Dua Program dari Klungkung Masuk Top 99 Nasional
Dua program inovasi dari Pemkab Klungkung yang digagas Bupati-Wakil Bupati non aktif Nyoman Suwirta-Made Kasta, berhasil masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 Tingkat Nasional.
SEMARAPURA, NusaBali
Kedua program inovasi tersebut masing-masing ‘Beli Mahal Jual Murah (Bima Juara)’ dan ‘Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS)’. Program Bima Juara dan TOSS ini lolos Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Nasional sebagai upaya percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik Indonesia. Lolosnya dua program Pemkab Klungkung ke KIPP Nasional ini tertuang dalam surat Tim Panel Independen Nomor 001/TPI.06/2018 tentang Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN dan BUMD yang di-selenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAR-RB). Pengumuman ini disampaikan lewat online, Jumat (8/5) lalu.
Kadis Pertanian Klungkung, IB Gde Juanida, Minggu (10/6), mengatakan program inovasi ‘Beli Mahal Jual Murah (Bima Juara)’ ini sudah diterapkan sejak 2016. Dalam penerapannya, pemerintah menggandeng KUD dan BUMDes untuk membeli langsung gabah petani dengan harga lebih mahal dari pasaran. Kemudian, beras yang dihasilkan dilepas ke pasaran dengan harga lebih murah.
Dalam hal ini, Pemkab Klungkung melalui KUD yang ditunjuk membeli gabah kering panen seharga Rp 4.900-Rp 5.000/kg (lebih mahal dari HET Rp 3.750/kg). Kemudian, harga jual beras sebesar Rp 9.500-9.600/kg (lebih murah dari harga beras di pasaran yang mencapai Rp 9.850-10.000/kg).
“Dengan metode ini, jalur distribusi gabah dan pendistribusian beras dapat dipangkas. Sebab, gabah tidak lagi dikirim ke luar daerah untuk digiling dan berasnya juga bisa langsung didistribusikan ke masyarakat,” ujar IB Juniada di Semarapura, Minggu kemarin.
Konsep ‘Beli Mahal Jual Murah’ inilah yang bisa meningkatkan pemanfaatan beras lokal, dengan menggandeng sejumlah KUD, BUMDes, dan swalayan. “Semoga ke depannya program inovasi ini terus bisa berkembang dengan baik,” harap Kadis Pertanian Klungkung selaku leading sector program Bima Juara ini.
Selain itu, harga beras di Nusa Penida dan Klungkung Daratan juga bisa disamakan. Hal ini karena Pemkab Klungkung dengan program ungulannya yaitu distribusi beras lokal melalui BUMDes. Beras lokal yang biasa dijual di Nusa Penida Rp 11.000 lebih per kg, kini bisa turun dan sama dengan di Klungkung Daratan. “BUMDes tidak boleh mematok harga lebih tinggi, karena sudah disubsidi transport oleh Pemkab Klungkung,” katanya.
Sementara itu, Kadis Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Klungkung, Anak Agung Kirana, menyatakan salah satu keunggulan program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) yang berhasil tembus Top 99 Nasional sudah diterapkan di 12 desa di Gumi Serombotan. Program TOSS terbukti efektif memanfaatkan sampah organik dan non organik menjadi energi terbarukan berupa pelet, yang dijadikan sebagai bahan bakar listrik.
Menurut Gung Kirana, setelah pelet itu diujicoba di Bandung dan Jakarta, dengan campuran 85 persen sampah organik dan 15 persen non organik, kadungan peletnya bisa menghasilkan energi 3.500 kalori. Lewat program TOSS yang diaunching Pemkab Klungkung pada Desember 2017, sampah-sampah baik di kota maupuan pedesaan bisa dimanfaatkan menjadi energi terbarukan. “Kita juga terus dorong desa agar menerapkan TOSS. Yang terpenting kita menggugah hati masyarakat agar sentatiasa menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, terutama sampah plastik,” kata Gung Kirana.
