Kemenag Ajak Masyarakat Buat Banten Sendiri
Kepala Kantor Kementerian Agama Karangasem, Dr Ni Nengah Rustini MSi berikan pencerahan di Bale Banjar Karobelahan, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem, Jumat (25/5).
AMLAPURA, NusaBali
Dr Rustini mengajak menata upakara dengan membuat banten sendiri dan gunakan bahan-bahan lokal. Sebab ada kebanggaan membuat banten karena dilandasi pikiran hening untuk persembahan.
Dr Rustini mengingatkan pentingnya menata banten sendiri dengan menggunakan bahan-bahan lokal. Sehingga budaya menata banten bisa lestari dan bisa diwariskan kepada generasi muda. “Ada kebanggaan membuat banten sendiri, sebab saat menata juga dilandasi pikiran yang hening untuk persembahan,” jelas Dr Rustini. Di samping itu, warga sedapat mungkin mengembangkan tanaman yang berguna untuk upacara. Misalnya kelapa daksina. Sebab buahnya terus dibutuhkan untuk kepentingan upacara yang kegiatannya tak pernah henti sepanjang tahun.
Warga setempat, I Gede Putra, menanggapi pernyataan Dr Rustini soal menata upakara. “Membeli upakara, hitung-hitungannya lebih murah dan lebih praktis,” kata I Gede Putra. Muncul juga usulan lainnya dari I Ketut Mangku Kumpul, berharap selain diingatkan pentingnya menata upakara sendiri juga disertai pembinaan kepemangkuan. Sehingga setiap pamangku dapat gambaran dan ada penyeragaman tata cara muput upacara. “Kami juga berharap agar ada bantuan genta,” pintnya. Warga lainnya, Jro Mangku Puspita berharap pamangku yang telah mengabdikan dirinya di masyarakat diberikan penghargaan.
Dr Rustini menanggapi masukan warga, pentingnya menata banten sendiri banyak hikmahnya. Sebab menata banten mulai dari merencanakan, mendapatkan bahan, dalam pengerjaannya ada semangat kemandirian, gotong royong, dan selama melakukan penataan banten dilandasi pikiran hening karena banten untuk upacara. “Jadi saat menata banten, dijiwai pikiran yang ikhlas sejak awal, ada rasa memiliki, ada rasa bangga, di samping melakukan kelestarian budaya,” katanya. Setelah mendapatkan pemahaman itu, sebagian besar mendukung melakukan penataan banten sendiri. Sedangkan menyangkut aspirasi perlunya pelatihan pamangku berikutnya perlu adanya penghargaan, hal itu masuk catatan Rustini. *k16
Dr Rustini mengajak menata upakara dengan membuat banten sendiri dan gunakan bahan-bahan lokal. Sebab ada kebanggaan membuat banten karena dilandasi pikiran hening untuk persembahan.
Dr Rustini mengingatkan pentingnya menata banten sendiri dengan menggunakan bahan-bahan lokal. Sehingga budaya menata banten bisa lestari dan bisa diwariskan kepada generasi muda. “Ada kebanggaan membuat banten sendiri, sebab saat menata juga dilandasi pikiran yang hening untuk persembahan,” jelas Dr Rustini. Di samping itu, warga sedapat mungkin mengembangkan tanaman yang berguna untuk upacara. Misalnya kelapa daksina. Sebab buahnya terus dibutuhkan untuk kepentingan upacara yang kegiatannya tak pernah henti sepanjang tahun.
Warga setempat, I Gede Putra, menanggapi pernyataan Dr Rustini soal menata upakara. “Membeli upakara, hitung-hitungannya lebih murah dan lebih praktis,” kata I Gede Putra. Muncul juga usulan lainnya dari I Ketut Mangku Kumpul, berharap selain diingatkan pentingnya menata upakara sendiri juga disertai pembinaan kepemangkuan. Sehingga setiap pamangku dapat gambaran dan ada penyeragaman tata cara muput upacara. “Kami juga berharap agar ada bantuan genta,” pintnya. Warga lainnya, Jro Mangku Puspita berharap pamangku yang telah mengabdikan dirinya di masyarakat diberikan penghargaan.
Dr Rustini menanggapi masukan warga, pentingnya menata banten sendiri banyak hikmahnya. Sebab menata banten mulai dari merencanakan, mendapatkan bahan, dalam pengerjaannya ada semangat kemandirian, gotong royong, dan selama melakukan penataan banten dilandasi pikiran hening karena banten untuk upacara. “Jadi saat menata banten, dijiwai pikiran yang ikhlas sejak awal, ada rasa memiliki, ada rasa bangga, di samping melakukan kelestarian budaya,” katanya. Setelah mendapatkan pemahaman itu, sebagian besar mendukung melakukan penataan banten sendiri. Sedangkan menyangkut aspirasi perlunya pelatihan pamangku berikutnya perlu adanya penghargaan, hal itu masuk catatan Rustini. *k16
1
Komentar