihaknya pun mengaku telah menetapkan syarat dan ketentuan yang selama ini sudah diseakati hingga pelaksanaan PKB ke 40.
“Penerimanya ditetapkan melalui rapat dengan seniman yang tergabung dalam listibya, mempertimbangkan sejumlah ketentuan diantaranya mengharumkan nama daerah, mempunyai karya cipta yang fundamental, loyalitas, dan berumur 50 tahun ke atas,” kata dia. Masing-masing seniman yang mendapatkan penghargaan wijakusuma akan diberilan cinderamata berupa pin dari emas dan juga uang tunai.*k23
SINGARAJA, NusaBali
Salah satu di antaranya adalah almarhum maestro bondres, I Made Ngurah Sadika. Seniman bondres yang dikenal sebagai Susik ini berpulang sepekan sebelum penerimaan penghargaan.
Penyerahan penghargaan untuk seniman itu langsung diserahkan oleh Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana didampingi Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, Sekda Buleleng, Dewa Ketut Puspaka dan jajaran. Penerimaan penghargaan khusus untuk maestro Susik terpaksa diwakili oleh keponakannya, Putu Kajeng Swarni, yang juga merupakan staf Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng. Sedangkan keluarga inti berhalangan hadir, karena sedang mempersiapkan acara pangabenan almarhum yang akan dilaksanakan hari ini, Anggara Paing Sungsang, Selasa (22/5) pagi. “Saya tidak bisa hadir. Sekarang sedang ngaskara di rumah,” kata putra sulung Susik, I Gede Arya Darmadi ketika dikonfirmasi NusaBali.
Putra sulung Susik yang lebih akrab disapa Cimcim itu pun menceritakan sebelum ayahnya berpulang, informasi penerimaan penghargaan itu sudah diketahui jauh hari. Bahkan saat dirawat di rumah sakit, Susik sempat mengigau dan menanyakan siapa yang akan menerima penghargaannya itu. “Bapak sudah tahu akan dapat penghargaan. Dikasih tahu pak Wayan Sujana (Kepala Bidang Kesenian, Dinas Kebudayaan Buleleng, Red), pas di rumah sakit juga sempat nanya, nyen ajak nyemak penghargaanne,” tuturnya meniru ucapan mendiang saat itu.
Sementara itu Wayan Sujana mengatakan memang memberi tahu soal penghargaan ini sebagai motivasi kesembuhan Susik. “Beliau juga sempet bertanya, kapan katanya penghargaan itu diserahkan, saya bilang saat itu sebulan lagi, karena pas saya jenguk waktu itu sekitra bulan April. Ia juga sempat berkata rage sing ngidaang bangun, ngidang je kayange to menek kursi roda (saya tidak bisa bangun, kira-kira bisa tidak saat itu saya naik kursi roda, red),” ucap Sujana meniru.
Sementara itu dalam penghargaan Wija Kusuma juga ada empat seniman lainnya yang ditetapkan sebagai penerima tahun ini. Mereka adalah I Ketut Artika, seniman tari asal Desa/Kecamatan Busungbiu Buleleng. ia yang dikenal sebagai pelatih dan pencipta tari dinilai layak mendapatkan penghargaan seni atas jasanya menciptakan sebuah tarian fundamental yakni tari Sampi Gerumbungan.
Penghargaan kedua diberikan kepada seniman tari yang juga tidak kalah berpengaruhnya terhadap perkembangan seni tari di Buleleng. Ia adalah Ni Made Sriwati. Seniman asal Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu ini merupakan salah satu pencipta tari yang cukup terkenal di Buleleng. Salah satu karyanya yakni Tari Kembang Deeng. Kemudian I Made Selamat, salah satu seniman sastra daerah asal Seririt. Karyanya berupa saduran geguritan, sastra daerah cukup dikenal dikalangan masyarakat. Bahkan sejumlah karyanya sempat dibawakan dalam Utsawa Dharmagita tingkat nasional. Seniman terakhir yakni Gede Sujana. Seiman seni rupa dan tari asal Desa/Kecamatan Tejakula ini diberikan penghargaan karena sudah lama mengabdikan diri di bidang seni, khususnya sebagai perupa dan juga penari wayang wong.
Sujana juga mengatakan penghargaan yang rutin digelar setiap tahunnya ini merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap seniman. Dalam penetapan penerima penghargaan wija kusuma pihaknya pun mengaku telah menetapkan syarat dan ketentuan yang selama ini sudah diseakati hingga pelaksanaan PKB ke 40.
“Penerimanya ditetapkan melalui rapat dengan seniman yang tergabung dalam listibya, mempertimbangkan sejumlah ketentuan diantaranya mengharumkan nama daerah, mempunyai karya cipta yang fundamental, loyalitas, dan berumur 50 tahun ke atas,” kata dia. Masing-masing seniman yang mendapatkan penghargaan wijakusuma akan diberilan cinderamata berupa pin dari emas dan juga uang tunai.*k23
Komentar