Dewa Rai Budiasa Mundur dari Golkar
Satu demi satu kader Golkar kabur dari naungan Beringin.
DENPASAR, NusaBali
Setelah Komang Purnama loncat ke Partai NasDem, kini giliran politisi senior Dewa Ngakan Rai Budiasa yang dikabarkan mundur dari Golkar. Bocoran yang diperoleh NusaBali, Rabu (13/6), Dewa Ngakan Rai Budiasa mengundurkan diri setelah sempat ditawari posisi Ketua Litbang Bidang Pengembangan Pariwisata di Golkar Bali. Sebelumnya, Rai Budiasa sempat selama 10 tahun menjabat Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi DPD I Golkar Bali di era kepemimpinan Cokorda Gede Budi Suryawan alias CBS (periode 2005-2010) dan Ketut Sudikerta (periode 2010-2015).
Pasca tidak lagi menjabat sebagai Ketua OKK DPD I Golkar Bali, Rai Budiasa sempat ditawari jadi Ketua Litbang Bidang Pengembangan Pariwisata, yang merupakan lembaga non struktural di Golkar Bali era kepengurusan DPD I Golkar Bali 2015-2020. Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta sendiri yang langsung meminta Rai Budiasa duduk di lembaga tersebut. Namun, Rai Budiasa memilih tidak aktif, bahkan kemudian mundur dari Golkar. “Dia (Rai Budiasa) sudah tidak aktif di Golkar. Dia telah mundur,” ungkap sumber NusaBali di lingkaran Golkar, Rabu kemarin.
Belakangan, sejumlah partai politik disebut-sebut melamar Rai Budiasa. Mantan anggota Fraksi Golkar DPRD DKI Jakarta dan Ketua Koordinator Artis Ibukota 1992-1995 ini, antara lain, sempat ditawari masuk ke NasDem. Rai Budiasa juga disebut-sebut sempat komunikasi dengan elite DPP Gerindra dan Partai Berkarya yang baru didirikan Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Bahkan, Rai Budiasa ditawari Partai Berkarya maju ke Pileg 2019 mendatang.
Benarkah? Saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin, Rai Budiasa mengatakan dirinya minggir dari Golkar karena fokus mengurus Yayasan Yasa Putra Sedana, sebuah yayasan seni dan kebudayaan. Selama ini, yayasan Yasa Putra Sedana tersebut eksis mementaskan seni untuk wisatawan berbasis desa wisata di tanah kelahiran Rai Budiasa, yakni Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar.
“Saya memang tidak aktif lagi di Golkar. Sudah lama saya tidak aktif. Saya fokus mengurus yayasan seni di desa,” ujar Rai Budiasa yang notabene mantan staf Kedutaan Besar RI di Jerman.
Rai Budiasa menegaskan, dirinya tidak ada agenda politik dalam Pileg 2019 mendatang. Dia pun bantah isu akan maju sbagai caleg dari partai lain dalam Pileg 2019 mendatang. Menurut Rai Budiasa, dirinya tidak kecewa dan tak ada persoalan dengan Golkar. “Sampai saat ini, saya ya fokus mengurus yayasan saja. Nggak ada masuk ke partai lain, nggak ada jadi daftar calon sementara (DCS) di partai mana pun. Kan banyak juga kader Golkar yang non aktif,” tegas mantan Wakil Ketua ASITA DKI Jakarta ini.
Ditanya apakah dirinya telah mengembalikan kartu Tanda Anggota (KTA) Partai Golkar, Rai Budiasa balik bertanya, “Apa perlu itu?” Yang jelas, sampai Rai Budiasa mengaku berada di desa kelahirannya dan ngayah untuk kegiatan adat, seni, budaya, serta kemasyarakatan,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali, I Gusti Wijaya, mengatakan tidak tahu soal informasi Rai Budiasa mundur dari Beringin. “Kalau dia (Rai Budiasa, Red) mundur dari Golkar, saya tidak tahu. Eh, bukan tidak tahu, belum tahu infonya. Coba nanti saya cek,” tandas Wijaya saat dikonfirmasi terpisah, Rabu kemarin.
Sebelumnya, mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali 2012-2015, Komang Purnama, juga sudah cabut dai partainya dan loncat pagar ke NasDem. Komang Purnama disebut-sebut hijrah karena kecewa lantaran tidak diberi pe-ran apa pun di partainya sejak tak lagi menjabat Sekretaris DPD I Golkar Bali.
Hengkahnya Purnama ini juga diakui oleh Wijaya. Menurut Wijaya, Purnama pergi karena merasa tidak nyaman lagi berada di Golkar.“Mungkin dia (Purnama) sudah tidak nyaman lagi di Golkar. Ya silakan saja, itu hak yang bersangkutan (hijrah ke partai lain, Red). Setiap warga negara punya hak politik, menentukan pilihan politik. Apalagi, di alam demokrasi sekarang di mana politik begitu dinamis,” jelas Wijaya, Minggu (10/6) lalu.
Wijaya mengatakan, Purnama tidak pernah ada persoalan dengan induk partai sebelumnya. Sebagai Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali, Wijaya mengaku tidak berat melepas kepergian Purnama. “Nggak apa-apa, Golkar solid kok. Hanya seorang Komang Purnama, saya rasa tidak berpengaruh dengan kekuatan Golkar,” katanya.
