Jaga Independensi-Idealisme Ngayah untuk Bali
Paiketan Krama Bali sebagai wadah pemersatu berbagai komunitas merayakan HUT perdananya di Pusat Pemerintahan (Puspem) Badung, Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Jumat (1/6) malam.
Semalam, Paiketan Krama Bali Merayakan HUT Perdananya
MANGUPURA, NusaBali
Paiketan Krama Bali siap terus menjaga independensi dan idealisme ngayah untuk Bali, demi mewujudkan tujuan Ngardi Bali Santhi lan Jagaditha. Paiketan Krama Bali ini dulunya bernama Aliansi Tokoh Masyarakat Bali (ATMB). Mereka inilah yang sempat menggelar diskusi ‘stop joged jaruh’ di Monumen Perjuangan Rakyat Bali ‘Bajra Sandhi, Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar, tahun 2016 lalu, bekerja-sama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan Listibiya Provinsi Bali.
“Paiketan Krama Bali ini merupakan evolusi dari ATMB. Sementara ATMB berawal dari Bali Forum yang terbentuk tahun 2014. Organisasi ini tidak muncul tiba-tiba, melainkan berevolusi atau bermetamorfosis. Jadi, setelah diskusi stop joged jaruh, selanjutnya kami membentuk Paiketan Krama Bali tahun 2017,” ujar Ketua Umum Paiketan Krama Bali, Ir AA Suryawan Wiranatha MSc PhD, kepada NusaBali di sela perayaan HUT perdananya, tadi malam.
Setelah resmi terbentuk, berbagai kegiatan sering dilakukan Paiketan Krama Bali. Mereka berpartisipasi aktif dengan pengamatan kritis, pemikiran, gagasan, tindakan, dan edukasi. Mereka juga menyikapi rencana revisi Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali, antara lain, audiensi dengan Pansus di DPRD Bali dan berdiskusi dengan Bappeda Litban Provinsi Bali, untuk ikut mengawal revisi tersebut. Tujuannya, supaya revisi tata ruang itu tidak merugikan kepentingan lingkungan, budaya, dan masyarakat Bali.
“Karena kita khawatirkan ada titipan-titipan dari investor, sehingga yang tadinya untuk konservasi, diperuntukkan buat budidaya dan sebagainya. Padahal, tempat tersebut masuk wilayah sakral. Dengan ini, secara tidak langsung kita juga menjaga bhisama agar bisa ditegakkan di pulau Dewata,” jelas akademisi dari Fakultas Teknologi Pertanian Unud ini.
Paiketan Krama Bali juga memotori kegiatan Valentine Blood Donation ke-18 dan ikut terlibat dalam Gema Perdamaian 2018 bersama komunitas pengayah Gema Perdamaian. Kegiatan lainnya, menyasar anak muda. Mereka mengumpulkan generasi muda Hindu dengan membentuk Forum Komunikasi Yowana. Sebagai panglingsir, pengurus Paiketan Krama Bali membimbing pemuda dan memfasilitasi apa pun kegaiatan mereka. Termasuk pula Lomba Arjuna Era Digital yang dibuka oleh Paiketan Krama Bali kepada siswa SMP, SMA/SMK, Mahasiswa, dan Pemuda. Lomba yang tengah berlangsung ini diperuntukkan bagi anak muda yang mengusai teknologi informasi untuk membuat konten-konten yang positif, khususnya bertemakan agama Hindu dan budaya Bali.
“Melalui lomba ini, menjadi sosialisasi pemahaman agama dan budaya, supaya anak-anak tidak bikin konten hoaks, tapi justru mengarahkan mereka pada konten yang bermanfaat. Ini mendorong anak muda supaya mau belajar dan menampilkan karyanya dengan teknologi. Beberapa yang dilombakan seperti blog atau website, poster, video pendek singkat dharma wacana, dan video pendek di instagram,” jelas mantan Sekjen Bali Tourism Board (BTB) ini.
Paiketan Krama Bali juga merencanakan kegiatan menggalang dana bertajuk ‘Suksma Bali’, akhir Desember 2018 mendatang. Penggalian dana ini bertujuan untuk mengucapkan terima kasih kepada Bali, karena telah memberikan banyak manfaat ekonomi kepada para pengusaha yang datang ke Bali maupun orang Bali yang berusaha di Pulau Dewata. “Saat penggalangan dana itulah mereka mengumpulkan dana yang akan disalurkan kepada yang membutuhkan.”
Selain itu, Paiketan Krama Bali juga memikirkan pengembangan minimart-minimart lokal agar bisa dikuasai atau dikelola oleh penduduk lokal. “Rencana ke depan, bagaimana minimart-minimart lokal berkembang di desa. Sekarang kan banyak milik investor sampai ke desa. Kita ingin teman-teman di Paiketan yang punya bidang ke sana membentuk minimart lokal. Apakah bisa bekerja sama dengan desa adat dan sebagainya,” ujar Agung Suryawan.
Menurut Agung Suryawan, Paiketan Krama Bali bekerja secara independen dan memiliki idealisme untuk memajukan Bali, yakni Ngardi Bali Santhi lan Jagaditha. “Untuk tetap eksis, kita harus bekerja dengan idealisme tanpa berpihak pada partai politik mana pun, kita independen. Tidak ada lawan, semuanya kawan. Dengan semua menjadi kawan, maka kita bisa masuk ke mana saja,” katanya. “Secara pribadi, boleh saja anggota punya pilihan masing-masing, tapi di orrganisasi kita tetap independen dan netral. Kita tidak pernah membicarakan suara harus ke mana. Dari sana terlihat bahwa kita independen, bekerja dengan idealisme, sehingga tentunya tetap dihargai oleh semua pihak.”
Sementara itu, Pembina Paiketan Krama Bali, Prof Dr Rahyuda MSIE, mengatakan perjalanan organisasinya masih panjang. Setahun telah berlalu, namun semangat akan tetap sama melahirkan niat mulia sebagai suatu lembaga sosial yang direncanakan dengan kesadaran diri dan kebersamaan. "Kita berjuang demi kepentingan Bali, sebagai ormas yang dapat digugu (dipercaya, Red) berdasarkan prinsip kemitraan, pemikir-penggagas, pengamat dan pembelajaran, serta pemberdayaan wangsa Bali,” ujar akademisi dari Fakultas Ekonomi Unud ini. *ind
Komentar