Mobil Pribadi Antre 6 Jam di Gilimanuk
Kapal super jumbo KMP Drajat Paciran dioperasionalkan, antrean kendaraan kembali normal.
NEGARA, NusaBali
Arus mudik dari Bali menuju Jawa di Pelabuhan Gilimanuk kembali membeludak pada Selasa (12/6) malam hingga Rabu (13/6) siang. Membeludaknya pemudik itu sempat memicu antrean panjang. Sejumlah pemudik dengan mobil pribadi yang terjebak puncak ekor antrean hingga di areal Terminal Kargo Gilimanuk atau sekitar 2 kilometer dari loket tiket pelabuhan pada Rabu dini hari kemarin, terpaksa mengantre selama 6 jam untuk sampai di areal dalam pelabuhan.
Berdasar informasi, membeludaknya pemudik pada Selasa malam itu mulai terjadi sekitar pukul 22.00 Wita. Arus penumpang didominasi sepeda motor serta mobil pribadi yang terus berdatangan hampir secara bersamaan, dengan cepat mengakibatkan antrean panjang di jalur loket tiket pelabuhan, hingga mengular keluar areal pelabuhan memasuki tengah malam sekitar pukul 24.00 Wita. Begitu mengetahui tumpukan kendaraan itu, kembali diberlakukan rekayasa arus mobil pribadi ke Terminal Kargo Gilimanuk untuk melewati jalan gang seputar pemukiman warga menuju loket tiket pelabuhan.
Meski diberlakukan rekayasa arus, lonjakan penumpang yang tiada henti mengalir ke pelabuhan, membuat mobil pribadi menumpuk di Terminal Kargo Gilimanuk. Puncaknya memasuki Rabu dinihari kemarin sekitar pukul 03.00 Wita, areal Terminal Kargo Gilimanuk seluas 3 hektare yang digunakan sebagai tempat penampungan sekaligus pembelian tiket itu dipenuhi mobil pribadi. “Tiga jalan gang yang dipersiapkan untuk lintas kendaraan kecil atau mobil pribadi sejenis ini, ketiga-tiganya penuh sekitar pukul 03.00 Wita,” ujar Kabag Ops Polres Jembrana Kompol Didik Wiratmoko seizin Kapolres Jembrana AKBP Budi P Saragih, Rabu kemarin.
Menurut Didik, lonjakan mobil pribadi itu, sempat berkurang jelang siang. Namun kepadatan puncak antrean pada dinihari yang belum maksimal terurai ke dalam pelabuhan, akhirnya tetap menimbulkan antrean di Terminal Kargo Gilimanuk.
Begitu juga antrean kendaraan roda dua yang sudah difokuskan melewati jalan utama menuju pelabuhan, sempat memuncak sampai depan Pasar Umum Gilimanuk atau sekitar 800 meter dari loket tiket pelabuhan pada Rabu dini hari kemarin itu, tetap menumpuk hingga siang kemarin.
Sejumlah pemudik dengan mobil pribadi yang sempat ditemui menunggu giliran berangkat di dalam areal pelabuhan, Rabu kemarin sekitar pukul 11.00 Wita, mengaku telah mengantre selama 6 jam. Mereka terjebak antrean di Terminal Kargo Gilimanuk mulai sekitar pukul 05.00 Wita, dan perlahan-lahan berjalan melewati jalan gang seputar pemukiman warga, sebelum tiba di dalam areal pelabuhan pada sekitar pukul 11.00 Wita. “Saya berangkat dari Blahbatuh, Gianyar, sekitar pukul 02.30 Wita. Tiba di Gilimanuk sekitar pukul 05.00 Wita. Kalau di jalan lancar, cuma nyampai di Gilimanuk baru ngantre, dan sekarang baru dapat giliran persiapan naik kapal,” ujar Zaki, 50, pemudik asal Jember, Jawa Timur.
Zaki yang berkeseharian sebagai penjual bakso keliling di seputaran Blahbatuh, Gianyar, mengaku mudik bersama keluarganya, Rabu dini hari kemarin karena sebelum-sebelumnya masih sibuk berjualan. Apalagi dalam momen liburan ini, banyak wisatawan yang berlibur di sejumlah tempat wisata seputaran Blahbatuh, sehingga dia bersama keluarganya tidak mudik lebih awal. “Ya cari-cari tambahan buat bekal mudik dulu,” kata Zaki yang mudik bersama istri beserta empat orang anaknya.
Memasuki sekitar pukul 12.00 Wita, antrean yang masih menumpuk siang itu, baru dapat maksimal diseberangkan ke Pelabuhan Ketapang. Penguraian antrean itu terjadi setelah pihak ASDP Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk mengoperasikan kapal berukuran jumbo, yakni Kapal Motor Penumpang (KMP) Drajat Paciran, yang diperbantukan ASDP Pusat untuk angkutan lebaran di Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk. Bahkan dalam sekali operasi, kapal milik PT ASDP Indonesia Ferry dengan double dek tempat kendaraan yang difokuskan mengangkut sepeda motor di Dermaga MB I Pelabuhan Gilimanuk itu, mampu mengangkut ribuan sepeda motor siang itu, dan antrean motor pun langsung kembali normal di depan pintu loket tiket pelabuhan.