Lagipula, perginya Purnama dari Golkar juga diimbangi dengan masuknya sejumlah kader baru ke kubu Beringin. Antara lain, dengan bergabungnya dua mantan politisi senior PDIP asal Buleleng, yakni Dewa Nyoman Sukrawan (eks Ketua DPRD Buleleng 2004-2009, 2009-2014) dan Made Arga Pynatih (eks Wakil Bupati Buleleng 2007-2012). *nat
Setelah Komang Purnama loncat ke Partai NasDem, kini giliran politisi senior Dewa Ngakan Rai Budiasa yang dikabarkan mundur dari Golkar. Bocoran yang diperoleh NusaBali, Rabu (13/6), Dewa Ngakan Rai Budiasa mengundurkan diri setelah sempat ditawari posisi Ketua Litbang Bidang Pengembangan Pariwisata di Golkar Bali. Sebelumnya, Rai Budiasa sempat selama 10 tahun menjabat Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisasi DPD I Golkar Bali di era kepemimpinan Cokorda Gede Budi Suryawan alias CBS (periode 2005-2010) dan Ketut Sudikerta (periode 2010-2015).
Pasca tidak lagi menjabat sebagai Ketua OKK DPD I Golkar Bali, Rai Budiasa sempat ditawari jadi Ketua Litbang Bidang Pengembangan Pariwisata, yang merupakan lembaga non struktural di Golkar Bali era kepengurusan DPD I Golkar Bali 2015-2020. Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta sendiri yang langsung meminta Rai Budiasa duduk di lembaga tersebut. Namun, Rai Budiasa memilih tidak aktif, bahkan kemudian mundur dari Golkar. “Dia (Rai Budiasa) sudah tidak aktif di Golkar. Dia telah mundur,” ungkap sumber NusaBali di lingkaran Golkar, Rabu kemarin.
Belakangan, sejumlah partai politik disebut-sebut melamar Rai Budiasa. Mantan anggota Fraksi Golkar DPRD DKI Jakarta dan Ketua Koordinator Artis Ibukota 1992-1995 ini, antara lain, sempat ditawari masuk ke NasDem. Rai Budiasa juga disebut-sebut sempat komunikasi dengan elite DPP Gerindra dan Partai Berkarya yang baru didirikan Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Bahkan, Rai Budiasa ditawari Partai Berkarya maju ke Pileg 2019 mendatang.
Benarkah? Saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin, Rai Budiasa mengatakan dirinya minggir dari Golkar karena fokus mengurus Yayasan Yasa Putra Sedana, sebuah yayasan seni dan kebudayaan. Selama ini, yayasan Yasa Putra Sedana tersebut eksis mementaskan seni untuk wisatawan berbasis desa wisata di tanah kelahiran Rai Budiasa, yakni Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar.
“Saya memang tidak aktif lagi di Golkar. Sudah lama saya tidak aktif. Saya fokus mengurus yayasan seni di desa,” ujar Rai Budiasa yang notabene mantan staf Kedutaan Besar RI di Jerman.
Rai Budiasa menegaskan, dirinya tidak ada agenda politik dalam Pileg 2019 mendatang. Dia pun bantah isu akan maju sbagai caleg dari partai lain dalam Pileg 2019 mendatang. Menurut Rai Budiasa, dirinya tidak kecewa dan tak ada persoalan dengan Golkar. “Sampai saat ini, saya ya fokus mengurus yayasan saja. Nggak ada masuk ke partai lain, nggak ada jadi daftar calon sementara (DCS) di partai mana pun. Kan banyak juga kader Golkar yang non aktif,” tegas mantan Wakil Ketua ASITA DKI Jakarta ini.
Ditanya apakah dirinya telah mengembalikan kartu Tanda Anggota (KTA) Partai Golkar, Rai Budiasa balik bertanya, “Apa perlu itu?” Yang jelas, sampai Rai Budiasa mengaku berada di desa kelahirannya dan ngayah untuk kegiatan adat, seni, budaya, serta kemasyarakatan,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali, I Gusti Wijaya, mengatakan tidak tahu soal informasi Rai Budiasa mundur dari Beringin. “Kalau dia (Rai Budiasa, Red) mundur dari Golkar, saya tidak tahu. Eh, bukan tidak tahu, belum tahu infonya. Coba nanti saya cek,” tandas Wijaya saat dikonfirmasi terpisah, Rabu kemarin.
Sebelumnya, mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali 2012-2015, Komang Purnama, juga sudah cabut dai partainya dan loncat pagar ke NasDem. Komang Purnama disebut-sebut hijrah karena kecewa lantaran tidak diberi pe-ran apa pun di partainya sejak tak lagi menjabat Sekretaris DPD I Golkar Bali.
Hengkahnya Purnama ini juga diakui oleh Wijaya. Menurut Wijaya, Purnama pergi karena merasa tidak nyaman lagi berada di Golkar.“Mungkin dia (Purnama) sudah tidak nyaman lagi di Golkar. Ya silakan saja, itu hak yang bersangkutan (hijrah ke partai lain, Red). Setiap warga negara punya hak politik, menentukan pilihan politik. Apalagi, di alam demokrasi sekarang di mana politik begitu dinamis,” jelas Wijaya, Minggu (10/6) lalu.
Wijaya mengatakan, Purnama tidak pernah ada persoalan dengan induk partai sebelumnya. Sebagai Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali, Wijaya mengaku tidak berat melepas kepergian Purnama. “Nggak apa-apa, Golkar solid kok. Hanya seorang Komang Purnama, saya rasa tidak berpengaruh dengan kekuatan Golkar,” katanya.
Lagipula, perginya Purnama dari Golkar juga diimbangi dengan masuknya sejumlah kader baru ke kubu Beringin. Antara lain, dengan bergabungnya dua mantan politisi senior PDIP asal Buleleng, yakni Dewa Nyoman Sukrawan (eks Ketua DPRD Buleleng 2004-2009, 2009-2014) dan Made Arga Pynatih (eks Wakil Bupati Buleleng 2007-2012). *nat
1
Komentar