50 Relawan dari London Tugas di RSJ
Sebanyak 15 relawan dari organisasi SLV Global, London, Inggris akan bertugas selama 6 bulan di RSJ Provinsi Bali di Bangli.
BANGLI, NusaBali
Para relawan asing yang fokus pada layanan kesehatan mental ini akan melakukan pengembangan layanan psikologi selama di RSJ Bangli, 21 Mei-28 Oktober 2018. Kegiatan yang yang akan dilakukan para relawan dari London ini di RSJ Bangli, meliputi terapeutik, relaksasi untuk mengharmonikan pikiran dan tubuh, kegiatan kognitif untuk meningkatkan kinerja memori pemecahan masalah aktivitas fisik buat meningkatkan keterampilan motorik, serta kegiatan kreatif untuk meningkatkan kerja tim dan meningkatkan empati bagi orang lain.
Para relawan asal London berjumlah 50 orang ini terdiri dari mahasiswa dan petugas medis yang baru lulus kuliah. Mereka berusia kisaran 19-22 tahun. Para relawan ini kesehariannya akan tinggal bersama penduduk di kawasan wisata internasional Ubud, Gianyar. Sebagian dari mereka sudah sempat diterima Wakil Direktur Pelayanan RSJ Provinsi Bali, I Dewa Gede Basudewa, di Bangli, Selasa (22/5).
Dewa Basudewa menjelaskan, kegiatan yang dilakukan para relawan asal London ini sebelumnya sudah sempat berjalan di RSJ Bangli tahun 2016 silam. Namun, karena ada aturan yang tidak membolehkannya, maka kegiatan tersebut dihentikan sementara. Kini, kegiatan tersebut dilanjutkan kembali.
“Mereka sebetulnya sudah sempat ke sini (RSJ Bangli). Namun, arena kegiatan berulang, maka harus ada dasar atau payung hukum lebih tinggi. Nah, tahun ini sudah ada MoU, sehingga para relawan dari London bisa melakukan kegiatan layanan di RSJ,” jelas Basudewa.
Menurut Basudewa, sesuai dengan aturan, bawasanya MoU tidak bisa langsung dengan orang asing, melaikan harus ada orang lokal yang terlibat. Makanya, para relawan dari SLV Global, London ini berada di bawah koordinasi Yayasan Bhakti Senang Hati yang bermarkas di Desa Siangan, Kecamatan Gianyar. “Jadi, MoU antara pemerintah Provinsi Bali dengan Yayasan Bhakti Senang Hati. Hari ini (kemarin) para relawan mulai diterima di sini,” tandas Basudewa.
Basudewa menyatakan, para relawan dari London ini tidak hanya memberikan layanan bagi pasien di RSJ Bangli. Kehadiran mereka juga otomatis menambah pendapatan daerah. Pasalnya, para relawan ini dikenakan biaya yang besaranya sudah diatur dalam Peraturan Daerah. Mereka akan bertugas di RSJ Bangli selama 6 bulan, 21 Mei hingga 28 Oktober 2018. Dalam sepekan, pelaksanaan tugas berlangsung hanya hari: Selasa, Rabu, Kamis, Jumat.
Setiap harinya, kata Basudewa, hanya ada 10-15 relawan dari London yang akan memberikan pelayanan di RSJ Bangli. Jadi, 50 relawan itu diatur bertugas secara shift. Sedangkan pasien RSJ Bangli yang dilibatkan dalam program ini sebanyak 15 orang per hari. Pasien tersebut telah dipilih atas rekomendasi dari dokter yang menanganinya. “Pasien yang diikutkan adalah pasien yang sudah memasuki tahap rehabilitasi. Hanya yang mendapat rekomendasi dari dokter yang menanganinya yang bisa diikutkan dalam program ini,” papar Basudewa.
Dengan adanya kegiatan relawan dari London ini, petugas medis di RSJ Bangli bisa menambah pengetahuan, karena ada interaksi dan saling berbagi informasi. Menoleh dari kegiatan sebelumnya, ada perbedaan antara pasien yang ditangani para relawan tersebut, termasuk para petugas RSJ yang lebih interaktif. “Ada perbedaan yang kami rasakan, di mana wawasan petugas rumah sakit semakin bertambah. Terlepas dari pendapatan, kegiatan ini berdampak positif,” tegas Basudewa.
