Perdesaan di Bali Alami Deflasi 0,29 %
Daerah perdesaan di Bali mengalami deflasi sebesar 0,29 persen selama Mei 2018.
DENPASAR, NusaBali
Hal itu akibat turunnya rata-rata harga barang pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,82 persen dan kelompok perumahan 0,28 persen. "Untuk tingkat nasional, daerah perdesaan pada bulan yang sama terjadi inflasi sebesar 0,19 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Selasa (5/6).
Adi mengatakan daerah perdesaan di Bali mengalami deflasi, namun untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,20 persen, menyusul kelompok sandang 0,19 persen dan kelompok kesehatan 0,18 persen. Selain itu juga, kelompok transportasi dan komunikasi 0,09 persen, sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,02 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, beberapa komoditas yang menyumbangkan deflasi di daerah perdesaan di Bali antara lain beras putih, cabai rawit dan cabai merah. Indeks harga konsumen perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan indeks harga konsumsi rumah tangga petani yang menjadi komponen dalam indeks harga yang dibayar petani.
IHKP terdiri atas tujuh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi.
Adi Nugroho juga menambahkan, nilai tukar petani (NTP) menjadi salah satu indikator dalam mengetahui tingkat kemampuan petani di pedesaan di Bali pada Mei 2018, yang mengalami kenaikan 0,04 persen dari 103,18 persen pada bulan April 2018 menjadi 103,23 persen. Dari sisi indeks yang diterima petani (lt) terjadi penurunan sebesar 0,11 persen dari 132,54 menjadi 132,40. *ant
Hal itu akibat turunnya rata-rata harga barang pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,82 persen dan kelompok perumahan 0,28 persen. "Untuk tingkat nasional, daerah perdesaan pada bulan yang sama terjadi inflasi sebesar 0,19 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Selasa (5/6).
Adi mengatakan daerah perdesaan di Bali mengalami deflasi, namun untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,20 persen, menyusul kelompok sandang 0,19 persen dan kelompok kesehatan 0,18 persen. Selain itu juga, kelompok transportasi dan komunikasi 0,09 persen, sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,02 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, beberapa komoditas yang menyumbangkan deflasi di daerah perdesaan di Bali antara lain beras putih, cabai rawit dan cabai merah. Indeks harga konsumen perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan indeks harga konsumsi rumah tangga petani yang menjadi komponen dalam indeks harga yang dibayar petani.
IHKP terdiri atas tujuh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi.
Adi Nugroho juga menambahkan, nilai tukar petani (NTP) menjadi salah satu indikator dalam mengetahui tingkat kemampuan petani di pedesaan di Bali pada Mei 2018, yang mengalami kenaikan 0,04 persen dari 103,18 persen pada bulan April 2018 menjadi 103,23 persen. Dari sisi indeks yang diterima petani (lt) terjadi penurunan sebesar 0,11 persen dari 132,54 menjadi 132,40. *ant
1
Komentar