Penertiban Dihujat Netizen, Kasatpol PP Angkat Bicara
Sayoga Tekankan Pelaksanaan Penertiban untuk Menghindari Terjadi Masalah Baru
DENPASAR, NusaBali
Kasatpol PP Kota Denpasar I Dewa Anom Sayoga angkat bicara terkait viralnya penertiban pedagang kaki lima di media sosial (medsos) yang ditertibkan bersama Tim Gabungan Dishub dan TNI/Polri di kawasan Jalan Kartini, Jalan Gunung Kawi, Jalan Gajah Mada dan Jalan Abimanyu pada Kamis (7/6) lalu. Viralnya penertiban tersebut dihujat netizen karena dianggap tidak berpihak pada pedagang kecil menjelang Hari Raya Kuningan ditambah ‘provokasi’ dari salah satu pejabat tinggi di DPD RI.
Kasatpol PP Anom Sayoga, Minggu (10/6) mengungkapkan, pihak-pihak yang menghujat timnya saat melakukan penertiban belum pernah merasakan terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi seputar jalan yang ditertibkan. Kata Sayoga, pedagang kaki lima yang ditertibkan dan menangis tersebut merupakan wajah lama yang berkali-kali sudah diberi peringatan bahkan sudah sering diganjar tindakan pidana ringan (tipiring).
Jika tidak ditertibkan menurut Sayoga, pedagang yang menggunakan sepadan jalan bahkan trotoar sebagai tempat berjualan yang dapat menimbulkan parkir liar dan membuat kemacetan ditambah sampah yang ditimbulkan tanpa dibersihkan. Jika dilihat, kawasan Jalan Kartini, Jalan Gajah Mada, Jalan Sulawesi merupakan lokasi padat kendaraan yang melintas dan tentunya juga dalam aturan kawasan tersebut dilarang untuk berjualan.
"Biar semua tahu, mari kita sama-sama terjun ke lapangan sebelum berkomentar. Yang kami tertibkan ini bukan pedagang yang baru di sana, ini wajah lama yang sudah berkali-kali ditindak bahkan di-tipiring karena kesalahannya melanggar Perda Nomor 1 tahun 2015 tentang Ketertiban Umum. Jika tidak ditertibkan maka akan mengganggu masyarakat banyak karena menimbulkan permasalahan baru yakni kemacetan, dan sampah," jelas Sayoga.
Sayoga mengkhawatirkan, dengan adanya isu media sosial yang berkembang dijadikan celah orang untuk dibawa ke ajang perpolitikan. Padahal saat penertiban itu, pihaknya bersama Tim Gabungan Dishub Denpasar, TNI/Polri, Kepala Dusun /Kelian Banjar, Perbekel/Kades, dan Linmas setempat. Menurut Sayoga, kawasan tersebut sudah berkali-kali dilakukan tindakan prefentif. Namun permasalahan malah dimunculkan baru sekarang padahal tindakan tersebut sama seperti sebelumnya penertiban pelanggar perda.
Kata dia, kendati menjelang Hari Raya Kuningan, pelaksanaan peraturan tidak pernah mencantumkan bahwa hari raya tidak melaksanakan tugas. "Apalagi, saat penertiban khusus pedagang tim kami menanyakan juga apa sudah dapat berjualan atau belum. Bahkan barang-barang yang diangkut oleh tim juga ada yang dibayar bukan main angkut begitu saja. Petugas juga manusia biasa yang punya hati dan rasa juga sama-sama berhari raya," imbuhnya.
Dikatakan Sayoga, selama penertiban, petugas yang saat itu melaksanakan penertiban tidak berlaku arogan dan semena-mena dalam melaksankan tugasnya. "Dalam kegiatan itu kami tidak hanya mengandalkan otak dan otot saja tetapi sudah diimbangi hati dan rasa serta dibentengi dengan aturan yang ada agar semua kepentingan berjalan harmonis. Dalam hal ini kepentingan masyarakat dapat berjalan dengan baik, kepentingan pemerintah yang tertuang dalam perda juga tidak dikesampingkan atau dilabrak. Kami juga yakin kita semua suka lingkungan tertib bersih aman dan nyaman. Untuk mewujudkannya kalau bukan kita siapa lagi? Kalau tidak sekarang kapan lagi?" tandasnya. *m
Kasatpol PP Anom Sayoga, Minggu (10/6) mengungkapkan, pihak-pihak yang menghujat timnya saat melakukan penertiban belum pernah merasakan terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi seputar jalan yang ditertibkan. Kata Sayoga, pedagang kaki lima yang ditertibkan dan menangis tersebut merupakan wajah lama yang berkali-kali sudah diberi peringatan bahkan sudah sering diganjar tindakan pidana ringan (tipiring).
Jika tidak ditertibkan menurut Sayoga, pedagang yang menggunakan sepadan jalan bahkan trotoar sebagai tempat berjualan yang dapat menimbulkan parkir liar dan membuat kemacetan ditambah sampah yang ditimbulkan tanpa dibersihkan. Jika dilihat, kawasan Jalan Kartini, Jalan Gajah Mada, Jalan Sulawesi merupakan lokasi padat kendaraan yang melintas dan tentunya juga dalam aturan kawasan tersebut dilarang untuk berjualan.
"Biar semua tahu, mari kita sama-sama terjun ke lapangan sebelum berkomentar. Yang kami tertibkan ini bukan pedagang yang baru di sana, ini wajah lama yang sudah berkali-kali ditindak bahkan di-tipiring karena kesalahannya melanggar Perda Nomor 1 tahun 2015 tentang Ketertiban Umum. Jika tidak ditertibkan maka akan mengganggu masyarakat banyak karena menimbulkan permasalahan baru yakni kemacetan, dan sampah," jelas Sayoga.
Sayoga mengkhawatirkan, dengan adanya isu media sosial yang berkembang dijadikan celah orang untuk dibawa ke ajang perpolitikan. Padahal saat penertiban itu, pihaknya bersama Tim Gabungan Dishub Denpasar, TNI/Polri, Kepala Dusun /Kelian Banjar, Perbekel/Kades, dan Linmas setempat. Menurut Sayoga, kawasan tersebut sudah berkali-kali dilakukan tindakan prefentif. Namun permasalahan malah dimunculkan baru sekarang padahal tindakan tersebut sama seperti sebelumnya penertiban pelanggar perda.
Kata dia, kendati menjelang Hari Raya Kuningan, pelaksanaan peraturan tidak pernah mencantumkan bahwa hari raya tidak melaksanakan tugas. "Apalagi, saat penertiban khusus pedagang tim kami menanyakan juga apa sudah dapat berjualan atau belum. Bahkan barang-barang yang diangkut oleh tim juga ada yang dibayar bukan main angkut begitu saja. Petugas juga manusia biasa yang punya hati dan rasa juga sama-sama berhari raya," imbuhnya.
Dikatakan Sayoga, selama penertiban, petugas yang saat itu melaksanakan penertiban tidak berlaku arogan dan semena-mena dalam melaksankan tugasnya. "Dalam kegiatan itu kami tidak hanya mengandalkan otak dan otot saja tetapi sudah diimbangi hati dan rasa serta dibentengi dengan aturan yang ada agar semua kepentingan berjalan harmonis. Dalam hal ini kepentingan masyarakat dapat berjalan dengan baik, kepentingan pemerintah yang tertuang dalam perda juga tidak dikesampingkan atau dilabrak. Kami juga yakin kita semua suka lingkungan tertib bersih aman dan nyaman. Untuk mewujudkannya kalau bukan kita siapa lagi? Kalau tidak sekarang kapan lagi?" tandasnya. *m
Komentar