Program TOSS ini mendapat perhatian dari Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Anggota Wantimpres, Suharso Monoarfa, sempay melakukan kunjungan sekaligus melihat dua lokasi pengelolaan sampah atau TOSS di Desa Gunaksa (Kecamatan Dawan) dan Desa Takmung (Kecamatan Klungkung). Suharso pun mengapresiasi dan bangga dengan inovasi Pemkab Klungkung dalam mengatasi masalah sampah melalui metode TOSS ini.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarin, Sekda Klungkung Gede Putu Winastra mengatakan, pihaknya sengaja mendaftarkan dua program inovasi, yakni Bima Juara dan TOSS ikut kompetisi tingkat nasional. Ternyata, dua program ini berhasil tembus Top 99 Nasional. “Ini tantangan bagi kita untuk mempertahankan dan mengembangkan keda program tersebut,” jelas Putu Winastra.
Sedangkan Bupati Klungkung non aktif, Nyoman Suwirta, mengatakan sejak awal pihaknya membuat inovasi itu dan meyakini kedua program tersebut benar-benar memberikan manfaat kepada masyarakat. “Jadi, khusus untuk program ‘Beli Mahal Jual Jual Murah’, sesungguhnya sudah saya lakukan jauh-jauh hari sebelum menjadi bupati. Cuma, untuk melaksanakan ini kita harus membuat pilot project dulu di beberapa KUD,” ujar Suwirta, Bupati yang sedang cuti karena maju lagi sebagai Cabup Klungkung ke Pilkada 2018.
Suwirta mengatakan, untuk mengajak masyarakat berinovasi dalam program ‘Bima Juara’ ini, tidaklah mudah, karena harus ada bukti dulu. “Sekarang buktinya kan sudah ada. Tinggal nanti, mudah-mudahan saya diberikan jabatan kedua kalinya, baru kita akan kebut. Kita akan bantu apa kekurangan daripada program ‘Beli Mahal Jual Murah’ itu,” ujar tokoh inovatif dari kawasan seberang Nusa Penida, Klungkung ini. *wan
Kedua program inovasi tersebut masing-masing ‘Beli Mahal Jual Murah (Bima Juara)’ dan ‘Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS)’. Program Bima Juara dan TOSS ini lolos Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Nasional sebagai upaya percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik Indonesia. Lolosnya dua program Pemkab Klungkung ke KIPP Nasional ini tertuang dalam surat Tim Panel Independen Nomor 001/TPI.06/2018 tentang Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik di Lingkungan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN dan BUMD yang di-selenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAR-RB). Pengumuman ini disampaikan lewat online, Jumat (8/5) lalu.
Kadis Pertanian Klungkung, IB Gde Juanida, Minggu (10/6), mengatakan program inovasi ‘Beli Mahal Jual Murah (Bima Juara)’ ini sudah diterapkan sejak 2016. Dalam penerapannya, pemerintah menggandeng KUD dan BUMDes untuk membeli langsung gabah petani dengan harga lebih mahal dari pasaran. Kemudian, beras yang dihasilkan dilepas ke pasaran dengan harga lebih murah.
Dalam hal ini, Pemkab Klungkung melalui KUD yang ditunjuk membeli gabah kering panen seharga Rp 4.900-Rp 5.000/kg (lebih mahal dari HET Rp 3.750/kg). Kemudian, harga jual beras sebesar Rp 9.500-9.600/kg (lebih murah dari harga beras di pasaran yang mencapai Rp 9.850-10.000/kg).
“Dengan metode ini, jalur distribusi gabah dan pendistribusian beras dapat dipangkas. Sebab, gabah tidak lagi dikirim ke luar daerah untuk digiling dan berasnya juga bisa langsung didistribusikan ke masyarakat,” ujar IB Juniada di Semarapura, Minggu kemarin.