Sedangkan untuk antrean mobil pribadi di Terminal Kargo Gilimanuk yang difokuskan naik ke kapal-kapal di dermaga lainnya, juga berkurang. Memasuki sekitar pukul 13.00 Wita, sudah tidak ada antrean di areal terminal yang dipersiapkan untuk penampungan mobil pribadi tersebut. Hanya saja, sejumlah mobil pribadi yang terpantau tetap padat menuju pelabuhan, tetap dialihkan melewati jalan gang seputar pemukiman warga.
General Manager ASDP Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk Elvi Yoza, mendampingi Direktur Pelayanan dan Fasilitas PT ASDP Indonesia Ferry Christine Hutabarat, saat ditemui memantau pengoperasian KMP Drajat Paciran di Dermaga MB I Pelabuhan Gilimanuk, Rabu siang kemarin, mengatakan, pengoperasian KMP Drajat Paciran itu hanya dilakukan ketika terjadi kepadatan antrean. Pertimbangannya adalah biaya operasional kapal bersangkutan, yang khusus digunakan melayani penyeberangan jarak jauh. Kapal berukuran jumbo yang dapat mengangkut ribuan sepeda motor dalam sekali angkut itu, regulernya beroperasi di lintasan Pelabuhan Lamongan-Kalimantan. “Kalau terus dioperasikan, ya tekor. Biaya operasional tinggi, karena kapal ini sebenarnya digunakan untuk lintasan jarak jauh. Tetapi yang pasti, kalau terjadi kepadatan penumpang, kapal ini siap dioperasikan. Termasuk saat arus balik lebaran nanti, kapal ini tetap siaga di Ketapang-Gilimanuk,” katanya.
Untuk operasi kapal selama arus mudik ataupun balik nanti, menurut Elvi, dipastikan tetap hanya 32 kapal dari total 56 kapal yang stand by di Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk. Pembatasan jumlah operasional kapal itu, disesuaikan dengan situasi lintasan Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk untuk pertimbangan keamanan pelayaran. Di mana ketika banyak kapal dioperasikan, dengan situasi jalur pelayaran yang dekat dan tergolong sempit, riskan terjadi benturan sesama kapal.
“Tetap kami pertimbangkan keselamatan. Kalau pun menambah kapal yang beroperasi, tetapi pemudik lama mengapung, sama saja tidak maksimal. Dan untuk memperlancar dengan batasan 32 kapal ini, kami lakukan percepatan waktu bongkar muat kapal dari normal 60 menit menjadi 30 menit ketika situasi padat. Karena jika bongkar muat kapal lancar, otomatis mengalirkan penumpang naik ke kapal lebih lancar,” ujarnya. *ode
Berdasar informasi, membeludaknya pemudik pada Selasa malam itu mulai terjadi sekitar pukul 22.00 Wita. Arus penumpang didominasi sepeda motor serta mobil pribadi yang terus berdatangan hampir secara bersamaan, dengan cepat mengakibatkan antrean panjang di jalur loket tiket pelabuhan, hingga mengular keluar areal pelabuhan memasuki tengah malam sekitar pukul 24.00 Wita. Begitu mengetahui tumpukan kendaraan itu, kembali diberlakukan rekayasa arus mobil pribadi ke Terminal Kargo Gilimanuk untuk melewati jalan gang seputar pemukiman warga menuju loket tiket pelabuhan.
Meski diberlakukan rekayasa arus, lonjakan penumpang yang tiada henti mengalir ke pelabuhan, membuat mobil pribadi menumpuk di Terminal Kargo Gilimanuk. Puncaknya memasuki Rabu dinihari kemarin sekitar pukul 03.00 Wita, areal Terminal Kargo Gilimanuk seluas 3 hektare yang digunakan sebagai tempat penampungan sekaligus pembelian tiket itu dipenuhi mobil pribadi. “Tiga jalan gang yang dipersiapkan untuk lintas kendaraan kecil atau mobil pribadi sejenis ini, ketiga-tiganya penuh sekitar pukul 03.00 Wita,” ujar Kabag Ops Polres Jembrana Kompol Didik Wiratmoko seizin Kapolres Jembrana AKBP Budi P Saragih, Rabu kemarin.
Menurut Didik, lonjakan mobil pribadi itu, sempat berkurang jelang siang. Namun kepadatan puncak antrean pada dinihari yang belum maksimal terurai ke dalam pelabuhan, akhirnya tetap menimbulkan antrean di Terminal Kargo Gilimanuk.
Begitu juga antrean kendaraan roda dua yang sudah difokuskan melewati jalan utama menuju pelabuhan, sempat memuncak sampai depan Pasar Umum Gilimanuk atau sekitar 800 meter dari loket tiket pelabuhan pada Rabu dini hari kemarin itu, tetap menumpuk hingga siang kemarin.