Disinggung terkait kendala bahasa, menurut Basudewa, dalam pelayanan sehari-hari, para relawan asing ini lebih banyak berkomunikasi non verbal. “Langsung dicontohkan dalam bentuk gerakan. Kalaupun ada penjelasan, nanti akan dibantu oleh petugas transleter. Selama melakukan aktivitas di sini, para relawan tetap di-dampingi oleh staf ruangan dan petugas yang bertanggung jawab atas pasien yang mengikuti kegiatan,” katanya. *e
Para relawan asing yang fokus pada layanan kesehatan mental ini akan melakukan pengembangan layanan psikologi selama di RSJ Bangli, 21 Mei-28 Oktober 2018. Kegiatan yang yang akan dilakukan para relawan dari London ini di RSJ Bangli, meliputi terapeutik, relaksasi untuk mengharmonikan pikiran dan tubuh, kegiatan kognitif untuk meningkatkan kinerja memori pemecahan masalah aktivitas fisik buat meningkatkan keterampilan motorik, serta kegiatan kreatif untuk meningkatkan kerja tim dan meningkatkan empati bagi orang lain.
Para relawan asal London berjumlah 50 orang ini terdiri dari mahasiswa dan petugas medis yang baru lulus kuliah. Mereka berusia kisaran 19-22 tahun. Para relawan ini kesehariannya akan tinggal bersama penduduk di kawasan wisata internasional Ubud, Gianyar. Sebagian dari mereka sudah sempat diterima Wakil Direktur Pelayanan RSJ Provinsi Bali, I Dewa Gede Basudewa, di Bangli, Selasa (22/5).
Dewa Basudewa menjelaskan, kegiatan yang dilakukan para relawan asal London ini sebelumnya sudah sempat berjalan di RSJ Bangli tahun 2016 silam. Namun, karena ada aturan yang tidak membolehkannya, maka kegiatan tersebut dihentikan sementara. Kini, kegiatan tersebut dilanjutkan kembali.
“Mereka sebetulnya sudah sempat ke sini (RSJ Bangli). Namun, arena kegiatan berulang, maka harus ada dasar atau payung hukum lebih tinggi. Nah, tahun ini sudah ada MoU, sehingga para relawan dari London bisa melakukan kegiatan layanan di RSJ,” jelas Basudewa.
Menurut Basudewa, sesuai dengan aturan, bawasanya MoU tidak bisa langsung dengan orang asing, melaikan harus ada orang lokal yang terlibat. Makanya, para relawan dari SLV Global, London ini berada di bawah koordinasi Yayasan Bhakti Senang Hati yang bermarkas di Desa Siangan, Kecamatan Gianyar. “Jadi, MoU antara pemerintah Provinsi Bali dengan Yayasan Bhakti Senang Hati. Hari ini (kemarin) para relawan mulai diterima di sini,” tandas Basudewa.
Basudewa menyatakan, para relawan dari London ini tidak hanya memberikan layanan bagi pasien di RSJ Bangli. Kehadiran mereka juga otomatis menambah pendapatan daerah. Pasalnya, para relawan ini dikenakan biaya yang besaranya sudah diatur dalam Peraturan Daerah. Mereka akan bertugas di RSJ Bangli selama 6 bulan, 21 Mei hingga 28 Oktober 2018. Dalam sepekan, pelaksanaan tugas berlangsung hanya hari: Selasa, Rabu, Kamis, Jumat.
Setiap harinya, kata Basudewa, hanya ada 10-15 relawan dari London yang akan memberikan pelayanan di RSJ Bangli. Jadi, 50 relawan itu diatur bertugas secara shift. Sedangkan pasien RSJ Bangli yang dilibatkan dalam program ini sebanyak 15 orang per hari. Pasien tersebut telah dipilih atas rekomendasi dari dokter yang menanganinya. “Pasien yang diikutkan adalah pasien yang sudah memasuki tahap rehabilitasi. Hanya yang mendapat rekomendasi dari dokter yang menanganinya yang bisa diikutkan dalam program ini,” papar Basudewa.
Dengan adanya kegiatan relawan dari London ini, petugas medis di RSJ Bangli bisa menambah pengetahuan, karena ada interaksi dan saling berbagi informasi. Menoleh dari kegiatan sebelumnya, ada perbedaan antara pasien yang ditangani para relawan tersebut, termasuk para petugas RSJ yang lebih interaktif. “Ada perbedaan yang kami rasakan, di mana wawasan petugas rumah sakit semakin bertambah. Terlepas dari pendapatan, kegiatan ini berdampak positif,” tegas Basudewa.
Disinggung terkait kendala bahasa, menurut Basudewa, dalam pelayanan sehari-hari, para relawan asing ini lebih banyak berkomunikasi non verbal. “Langsung dicontohkan dalam bentuk gerakan. Kalaupun ada penjelasan, nanti akan dibantu oleh petugas transleter. Selama melakukan aktivitas di sini, para relawan tetap di-dampingi oleh staf ruangan dan petugas yang bertanggung jawab atas pasien yang mengikuti kegiatan,” katanya. *e
1
Komentar