Konsep ‘Beli Mahal Jual Murah’ inilah yang bisa meningkatkan pemanfaatan beras lokal, dengan menggandeng sejumlah KUD, BUMDes, dan swalayan. “Semoga ke depannya program inovasi ini terus bisa berkembang dengan baik,” harap Kadis Pertanian Klungkung selaku leading sector program Bima Juara ini.
Selain itu, harga beras di Nusa Penida dan Klungkung Daratan juga bisa disamakan. Hal ini karena Pemkab Klungkung dengan program ungulannya yaitu distribusi beras lokal melalui BUMDes. Beras lokal yang biasa dijual di Nusa Penida Rp 11.000 lebih per kg, kini bisa turun dan sama dengan di Klungkung Daratan. “BUMDes tidak boleh mematok harga lebih tinggi, karena sudah disubsidi transport oleh Pemkab Klungkung,” katanya.
Sementara itu, Kadis Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Klungkung, Anak Agung Kirana, menyatakan salah satu keunggulan program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) yang berhasil tembus Top 99 Nasional sudah diterapkan di 12 desa di Gumi Serombotan. Program TOSS terbukti efektif memanfaatkan sampah organik dan non organik menjadi energi terbarukan berupa pelet, yang dijadikan sebagai bahan bakar listrik.
Menurut Gung Kirana, setelah pelet itu diujicoba di Bandung dan Jakarta, dengan campuran 85 persen sampah organik dan 15 persen non organik, kadungan peletnya bisa menghasilkan energi 3.500 kalori. Lewat program TOSS yang diaunching Pemkab Klungkung pada Desember 2017, sampah-sampah baik di kota maupuan pedesaan bisa dimanfaatkan menjadi energi terbarukan. “Kita juga terus dorong desa agar menerapkan TOSS. Yang terpenting kita menggugah hati masyarakat agar sentatiasa menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, terutama sampah plastik,” kata Gung Kirana.
Program TOSS ini mendapat perhatian dari Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Anggota Wantimpres, Suharso Monoarfa, sempay melakukan kunjungan sekaligus melihat dua lokasi pengelolaan sampah atau TOSS di Desa Gunaksa (Kecamatan Dawan) dan Desa Takmung (Kecamatan Klungkung). Suharso pun mengapresiasi dan bangga dengan inovasi Pemkab Klungkung dalam mengatasi masalah sampah melalui metode TOSS ini.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarin, Sekda Klungkung Gede Putu Winastra mengatakan, pihaknya sengaja mendaftarkan dua program inovasi, yakni Bima Juara dan TOSS ikut kompetisi tingkat nasional. Ternyata, dua program ini berhasil tembus Top 99 Nasional. “Ini tantangan bagi kita untuk mempertahankan dan mengembangkan keda program tersebut,” jelas Putu Winastra.
Sedangkan Bupati Klungkung non aktif, Nyoman Suwirta, mengatakan sejak awal pihaknya membuat inovasi itu dan meyakini kedua program tersebut benar-benar memberikan manfaat kepada masyarakat. “Jadi, khusus untuk program ‘Beli Mahal Jual Jual Murah’, sesungguhnya sudah saya lakukan jauh-jauh hari sebelum menjadi bupati. Cuma, untuk melaksanakan ini kita harus membuat pilot project dulu di beberapa KUD,” ujar Suwirta, Bupati yang sedang cuti karena maju lagi sebagai Cabup Klungkung ke Pilkada 2018.
Suwirta mengatakan, untuk mengajak masyarakat berinovasi dalam program ‘Bima Juara’ ini, tidaklah mudah, karena harus ada bukti dulu. “Sekarang buktinya kan sudah ada. Tinggal nanti, mudah-mudahan saya diberikan jabatan kedua kalinya, baru kita akan kebut. Kita akan bantu apa kekurangan daripada program ‘Beli Mahal Jual Murah’ itu,” ujar tokoh inovatif dari kawasan seberang Nusa Penida, Klungkung ini. *wan
1
Komentar