Kecil, Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Inflasi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kepada inflasi pada periode Mei 2018 sangat kecil.
JAKARTA, NusaBali
"Ini bukti bahwa 'pass through' dampak perlemahan nilai tukar ke inflasi kecil," kata Perry di Jakarta, Senin. Perry mengatakan inflasi pada Mei tidak mendapatkan pengaruh yang cukup berarti dari pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS yang terdampak oleh tekanan eksternal. Ia memastikan inflasi yang terkendali pada periode awal Ramadhan ini juga terjadi karena koordinasi yang baik antara pemerintah dengan bank sentral untuk menjaga pasokan pangan.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menambahkan laju inflasi pada Mei yang hanya tercatat sebesar 0,21 persen karena harga pangan tidak mengalami lonjakan tinggi menjelang Lebaran.
Ia juga mengatakan faktor depresiasi rupiah tidak berpengaruh kepada pergerakan inflasi, apalagi inflasi inti relatif terjaga pada kisaran 0,21 persen. "Biasanya depresiasi berpengaruh kalau terjadi lama, paling lama setahun dan depresiasinya dalam. Kalau dilihat disini depresiasinya tidak dalam," kata Suhariyanto.
Sebelumnya, BPS mencatat inflasi pada Mei 2018 disumbangkan oleh kenaikan harga komoditas pangan seperti daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar, dan bawang merah. Faktor lain yang menjadi penyebab inflasi adalah kenaikan tarif angkutan udara maupun harga baju muslim wanita karena mengalami peningkatan permintaan menjelang Lebaran.
Meski demikian, terdapat kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan harga dan ikut menekan inflasi pada Mei adalah cabai merah, bawang putih, beras dan cabai rawit. Untuk periode Mei, BPS juga mencatat inflasi inti sebesar 0,21 persen, inflasi harga diatur pemerintah sebesar 0,27 persen dan inflasi harga bergejolak sebesar 0,19 persen. *ant
"Ini bukti bahwa 'pass through' dampak perlemahan nilai tukar ke inflasi kecil," kata Perry di Jakarta, Senin. Perry mengatakan inflasi pada Mei tidak mendapatkan pengaruh yang cukup berarti dari pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS yang terdampak oleh tekanan eksternal. Ia memastikan inflasi yang terkendali pada periode awal Ramadhan ini juga terjadi karena koordinasi yang baik antara pemerintah dengan bank sentral untuk menjaga pasokan pangan.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menambahkan laju inflasi pada Mei yang hanya tercatat sebesar 0,21 persen karena harga pangan tidak mengalami lonjakan tinggi menjelang Lebaran.
Ia juga mengatakan faktor depresiasi rupiah tidak berpengaruh kepada pergerakan inflasi, apalagi inflasi inti relatif terjaga pada kisaran 0,21 persen. "Biasanya depresiasi berpengaruh kalau terjadi lama, paling lama setahun dan depresiasinya dalam. Kalau dilihat disini depresiasinya tidak dalam," kata Suhariyanto.
Sebelumnya, BPS mencatat inflasi pada Mei 2018 disumbangkan oleh kenaikan harga komoditas pangan seperti daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar, dan bawang merah. Faktor lain yang menjadi penyebab inflasi adalah kenaikan tarif angkutan udara maupun harga baju muslim wanita karena mengalami peningkatan permintaan menjelang Lebaran.
Meski demikian, terdapat kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan harga dan ikut menekan inflasi pada Mei adalah cabai merah, bawang putih, beras dan cabai rawit. Untuk periode Mei, BPS juga mencatat inflasi inti sebesar 0,21 persen, inflasi harga diatur pemerintah sebesar 0,27 persen dan inflasi harga bergejolak sebesar 0,19 persen. *ant
1
Komentar