Sejumlah pemudik dengan mobil pribadi yang sempat ditemui menunggu giliran berangkat di dalam areal pelabuhan, Rabu kemarin sekitar pukul 11.00 Wita, mengaku telah mengantre selama 6 jam. Mereka terjebak antrean di Terminal Kargo Gilimanuk mulai sekitar pukul 05.00 Wita, dan perlahan-lahan berjalan melewati jalan gang seputar pemukiman warga, sebelum tiba di dalam areal pelabuhan pada sekitar pukul 11.00 Wita. “Saya berangkat dari Blahbatuh, Gianyar, sekitar pukul 02.30 Wita. Tiba di Gilimanuk sekitar pukul 05.00 Wita. Kalau di jalan lancar, cuma nyampai di Gilimanuk baru ngantre, dan sekarang baru dapat giliran persiapan naik kapal,” ujar Zaki, 50, pemudik asal Jember, Jawa Timur.
Zaki yang berkeseharian sebagai penjual bakso keliling di seputaran Blahbatuh, Gianyar, mengaku mudik bersama keluarganya, Rabu dini hari kemarin karena sebelum-sebelumnya masih sibuk berjualan. Apalagi dalam momen liburan ini, banyak wisatawan yang berlibur di sejumlah tempat wisata seputaran Blahbatuh, sehingga dia bersama keluarganya tidak mudik lebih awal. “Ya cari-cari tambahan buat bekal mudik dulu,” kata Zaki yang mudik bersama istri beserta empat orang anaknya.
Memasuki sekitar pukul 12.00 Wita, antrean yang masih menumpuk siang itu, baru dapat maksimal diseberangkan ke Pelabuhan Ketapang. Penguraian antrean itu terjadi setelah pihak ASDP Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk mengoperasikan kapal berukuran jumbo, yakni Kapal Motor Penumpang (KMP) Drajat Paciran, yang diperbantukan ASDP Pusat untuk angkutan lebaran di Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk. Bahkan dalam sekali operasi, kapal milik PT ASDP Indonesia Ferry dengan double dek tempat kendaraan yang difokuskan mengangkut sepeda motor di Dermaga MB I Pelabuhan Gilimanuk itu, mampu mengangkut ribuan sepeda motor siang itu, dan antrean motor pun langsung kembali normal di depan pintu loket tiket pelabuhan.
Sedangkan untuk antrean mobil pribadi di Terminal Kargo Gilimanuk yang difokuskan naik ke kapal-kapal di dermaga lainnya, juga berkurang. Memasuki sekitar pukul 13.00 Wita, sudah tidak ada antrean di areal terminal yang dipersiapkan untuk penampungan mobil pribadi tersebut. Hanya saja, sejumlah mobil pribadi yang terpantau tetap padat menuju pelabuhan, tetap dialihkan melewati jalan gang seputar pemukiman warga.
General Manager ASDP Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk Elvi Yoza, mendampingi Direktur Pelayanan dan Fasilitas PT ASDP Indonesia Ferry Christine Hutabarat, saat ditemui memantau pengoperasian KMP Drajat Paciran di Dermaga MB I Pelabuhan Gilimanuk, Rabu siang kemarin, mengatakan, pengoperasian KMP Drajat Paciran itu hanya dilakukan ketika terjadi kepadatan antrean. Pertimbangannya adalah biaya operasional kapal bersangkutan, yang khusus digunakan melayani penyeberangan jarak jauh. Kapal berukuran jumbo yang dapat mengangkut ribuan sepeda motor dalam sekali angkut itu, regulernya beroperasi di lintasan Pelabuhan Lamongan-Kalimantan. “Kalau terus dioperasikan, ya tekor. Biaya operasional tinggi, karena kapal ini sebenarnya digunakan untuk lintasan jarak jauh. Tetapi yang pasti, kalau terjadi kepadatan penumpang, kapal ini siap dioperasikan. Termasuk saat arus balik lebaran nanti, kapal ini tetap siaga di Ketapang-Gilimanuk,” katanya.
Untuk operasi kapal selama arus mudik ataupun balik nanti, menurut Elvi, dipastikan tetap hanya 32 kapal dari total 56 kapal yang stand by di Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk. Pembatasan jumlah operasional kapal itu, disesuaikan dengan situasi lintasan Pelabuhan Ketapang–Gilimanuk untuk pertimbangan keamanan pelayaran. Di mana ketika banyak kapal dioperasikan, dengan situasi jalur pelayaran yang dekat dan tergolong sempit, riskan terjadi benturan sesama kapal.
“Tetap kami pertimbangkan keselamatan. Kalau pun menambah kapal yang beroperasi, tetapi pemudik lama mengapung, sama saja tidak maksimal. Dan untuk memperlancar dengan batasan 32 kapal ini, kami lakukan percepatan waktu bongkar muat kapal dari normal 60 menit menjadi 30 menit ketika situasi padat. Karena jika bongkar muat kapal lancar, otomatis mengalirkan penumpang naik ke kapal lebih lancar,” ujarnya. *ode
Komentar