Termotivasi Raih Nilai Bagus Untuk Masuk Sekolah Favorit
I Gusti Ayu Agung Gita Kartika Yasa, Peraih Nilai USBN SD Tertinggi di Denpasar.
DENPASAR, NusaBali
Peraih nilai Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) tertinggi tingkat SD di Denpasar, I Gusti Ayu Agung Gita Kartika Yasa, 12, masih belum menyangka akan hasil yang diterimanya. Pelajar dari SD Cipta Dharma ini berhasil meraih nilai USBN sebesar 297,5, yang menobatkannya bersama dua orang lainnya sebagai peraih nilai tertinggi di antara 14.360 siswa SD di Denpasar yang lulus USBN.
Gadis cilik yang akrab disapa Gung Gita ini tidak sendiri. Ada dua orang lainnya yang meraih nilai yang sama. Adalah Ni Putu Anya Oka Putri dari SD Cipta Dharma, dan I Gusti Ayu Agung Kayla Amara Dewi dari SDN 1 Renon. Bagi Gung Gita, ini adalah bonus atas usaha belajarnya. Sebab dia sendiri tidak pernah menarget untuk merebut posisi tertinggi, hanya berupaya semaksimal mungkin. Setelah melalui tiga mata ujian, Gung Gita meraih nilai Bahasa Indonesia 97,5, Matematika 100, dan IPA 100. Nilai yang hampir sempurna.
“Saya masih belum percaya. Karena awalnya saya termotivasi agar bisa masuk sekolah favorit di SMPN 1 Denpasar, maka saya berusaha dapat nilai yang bagus. Ternyata, nilai saya tertinggi. Bersyukur juga,” cerita Gung Gita saat ditemui di kediamannya, Jalan Buana Kubu, Gang Asem VII, Denpasar Barat, Rabu (6/6) sore.
Gadis asal Banjar Malet Gusti, Desa Penglumbaran, Susut, Bangli ini meraih nilai maksimal bukan tanpa persiapan yang matang. Menginjak kelas VI, dirinya sudah gencar mempersiapkan diri menghadapi ujian. Selama setahun, pelajar kelahiran Denpasar, 21 Maret 2006 ini bahkan intensif belajar lewat les di beberapa bimbingan belajar. Sebulan jelang ujian, sekolahnya juga banyak memberikan tryout dan kisi-kisi soal. Ini sangat membantu kesiapannya menjalani ujian. “Kisi-kisi itu perlu juga, latihan ujian terus. Selain itu, mama juga bantu di rumah latihan pakai tanya jawab. Satu hari satu materi,” tuturnya.
Anak kedua dari empat bersaudara pasangan I Gusti Made Catrayasa dan Putu Indra Dewi tersebut selama ini juga termasuk berprestasi di kelas. Gung Gita termasuk pelajar yang mampu masuk jajaran 10 besar setiap tingkatan kelas. Prestasi nilai tertinggi di akhir sekolah SD tentu menjadi puncak keberhasilannya menuntaskan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar. Dengan nilai tertinggi itu, gadis yang bercita-cita jadi pengusaha ini saat ini akan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Denpasar, sekolah yang diidamkannya. Dia berharap bisa diterima.
Selain belajar akademik, gadis yang hobi baca novel ini juga memiliki prestasi di bidang musik dan modelling. Segudang piala terpanjang di rumahnya. Hal ini juga meningkatkan kecerdasannya menjadi seimbang antara prestasi akademik dan prestasi non akademik. “Kalau lomba-lomba sering di Bali. Sampai ke Jakarta juga pernah,” imbuhnya.
Photo : Gung Gita dan keluarga, liburan keluarga menjadi salah satu hadiah atas prestasi yang diraihnya.
Peraih nilai Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) tertinggi tingkat SD di Denpasar, I Gusti Ayu Agung Gita Kartika Yasa, 12, masih belum menyangka akan hasil yang diterimanya. Pelajar dari SD Cipta Dharma ini berhasil meraih nilai USBN sebesar 297,5, yang menobatkannya bersama dua orang lainnya sebagai peraih nilai tertinggi di antara 14.360 siswa SD di Denpasar yang lulus USBN.
Gadis cilik yang akrab disapa Gung Gita ini tidak sendiri. Ada dua orang lainnya yang meraih nilai yang sama. Adalah Ni Putu Anya Oka Putri dari SD Cipta Dharma, dan I Gusti Ayu Agung Kayla Amara Dewi dari SDN 1 Renon. Bagi Gung Gita, ini adalah bonus atas usaha belajarnya. Sebab dia sendiri tidak pernah menarget untuk merebut posisi tertinggi, hanya berupaya semaksimal mungkin. Setelah melalui tiga mata ujian, Gung Gita meraih nilai Bahasa Indonesia 97,5, Matematika 100, dan IPA 100. Nilai yang hampir sempurna.
