KESEHATAN : Sarapan di Siang Hari
Banyak orang yang terbiasa sarapan siang-siang atau populer disebut brunch. Alasannya beragam.
Mungkin karena tidak sempat, bangun kesiangan, takut terlambat tiba di tempat tujuan atau karena belum nafsu makan pagi. Ada pula yang menyantap brunch sebagai pengganjal lapar di antara waktu sarapan dan makan siang. Katanya, sarapan siang-siang bisa membantu menurunkan berat badan karena perut masih kenyang ketika waktu makan selanjutnya tiba, sehingga porsi makan pun berkurang.
Menu brunch biasanya tidak terlalu berat seperti makanan utama, tapi juga bukan termasuk camilan. Yang biasanya disantap saat sarapan siang-siang adalah mie ayam, gado-gado, telur, hingga ketoprak. Beberapa orang mungkin saja makan bubur atau nasi uduk komplit meski sudah siang. Sejumlah restoran juga menyajikan menu brunch ala Barat, seperti pancake, wafel, omelet, hingga burger dan pasta. Ketika membicarakan baik buruknya sarapan siang, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Mulai dari jenis menu, porsinya, waktu makannya, dan apa tujuannya. Misalnya, menjadikan brunch sebagai selingan antara makan pagi dan makan siang. Karena sebelumnya sudah sarapan, porsi brunch harusnya lebih sedikit dari makan berat biasanya — hanya sekadar untuk mengganjal perut dulu.
Ketika nanti makan lagi, maka seseorang akan cenderung menyantap makanan dalam porsi yang lebih sedikit. Pola makan teratur seperti ini tentu baik untuk yang sedang diet menurunkan berat badan, juga baik untuk mempertahankan energi dan gula darah yang stabil. Meski begitu, kita juga perlu memperhatikan menu makanannya. Pilihlah menu makanan tinggi serat, protein, karbohidrat, dan lemak sehat yang bisa membuat cepat kenyang, misalnya salad sayuran, roti gandum lapis dengan topping irisan alpukat dan telur, atau oatmeal (bubur havermut). Dengan begitu, perut akan merasa kenyang lebih lama sehingga makan lebih sedikit saat makan siang nanti.
Penelitian menunjukkan mengonsumsi camilan rendah lemak sebelum makan berat dapat mengurangi jumlah makanan dan asupan kalori yang dikonsumsi. Selain itu, hindari makanan yang digoreng dengan banyak minyak. Makanan berminyak biasanya juga tinggi lemak dan kalori, sehingga membuat berat badan bertambah. Makanan berminyak juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis, terutama penyakit jantung dan diabetes. Lain ceritanya jika menjadikan brunch sebagai pengganti sarapan. Ini artinya sama saja melewatkan waktu sarapan. Berat badan memang bisa turun jika melewatkan waktu makan. Namun, efek menguntungkan ini hanya berlaku sementara saja. Ketika perut tidak terisi makanan dalam waktu lama, tubuh justru akan menyimpan lemak sebanyak mungkin untuk mencegah kelaparan.
Sebagai gantinya, tubuh mulai membakar glukosa yang tersimpan di otot. Akibatnya, tubuh malah kehilangan massa otot, bukan timbunan lemak membandel. Ini merupakan metode penurunan berat badan yang tidak ideal. Pembakaran energi dari jaringan otot, bukannya lemak, dapat menyebabkan mudah merasa lemas dan lesu sepanjang hari, juga sulit berkonsentrasi. Terlebih, perut kosong yang terlalu lama karena melewatkan sarapan bisa membuat makan dalam porsi banyak saat brunch. Ini mengingat, perut kosong mengirimkan sinyal ke otak untuk minta diisi. Otak kemudian melepaskan hormon lapar ghrelin yang bisa meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan penimbunan lemak dalam tubuh. Ini juga bisa membatalkan efek penurunan berat badannya. *
Menu brunch biasanya tidak terlalu berat seperti makanan utama, tapi juga bukan termasuk camilan. Yang biasanya disantap saat sarapan siang-siang adalah mie ayam, gado-gado, telur, hingga ketoprak. Beberapa orang mungkin saja makan bubur atau nasi uduk komplit meski sudah siang. Sejumlah restoran juga menyajikan menu brunch ala Barat, seperti pancake, wafel, omelet, hingga burger dan pasta. Ketika membicarakan baik buruknya sarapan siang, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Mulai dari jenis menu, porsinya, waktu makannya, dan apa tujuannya. Misalnya, menjadikan brunch sebagai selingan antara makan pagi dan makan siang. Karena sebelumnya sudah sarapan, porsi brunch harusnya lebih sedikit dari makan berat biasanya — hanya sekadar untuk mengganjal perut dulu.
Ketika nanti makan lagi, maka seseorang akan cenderung menyantap makanan dalam porsi yang lebih sedikit. Pola makan teratur seperti ini tentu baik untuk yang sedang diet menurunkan berat badan, juga baik untuk mempertahankan energi dan gula darah yang stabil. Meski begitu, kita juga perlu memperhatikan menu makanannya. Pilihlah menu makanan tinggi serat, protein, karbohidrat, dan lemak sehat yang bisa membuat cepat kenyang, misalnya salad sayuran, roti gandum lapis dengan topping irisan alpukat dan telur, atau oatmeal (bubur havermut). Dengan begitu, perut akan merasa kenyang lebih lama sehingga makan lebih sedikit saat makan siang nanti.
Penelitian menunjukkan mengonsumsi camilan rendah lemak sebelum makan berat dapat mengurangi jumlah makanan dan asupan kalori yang dikonsumsi. Selain itu, hindari makanan yang digoreng dengan banyak minyak. Makanan berminyak biasanya juga tinggi lemak dan kalori, sehingga membuat berat badan bertambah. Makanan berminyak juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis, terutama penyakit jantung dan diabetes. Lain ceritanya jika menjadikan brunch sebagai pengganti sarapan. Ini artinya sama saja melewatkan waktu sarapan. Berat badan memang bisa turun jika melewatkan waktu makan. Namun, efek menguntungkan ini hanya berlaku sementara saja. Ketika perut tidak terisi makanan dalam waktu lama, tubuh justru akan menyimpan lemak sebanyak mungkin untuk mencegah kelaparan.
Sebagai gantinya, tubuh mulai membakar glukosa yang tersimpan di otot. Akibatnya, tubuh malah kehilangan massa otot, bukan timbunan lemak membandel. Ini merupakan metode penurunan berat badan yang tidak ideal. Pembakaran energi dari jaringan otot, bukannya lemak, dapat menyebabkan mudah merasa lemas dan lesu sepanjang hari, juga sulit berkonsentrasi. Terlebih, perut kosong yang terlalu lama karena melewatkan sarapan bisa membuat makan dalam porsi banyak saat brunch. Ini mengingat, perut kosong mengirimkan sinyal ke otak untuk minta diisi. Otak kemudian melepaskan hormon lapar ghrelin yang bisa meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan penimbunan lemak dalam tubuh. Ini juga bisa membatalkan efek penurunan berat badannya. *
Komentar