Dollar AS Tembus Rp 14.200
Pelemahan mata uang Rupiah terhadap Dollar baru akan dilihat sampai bulan depan sebelum ditindaklanjuti pemerintah.
JAKARTA, NusaBali
Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (21/5) sore, melemah 45 poin menjadi Rp14.178 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.133 per dollar AS.Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (21/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp14.176 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.107 per dollar AS. Bahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menembus level Rp 14.200.
Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B Pandjaitan mengatakan tidak perlu khawatir dan pemerintah akan melihat nilainya sampai awal bulan depan untuk menentukan apakah ini perlu ditindaklanjuti lebih jauh. "Dolar saya kira it's ok (baik-baik saja) karena dia masih sejajar dengan pelemahan currency (mata uang) dunia jadi tidak kita sendiri yang tiba-tiba naik. Jadi saya kira tidak ada yang perlu di khawatirkan, kita akan lihat equilibium-nya (titik keseimbangan) mungkin sampai awal bulan depan," jelasnya dalam acara Indonesia Digital Day di XXI Ballroom Djakarta Theatre, Senin (21/5).
Menurut Luhut, pemerintah masih percaya bahwa fundamental ekonomi sangat bagus. Hal tersebut sesuai dengan pergerakan ekonomi secara global. Sebab saat ini ia menilai semua mata uang dunia sedang mengikuti pergerakan dari dolar. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan masyarakat.
"Rupiah Rp 14.000 sekian per dollar, tapi fundamental ekonomi Indonesia masih sangat bagus dan masih sangat percaya diri. Kalau kita lihat perekonomian Amerika juga bergerak. Kita harus menghadapi isu ini," katanya.
Sementara itu, Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pelemahan mata uang Rupiah semakin menambah beban gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pelaku pasar diyakini akan memilih untuk menjauh dari pasar saham. "Pelaku pasar akan stay away dulu dari pasar. Mereka tahan diri untuk masuk. Mereka akan tunggu di level berikutnya," jelasnya.
Reza menilai seharusnya BI tidak menunda menaikkan suku bunga acuan hingga rupiah terkapar di level Rp 14.000. Menurutnya level Rp 13.800 harusnya sudah menjadi warning bagi BI. "Keputusan melakukan perubahan suku bunga tidak harus dilakukan pada jadwal RDG yang telah ditetapkan. Bisa dilakukan sewaktu jika diperlukan. Lihat saja dari Rp 13.400 sampai Rp 14.00 dulu baru BI menaikkan suku bunganya. Begitu turun ke Rp 13.800 harusnya sudah bisa diantisipasi naikkan suku bunga," tuturnya.
Meski begitu menurut Reza kondisi makro ekonomi Indonesia juga kurang mendukung. Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini mengeluarkan data bahwa pada April 2018 terjadi defisit hingga 1,63 miliar dollar AS. "Itu yang juga dikhawatirkan pelaku pasar. Sementara di tempat lain terutama AS data ekonominya secara bertahap mulai membaik," tuturnya.
Oleh karena itu menurutnya pemerintah harus mencari upaya untuk mendorong ekspor dalam neraca perdagangan. Caranya dengan memberikan stimulus kepada industri.
Pada Senin pagi, Dolar AS dibuka di Rp 14.150 dan terus menguat. Pukul 14:38 WIB, 1 dolar AS di pasar spot dibanderol Rp 14.200. Selanjutnya, pada penutupan perdagangan pukul 16:00 WIB, 1 dolar AS di pasar spot dibanderol Rp 14.180. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.*
Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (21/5) sore, melemah 45 poin menjadi Rp14.178 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.133 per dollar AS.Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (21/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp14.176 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.107 per dollar AS. Bahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menembus level Rp 14.200.
Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B Pandjaitan mengatakan tidak perlu khawatir dan pemerintah akan melihat nilainya sampai awal bulan depan untuk menentukan apakah ini perlu ditindaklanjuti lebih jauh. "Dolar saya kira it's ok (baik-baik saja) karena dia masih sejajar dengan pelemahan currency (mata uang) dunia jadi tidak kita sendiri yang tiba-tiba naik. Jadi saya kira tidak ada yang perlu di khawatirkan, kita akan lihat equilibium-nya (titik keseimbangan) mungkin sampai awal bulan depan," jelasnya dalam acara Indonesia Digital Day di XXI Ballroom Djakarta Theatre, Senin (21/5).
Menurut Luhut, pemerintah masih percaya bahwa fundamental ekonomi sangat bagus. Hal tersebut sesuai dengan pergerakan ekonomi secara global. Sebab saat ini ia menilai semua mata uang dunia sedang mengikuti pergerakan dari dolar. Sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan masyarakat.
"Rupiah Rp 14.000 sekian per dollar, tapi fundamental ekonomi Indonesia masih sangat bagus dan masih sangat percaya diri. Kalau kita lihat perekonomian Amerika juga bergerak. Kita harus menghadapi isu ini," katanya.
Sementara itu, Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pelemahan mata uang Rupiah semakin menambah beban gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pelaku pasar diyakini akan memilih untuk menjauh dari pasar saham. "Pelaku pasar akan stay away dulu dari pasar. Mereka tahan diri untuk masuk. Mereka akan tunggu di level berikutnya," jelasnya.
Reza menilai seharusnya BI tidak menunda menaikkan suku bunga acuan hingga rupiah terkapar di level Rp 14.000. Menurutnya level Rp 13.800 harusnya sudah menjadi warning bagi BI. "Keputusan melakukan perubahan suku bunga tidak harus dilakukan pada jadwal RDG yang telah ditetapkan. Bisa dilakukan sewaktu jika diperlukan. Lihat saja dari Rp 13.400 sampai Rp 14.00 dulu baru BI menaikkan suku bunganya. Begitu turun ke Rp 13.800 harusnya sudah bisa diantisipasi naikkan suku bunga," tuturnya.
Meski begitu menurut Reza kondisi makro ekonomi Indonesia juga kurang mendukung. Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini mengeluarkan data bahwa pada April 2018 terjadi defisit hingga 1,63 miliar dollar AS. "Itu yang juga dikhawatirkan pelaku pasar. Sementara di tempat lain terutama AS data ekonominya secara bertahap mulai membaik," tuturnya.
Oleh karena itu menurutnya pemerintah harus mencari upaya untuk mendorong ekspor dalam neraca perdagangan. Caranya dengan memberikan stimulus kepada industri.
Pada Senin pagi, Dolar AS dibuka di Rp 14.150 dan terus menguat. Pukul 14:38 WIB, 1 dolar AS di pasar spot dibanderol Rp 14.200. Selanjutnya, pada penutupan perdagangan pukul 16:00 WIB, 1 dolar AS di pasar spot dibanderol Rp 14.180. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.*
1
Komentar