Pamedek Masih Membludak Tangkil Saat Kuningan
Ratusan Dosen dan Mahasiswa Ngayah Jelang Pujawali di Pura Sakenan
DENPASAR, NusaBali
Imbauan untuk tidak terfokus pada puncak pujawali di Pura Sakenan, yakni saat hari Raya Kuningan, masih belum efektif untuk mengurai kepadatan persembahyangan. Umat masih terus terkonsentrasi pada saat Hari Raya Kuningan untuk nangkil. Hal ini diakui oleh Manggala Yadnya Pujawali di Pura Sakenan, Ida Bagus Gede Pidada, Kamis (7/6).
“Umat masih membludak saat Kuningan dan Umanis Kuningan. Padahal pujawali nyejer selama tiga hari hingga Anggara Pon Langkir. Ini memang agak sulit karena pamedek datang dari segala penjuru,” ujarnya kepada NusaBali, kemarin.
Karena membludaknya pamedek tidak bisa dihindari, maka panitia harus ekstra antisipasi untuk segala kemungkinan yang terjadi, terutama keamanan, kenyamanan, dan kesehatan para pamedek. Panitia berkoordinasi dengan kepolisian, pecalang, desa adat, serta tenaga kesehatan diterjunkan dari Kota Denpasar. Termasuk menggunakan sistem buka tutup untuk mengatur jumlah pamedek dalam satu sesi persembahyangan. “Kami tetap harus antisipasi bila terjadi apa-apa agar segera ditangani. Kami terus mengimbau umat, sembahyang masih bisa hari Senin dan Selasa. Selasa baru nyineb,” katanya.
Terkait Pujawali di Pura Sakenan yang akan diselenggarakan mulai Saniscara Kliwon Kuningan hingga Anggara Pon Langkir, 9-12 Juni 2018, berbagai persiapan telah dilakukan. Diawali dengan kegiatan menghias di semua palinggih yakni Pura Dalem Sakenan, Pura Pesamuhan Agung, dan Pura Susunan Wadon, Kamis pagi kemarin. Lebih dari 500 orang nangkil ngaturang ayah tidak hanya para manggala karya, pemangku dan pengemong Pura Sakenan (Desa Adat Serangan, Desa Adat Suwung Kepaon, Desa Adat Pemogan, dan Desa Adat Kelan, Tuban). Beberapa perguruan tinggi terlihat ngayah seperti mahasiswa IHDN Denpasar, IKIP PGRI Bali, UNHI, Universitas Warmadewa, Universitas Dwijendra, ISI Denpasar, serta Universitas Udayana.
Sementara itu, pelaksanaan pujawali, kata IB Pidada masih berjalan seperti sebelumnya. Pujawali menggunakan banten pebangkit dan pakelem berupa ayam dan bebek berwarna hitam. Barulah pada Agustus 2019, akan dilaksanakan upacara Padudusan Agung ‘Eka Dasa Warsa’ yang dilakukan 10 tahun sekali, dengan banten yang lebih besar. “Pakelem ini, karena Pura Sakenan ada di tengah laut atau Segara Kertih. Pakelem dihaturkan saat pujawali,” tambahnya.
Pujawali kali ini akan dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Bluangan dari Griya Delod Pasar Sanur dan Ida Pedanda Gede Putra Telaga dari Griya Telaga Gulingan Sanur. Sementara Redite Umanis Langkir dipuput oleh Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa dari Griya Sari Tegal dan Ida Pedanda Buda Jelantik Giri dari Griya Gunung Sari Ubud, Soma Paing Langkir dipuput Ida Pedanda Gede Oka Giri dari Griya Oka Sanur, dan Panyineb pada Anggara Pon Langkir,oleh Ida Pedanda Istri Mas dari Griya Tegal Asah Sanur. *ind
Imbauan untuk tidak terfokus pada puncak pujawali di Pura Sakenan, yakni saat hari Raya Kuningan, masih belum efektif untuk mengurai kepadatan persembahyangan. Umat masih terus terkonsentrasi pada saat Hari Raya Kuningan untuk nangkil. Hal ini diakui oleh Manggala Yadnya Pujawali di Pura Sakenan, Ida Bagus Gede Pidada, Kamis (7/6).
“Umat masih membludak saat Kuningan dan Umanis Kuningan. Padahal pujawali nyejer selama tiga hari hingga Anggara Pon Langkir. Ini memang agak sulit karena pamedek datang dari segala penjuru,” ujarnya kepada NusaBali, kemarin.
Karena membludaknya pamedek tidak bisa dihindari, maka panitia harus ekstra antisipasi untuk segala kemungkinan yang terjadi, terutama keamanan, kenyamanan, dan kesehatan para pamedek. Panitia berkoordinasi dengan kepolisian, pecalang, desa adat, serta tenaga kesehatan diterjunkan dari Kota Denpasar. Termasuk menggunakan sistem buka tutup untuk mengatur jumlah pamedek dalam satu sesi persembahyangan. “Kami tetap harus antisipasi bila terjadi apa-apa agar segera ditangani. Kami terus mengimbau umat, sembahyang masih bisa hari Senin dan Selasa. Selasa baru nyineb,” katanya.
Terkait Pujawali di Pura Sakenan yang akan diselenggarakan mulai Saniscara Kliwon Kuningan hingga Anggara Pon Langkir, 9-12 Juni 2018, berbagai persiapan telah dilakukan. Diawali dengan kegiatan menghias di semua palinggih yakni Pura Dalem Sakenan, Pura Pesamuhan Agung, dan Pura Susunan Wadon, Kamis pagi kemarin. Lebih dari 500 orang nangkil ngaturang ayah tidak hanya para manggala karya, pemangku dan pengemong Pura Sakenan (Desa Adat Serangan, Desa Adat Suwung Kepaon, Desa Adat Pemogan, dan Desa Adat Kelan, Tuban). Beberapa perguruan tinggi terlihat ngayah seperti mahasiswa IHDN Denpasar, IKIP PGRI Bali, UNHI, Universitas Warmadewa, Universitas Dwijendra, ISI Denpasar, serta Universitas Udayana.
Sementara itu, pelaksanaan pujawali, kata IB Pidada masih berjalan seperti sebelumnya. Pujawali menggunakan banten pebangkit dan pakelem berupa ayam dan bebek berwarna hitam. Barulah pada Agustus 2019, akan dilaksanakan upacara Padudusan Agung ‘Eka Dasa Warsa’ yang dilakukan 10 tahun sekali, dengan banten yang lebih besar. “Pakelem ini, karena Pura Sakenan ada di tengah laut atau Segara Kertih. Pakelem dihaturkan saat pujawali,” tambahnya.
Pujawali kali ini akan dipuput oleh Ida Pedanda Gede Putra Bluangan dari Griya Delod Pasar Sanur dan Ida Pedanda Gede Putra Telaga dari Griya Telaga Gulingan Sanur. Sementara Redite Umanis Langkir dipuput oleh Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa dari Griya Sari Tegal dan Ida Pedanda Buda Jelantik Giri dari Griya Gunung Sari Ubud, Soma Paing Langkir dipuput Ida Pedanda Gede Oka Giri dari Griya Oka Sanur, dan Panyineb pada Anggara Pon Langkir,oleh Ida Pedanda Istri Mas dari Griya Tegal Asah Sanur. *ind
Komentar