Mendag Dorong Lahirnya Wirausaha Muda
Menteri Perdagangan berjanji negara akan membuka pintu untuk bekerja sama, karena negara membutuhkan wirausaha
MANGUPURA, NusaBali
Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita dalam memberikan kuliah umum di auditorium kampus Universitas Udayana (Unud), Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan Badung, mendorong Perguruan Tinggi (PT) untuk menghasilkan wirausahawan muda. Menurutnya anak muda merupakan sumber inovasi. Hal ini ditekankanya karena tak banyak perguruan tinggi yang peduli terhadap mahasiswanya.
Dalam materi yang dibawakanya yang bertema menjawab tantangan perdagangam bebas, Mendag Lukita mengatakan, peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat terbuka lebar. Namun Indonesia tak akan bisa bangkit tanpa harus membuka diri dengan negara lain di dunia. Dia mengaku, pada tahun 2019 presiden mencanangkan pariwisata sebagai sumber pendapatan nomor satu. Untukk menggapai itu maka dibentuklah 10 destinasi baru atau 10 ‘Bali Baru’. Dalam menyambutnya dibutuhkan pengusaha yang profesional. Menuritnya pariwisata bukan hanya perhotelan tetapi juga kerajinan dan lainya.
Dikonfirmasi seusai memberikan kuliah umum yang diikuti oleh 1.222 calon wisudawan Unud, Mendag Lukita mengatakan tugas negara adalah memberikan akses bagi wirausaha muda. Dia berjanji negara akan membuka pintu untuk bekerja sama, karena negara membutuhkan wirausaha. "Negara ini membutuhkan wiraswasta-wiraswasta. Tanpa kehadiran wirausaha saya tak bisa membayangkan ekonomi dan dunia usaha indonesia," ungkapnya.
Dia pun mengapresiasi terhadap upaya yang dilakukan oleh kampus Unud yang telah mendorong dan melahirkan calon wiraswasta muda. Harapanya kampus-kampus lain melakukan hal yang sama. Mendag mengaku rasio wiraswasta di Indonesia termasuk rendah sekali. Melihat hal itu kata dia, presiden mendorong agar PT bisa menghasilkan banyak wirausaha muda. "Pada waktu Rakernas Hipmi, Bapak Presiden menantang untuk segera bisa melahirkan wirausaha muda. Sekarang ini Unud sudah memiliki satu badan usaha yang mendorong mahasiswa untuk berwirausaha. Tentu nanti ketika menjadi alumni akan masuk ke berbagai bidang bisnis yang inovatif. Saya kagum melihat produk yang mereka hasilkan. Dari bank sampah mereka lakukan, kerupuk kulit dan aneka makanan lainya," ungkapnya.
Ditanya terkait perdagangan bebas, Mendag Lukita mengatakan itu merupakan satu keniscayaan. Menurutnya, tanpa membuka diri pada perjanjian perdagangan maka akan semakin tertinggal. "Ini juga yang Bapak Presiden berulang kali mengingatkan. Jangan sampai kita tertinggal dari sisi ekspor. Pertumbuhan ekonomi tergantung dari investasi ekspor dibandingkan dengan negara-negara tentangga se-kawasan," tuturnya.
Lebih lanjut dikatakan, setiap perdagangan bebas ada positif dan ada negatif. Negatifnya adalah menerima serbuan produk asing. Untuk itu harus bisa mempersiapkan diri dengan kualitas produksi dan harga yang baik. "Penuhilah pasar dalam negeri kita dengan produk dalam negeri. Selain itu juga harus bisa masuk ke ekspor. Masalah ekspor bersaing dengan negara lain. Persaingan tak hanya terjadi antar perusahaan tetapi sampai antar negara," ungkapnya.
Dikatakan, Bali memiliki potensi besar dalam hal perdagangan bebas, karena Bali merupakan ikon pariwisata dunia. "Perdagangan itu buka hanya soal barang tetapi juga soal pelayanan dan investasi. Itu akan lebih meningkatkan ekonomi Indonesia. Sebagai gambaran, nanti IMF Oktober 2018 mendatang itu paling sedikit uang masuk yang berputar di Bali adalah sekitar Rp 6 triliun," ungkapnya.
Dirinya tak memungkiri pasar Indonesia banyak diserbu oleh barang luar negeri. Namun dia mengajak tak usa takut. Caranya Indonesia juga harus mampu menyerbu pasar luar negeri. Dia menegaskan Indonesia tak mau menjadi pasar negara luar. Indonesia harus bisa memasarkan ke luar. Menurutnya, yang berpotensi dari Bali untuk bisa tembus pasar luar negeri adalah buah salak. Salak Karangasem layak untuk dipasarkan ke luar negeri. Salak berpotensi untuk dapat dipasarkan di China. "Jangan sampai kita digempur lalu kita kalah. Tetapi kita harus bisa masuk ke pasar luar negeri," tegasnya.*p
Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita dalam memberikan kuliah umum di auditorium kampus Universitas Udayana (Unud), Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan Badung, mendorong Perguruan Tinggi (PT) untuk menghasilkan wirausahawan muda. Menurutnya anak muda merupakan sumber inovasi. Hal ini ditekankanya karena tak banyak perguruan tinggi yang peduli terhadap mahasiswanya.
