Petugas KPPS 8 Banjar Blungbang Kenakan Busana ala Penari Tenun
Tak hanya di TPS 5 di Banjar Ubung, Kelurahan Sempidi, Mengwi, yang bersolek untuk melaksanakan pesta demokrasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 2018, Rabu (27/6).
Pemungutan Suara Pilgub Bali 2018
MANGUPURA, NusaBali
Di TPS 8 Banjar Blungbang, Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, seluruh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS yang kesemuanya sebanyak tujuh orang adalah perempuan, bersolek dan berbusana ala penari Tenun.
Pemungutan suara di TPS 8 telah dimulai sejak pukul 07.00 Wita. Semakin siang, masyarakat yang masuk daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 722 orang semakin tumpah ruah datang ke TPS. Agar masyarakat tidak bosan menunggu, warga disuguhi kegiatan pemuda setempat yang unjuk kebolehan melukis.
Ketua KPPS TPS 8 Banjar Blungbang, Desa Penarungan, Ni Kadek Enik Erawati, menyampaikan dirinya bersama petugas lainnya sengaja berpakaian adat Bali yakni Tari Tenun. Selain sebagai wujud pelestarian seni budaya Bali, juga sebagai upaya untuk menggugah masyarakat untuk datang ke TPS guna menyalurkan hak pilihnya. Menurutnya, bukan kali ini saja menyiapkan TPS unik. Pada Pilkada Badung tahun 2015, petugas KPPS saat itu juga sengaja mengenakan busana Cupak Gerantang. Tujuannya untuk menekan angka golput.
“Dulu waktu pilkada juga KPPS-nya menggunakan busana Cupak Gerantang. Kebetulan waktu itu semua laki-laki. Dan sekarang karena KPPS seluruhnya perempuan, jadi kami mengenakan pakaian adat Bali,” tuturnya.
Dikatakannya, sejauh ini hiasana ala Tari Tenun jarang dipakai. Karenanya, hiasan ini sengaja dipakai untuk menjaga seni budaya Bali. Padahal hiasan ini merupakan khas wanita Bali. “Jadi, dalam demokrasi ini kita tekankan juga kesenian, makanya kami mengambil tarinya dan seniman pemuda mengambil seni lukisnya,” katanya.
Diakui Erawati, untuk berhias dibantu oleh tukang rias. Pasalnya, dirinya dan anggota KPPS lainnya tidak mahir berhias ala Tari Tenun. “Kami tidak berhias sendiri, namun kami memanggil orang untuk merias kami,” akunya.
Mengenai total biaya untuk berhias, perempuan berusia 38 tahun itu tak bersedia menyebutkan. Namun, pihaknya menyebutkan anggaran yang digunakan adalah sumbangan dari tokoh masyarakat yang ada di Banjar Blungbang.
Sementara, tokoh masyarakat Desa Penarungan Wayan Suyasa, menyatakan adanya TPS unik dengan petugas KPPS perempuan yang mengenakan pakaian adat Bali ala penari Tenun sejatinya merupakan cerminan pelestarian budaya dan kesenian Bali. Juga sebagai wujud kesetaraan gender.
Menurut Suyasa, pilkada atau pemungutan suara merupakan hal umum dan tidak perlu disikapi dengan tegang apalagi menyeramkan. Karena itu pihaknya mengajak masyarakat menjaga keamanan bersama. “Siapapun yang terpilih menjadi pemimpin Bali hasil pilihan masyarakat, tentu akan dijunjung tinggi,” katanya. *asa
MANGUPURA, NusaBali
Di TPS 8 Banjar Blungbang, Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, seluruh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS yang kesemuanya sebanyak tujuh orang adalah perempuan, bersolek dan berbusana ala penari Tenun.
Pemungutan suara di TPS 8 telah dimulai sejak pukul 07.00 Wita. Semakin siang, masyarakat yang masuk daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 722 orang semakin tumpah ruah datang ke TPS. Agar masyarakat tidak bosan menunggu, warga disuguhi kegiatan pemuda setempat yang unjuk kebolehan melukis.
Ketua KPPS TPS 8 Banjar Blungbang, Desa Penarungan, Ni Kadek Enik Erawati, menyampaikan dirinya bersama petugas lainnya sengaja berpakaian adat Bali yakni Tari Tenun. Selain sebagai wujud pelestarian seni budaya Bali, juga sebagai upaya untuk menggugah masyarakat untuk datang ke TPS guna menyalurkan hak pilihnya. Menurutnya, bukan kali ini saja menyiapkan TPS unik. Pada Pilkada Badung tahun 2015, petugas KPPS saat itu juga sengaja mengenakan busana Cupak Gerantang. Tujuannya untuk menekan angka golput.
“Dulu waktu pilkada juga KPPS-nya menggunakan busana Cupak Gerantang. Kebetulan waktu itu semua laki-laki. Dan sekarang karena KPPS seluruhnya perempuan, jadi kami mengenakan pakaian adat Bali,” tuturnya.
Dikatakannya, sejauh ini hiasana ala Tari Tenun jarang dipakai. Karenanya, hiasan ini sengaja dipakai untuk menjaga seni budaya Bali. Padahal hiasan ini merupakan khas wanita Bali. “Jadi, dalam demokrasi ini kita tekankan juga kesenian, makanya kami mengambil tarinya dan seniman pemuda mengambil seni lukisnya,” katanya.
Diakui Erawati, untuk berhias dibantu oleh tukang rias. Pasalnya, dirinya dan anggota KPPS lainnya tidak mahir berhias ala Tari Tenun. “Kami tidak berhias sendiri, namun kami memanggil orang untuk merias kami,” akunya.
Mengenai total biaya untuk berhias, perempuan berusia 38 tahun itu tak bersedia menyebutkan. Namun, pihaknya menyebutkan anggaran yang digunakan adalah sumbangan dari tokoh masyarakat yang ada di Banjar Blungbang.
Sementara, tokoh masyarakat Desa Penarungan Wayan Suyasa, menyatakan adanya TPS unik dengan petugas KPPS perempuan yang mengenakan pakaian adat Bali ala penari Tenun sejatinya merupakan cerminan pelestarian budaya dan kesenian Bali. Juga sebagai wujud kesetaraan gender.
Menurut Suyasa, pilkada atau pemungutan suara merupakan hal umum dan tidak perlu disikapi dengan tegang apalagi menyeramkan. Karena itu pihaknya mengajak masyarakat menjaga keamanan bersama. “Siapapun yang terpilih menjadi pemimpin Bali hasil pilihan masyarakat, tentu akan dijunjung tinggi,” katanya. *asa
1
Komentar