“Saya masih belum percaya. Karena awalnya saya termotivasi agar bisa masuk sekolah favorit di SMPN 1 Denpasar, maka saya berusaha dapat nilai yang bagus. Ternyata, nilai saya tertinggi. Bersyukur juga,” cerita Gung Gita saat ditemui di kediamannya, Jalan Buana Kubu, Gang Asem VII, Denpasar Barat, Rabu (6/6) sore.
Gadis asal Banjar Malet Gusti, Desa Penglumbaran, Susut, Bangli ini meraih nilai maksimal bukan tanpa persiapan yang matang. Menginjak kelas VI, dirinya sudah gencar mempersiapkan diri menghadapi ujian. Selama setahun, pelajar kelahiran Denpasar, 21 Maret 2006 ini bahkan intensif belajar lewat les di beberapa bimbingan belajar. Sebulan jelang ujian, sekolahnya juga banyak memberikan tryout dan kisi-kisi soal. Ini sangat membantu kesiapannya menjalani ujian. “Kisi-kisi itu perlu juga, latihan ujian terus. Selain itu, mama juga bantu di rumah latihan pakai tanya jawab. Satu hari satu materi,” tuturnya.
Anak kedua dari empat bersaudara pasangan I Gusti Made Catrayasa dan Putu Indra Dewi tersebut selama ini juga termasuk berprestasi di kelas. Gung Gita termasuk pelajar yang mampu masuk jajaran 10 besar setiap tingkatan kelas. Prestasi nilai tertinggi di akhir sekolah SD tentu menjadi puncak keberhasilannya menuntaskan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar. Dengan nilai tertinggi itu, gadis yang bercita-cita jadi pengusaha ini saat ini akan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Denpasar, sekolah yang diidamkannya. Dia berharap bisa diterima.
Selain belajar akademik, gadis yang hobi baca novel ini juga memiliki prestasi di bidang musik dan modelling. Segudang piala terpanjang di rumahnya. Hal ini juga meningkatkan kecerdasannya menjadi seimbang antara prestasi akademik dan prestasi non akademik. “Kalau lomba-lomba sering di Bali. Sampai ke Jakarta juga pernah,” imbuhnya.
Photo : Gung Gita dan keluarga, liburan keluarga menjadi salah satu hadiah atas prestasi yang diraihnya.
Tentu saja keberhasilan Gung Gita tidak terlepas dari peran sang ibu, Putu Indra Dewi. Seperti pengalaman anak pertama sebelumnya, Dewi memang sangat konsen untuk memperhatikan kondisi anak belajar jelang ujian. Bagi Dewi, orang tua sebagai pendidik pertama dan utama itu wajib. Karenanya, Dewi memutuskan untuk sepenuhnya mendidik anak di rumah. Sedangkan yang bekerja hanya suaminya. “Saya memang dari anak yang pertama selalu membimbing anak-anak saat mau ujian. Biar mereka belajarnya maksimal, tapi tidak terforsir tenaganya. Sehingga saat ujian berlangsung anak-anak bisa tetap fokus,” katanya.
Kepada anak-anaknya, Dewi selalu berpesan agar tidak mudah menyerah. Tidak ada yang tidak mungkin bila dilakukan dan niat, usaha, dan doa. Karena nasehatnya itu, Dewi pun tidak menyangka akan berbuah manis, anaknya bisa meraih nilai setinggi itu. “Saya selalu bilang ke anak-anak, sesuatu yang mustahil itu kalau kita mau dan berusaha pasti bisa. Karena itu saya selalu dorong anak-anak untuk terus belajar. Astungkara anak-anak mau belajar dan tidak terpengaruh pada pergaulan yang buruk,” tandasnya. *ind
Kepada anak-anaknya, Dewi selalu berpesan agar tidak mudah menyerah. Tidak ada yang tidak mungkin bila dilakukan dan niat, usaha, dan doa. Karena nasehatnya itu, Dewi pun tidak menyangka akan berbuah manis, anaknya bisa meraih nilai setinggi itu. “Saya selalu bilang ke anak-anak, sesuatu yang mustahil itu kalau kita mau dan berusaha pasti bisa. Karena itu saya selalu dorong anak-anak untuk terus belajar. Astungkara anak-anak mau belajar dan tidak terpengaruh pada pergaulan yang buruk,” tandasnya. *ind
1
Komentar