Dalam materi yang dibawakanya yang bertema menjawab tantangan perdagangam bebas, Mendag Lukita mengatakan, peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat terbuka lebar. Namun Indonesia tak akan bisa bangkit tanpa harus membuka diri dengan negara lain di dunia. Dia mengaku, pada tahun 2019 presiden mencanangkan pariwisata sebagai sumber pendapatan nomor satu. Untukk menggapai itu maka dibentuklah 10 destinasi baru atau 10 ‘Bali Baru’. Dalam menyambutnya dibutuhkan pengusaha yang profesional. Menuritnya pariwisata bukan hanya perhotelan tetapi juga kerajinan dan lainya.
Dikonfirmasi seusai memberikan kuliah umum yang diikuti oleh 1.222 calon wisudawan Unud, Mendag Lukita mengatakan tugas negara adalah memberikan akses bagi wirausaha muda. Dia berjanji negara akan membuka pintu untuk bekerja sama, karena negara membutuhkan wirausaha. "Negara ini membutuhkan wiraswasta-wiraswasta. Tanpa kehadiran wirausaha saya tak bisa membayangkan ekonomi dan dunia usaha indonesia," ungkapnya.
Dia pun mengapresiasi terhadap upaya yang dilakukan oleh kampus Unud yang telah mendorong dan melahirkan calon wiraswasta muda. Harapanya kampus-kampus lain melakukan hal yang sama. Mendag mengaku rasio wiraswasta di Indonesia termasuk rendah sekali. Melihat hal itu kata dia, presiden mendorong agar PT bisa menghasilkan banyak wirausaha muda. "Pada waktu Rakernas Hipmi, Bapak Presiden menantang untuk segera bisa melahirkan wirausaha muda. Sekarang ini Unud sudah memiliki satu badan usaha yang mendorong mahasiswa untuk berwirausaha. Tentu nanti ketika menjadi alumni akan masuk ke berbagai bidang bisnis yang inovatif. Saya kagum melihat produk yang mereka hasilkan. Dari bank sampah mereka lakukan, kerupuk kulit dan aneka makanan lainya," ungkapnya.
Ditanya terkait perdagangan bebas, Mendag Lukita mengatakan itu merupakan satu keniscayaan. Menurutnya, tanpa membuka diri pada perjanjian perdagangan maka akan semakin tertinggal. "Ini juga yang Bapak Presiden berulang kali mengingatkan. Jangan sampai kita tertinggal dari sisi ekspor. Pertumbuhan ekonomi tergantung dari investasi ekspor dibandingkan dengan negara-negara tentangga se-kawasan," tuturnya.
Lebih lanjut dikatakan, setiap perdagangan bebas ada positif dan ada negatif. Negatifnya adalah menerima serbuan produk asing. Untuk itu harus bisa mempersiapkan diri dengan kualitas produksi dan harga yang baik. "Penuhilah pasar dalam negeri kita dengan produk dalam negeri. Selain itu juga harus bisa masuk ke ekspor. Masalah ekspor bersaing dengan negara lain. Persaingan tak hanya terjadi antar perusahaan tetapi sampai antar negara," ungkapnya.
Dikatakan, Bali memiliki potensi besar dalam hal perdagangan bebas, karena Bali merupakan ikon pariwisata dunia. "Perdagangan itu buka hanya soal barang tetapi juga soal pelayanan dan investasi. Itu akan lebih meningkatkan ekonomi Indonesia. Sebagai gambaran, nanti IMF Oktober 2018 mendatang itu paling sedikit uang masuk yang berputar di Bali adalah sekitar Rp 6 triliun," ungkapnya.
Dirinya tak memungkiri pasar Indonesia banyak diserbu oleh barang luar negeri. Namun dia mengajak tak usa takut. Caranya Indonesia juga harus mampu menyerbu pasar luar negeri. Dia menegaskan Indonesia tak mau menjadi pasar negara luar. Indonesia harus bisa memasarkan ke luar. Menurutnya, yang berpotensi dari Bali untuk bisa tembus pasar luar negeri adalah buah salak. Salak Karangasem layak untuk dipasarkan ke luar negeri. Salak berpotensi untuk dapat dipasarkan di China. "Jangan sampai kita digempur lalu kita kalah. Tetapi kita harus bisa masuk ke pasar luar negeri," tegasnya.*p
Komentar