Ratusan KK di Sembiran Kesulitan Air Bersih
Kurang lebih 300 KK di dua Banjar Dinas Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula Buleleng masih kesulitan air bersih.
SINGARAJA, NusaBali
Ratusan KK di Banjar Dinas Bukit Seni dan Panggung benar-benar belum teraliri sambungan air bersih. Selama ini mereka memanfaatkan air tadah hujan di musim hujan dan air tangki di musim kemarau yang dibeli maupun pasokan BPBD Buleleng.
Selain dua banjar yang kesulitan air bersih, empat banjar dinas lainnya yang sudah tersambungi PAM Bumdes Sami Rana Desa Sembiran juga kadang tersendat. Seperti yang terjadi di Banjar Dukuh dan Kawanan, karena instalasi pipa yang masuk ke rumah warga sudah tua dan belum terupdate. Sedangkan KK di dua banjar lainnya yakni Banjar Anyar dan Kanginan mendapatkan distribusi air besih lancar karena berlokasi di pusat desa.
Ketua Bumdes Sami Rana, I Wayan Ariasa Rabu (27/6) kemarin mengatakan, kesulitan air bersih di desanya itu telah menjadi perencanaan pembangunan prioritas. Selama ini PAM yang dikelola Bumdes mengambil air dari sumber mata air Pura Snag Telaga dan Pura Yeh Bolong, di Desa Satra, Kintamani Bangli.
Air yang mengalir dari dua sumber mata air ini disebut Ariasa belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air 1.600 KK di desa Sembiran. Permaslaahan air bersih juga semakin pelik, melihat situasi sembiran yang berad di ketinggian. Selain memanfaatkan sumber mata air dair kabupaten tetangga, di daerah Sembiran bawah ada satu sumber mata air. Namun sumber mata air itu saat ini tidak terpakai, karena biaya operasionalnya cukup tinggi.
“Dulu pernah dioperasikan menggunakan sistem pompa, tetapi karena biaya pembelian solar cukup mahal, kami hentikan, hanya memanfaatkan dua sumber air dari atas saja,” kata dia. Pihaknya pun menjelaskan bahwa masyarakat Sembiran yang sudha terlayani air bersih belum menggunakan pengukuran baku dalam pembayaran air besih. Semua dipukul rata perbulannya dikenakan Rp 10 ribu.
Dengan kondisi tersebut pihaknya pun mengklaim penanganan air bersih di Desa Sembiran menjadi prioritas utama. Bahkan program pengadaan air besih di Desa Sembiran menggunakan dana desa sudah dilaksnakaan bertahap sejak tahun 2017 lalu sebesar Rp 400 juta. Tahun ini kembali dianggarkan mellau ADD sebesar Rp 600 juta. Anggaran itu akan dimanfaatkan untuk menyambungkan jaringan air yang bersumber dari Desa Selulung, Bangli.
Sementara itu untuk meningkatkan pelayanan air bersih di Desa Sembiran pihaknya mengaku mulai akan melakukan penataan dengan memasang water meter di setiap sambungan rumah. sehingga pemakaian air oleh warga dapat terukur dengan jelas dan pembayaran disesuaikan dengan pemakaian. “Mudah-mudahan dengan upaya ini Sembiran bisa terbebas dari masalah air bersih,” kata dia. *k23
Ratusan KK di Banjar Dinas Bukit Seni dan Panggung benar-benar belum teraliri sambungan air bersih. Selama ini mereka memanfaatkan air tadah hujan di musim hujan dan air tangki di musim kemarau yang dibeli maupun pasokan BPBD Buleleng.
Selain dua banjar yang kesulitan air bersih, empat banjar dinas lainnya yang sudah tersambungi PAM Bumdes Sami Rana Desa Sembiran juga kadang tersendat. Seperti yang terjadi di Banjar Dukuh dan Kawanan, karena instalasi pipa yang masuk ke rumah warga sudah tua dan belum terupdate. Sedangkan KK di dua banjar lainnya yakni Banjar Anyar dan Kanginan mendapatkan distribusi air besih lancar karena berlokasi di pusat desa.
Ketua Bumdes Sami Rana, I Wayan Ariasa Rabu (27/6) kemarin mengatakan, kesulitan air bersih di desanya itu telah menjadi perencanaan pembangunan prioritas. Selama ini PAM yang dikelola Bumdes mengambil air dari sumber mata air Pura Snag Telaga dan Pura Yeh Bolong, di Desa Satra, Kintamani Bangli.
Air yang mengalir dari dua sumber mata air ini disebut Ariasa belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air 1.600 KK di desa Sembiran. Permaslaahan air bersih juga semakin pelik, melihat situasi sembiran yang berad di ketinggian. Selain memanfaatkan sumber mata air dair kabupaten tetangga, di daerah Sembiran bawah ada satu sumber mata air. Namun sumber mata air itu saat ini tidak terpakai, karena biaya operasionalnya cukup tinggi.
“Dulu pernah dioperasikan menggunakan sistem pompa, tetapi karena biaya pembelian solar cukup mahal, kami hentikan, hanya memanfaatkan dua sumber air dari atas saja,” kata dia. Pihaknya pun menjelaskan bahwa masyarakat Sembiran yang sudha terlayani air bersih belum menggunakan pengukuran baku dalam pembayaran air besih. Semua dipukul rata perbulannya dikenakan Rp 10 ribu.
Dengan kondisi tersebut pihaknya pun mengklaim penanganan air bersih di Desa Sembiran menjadi prioritas utama. Bahkan program pengadaan air besih di Desa Sembiran menggunakan dana desa sudah dilaksnakaan bertahap sejak tahun 2017 lalu sebesar Rp 400 juta. Tahun ini kembali dianggarkan mellau ADD sebesar Rp 600 juta. Anggaran itu akan dimanfaatkan untuk menyambungkan jaringan air yang bersumber dari Desa Selulung, Bangli.
Sementara itu untuk meningkatkan pelayanan air bersih di Desa Sembiran pihaknya mengaku mulai akan melakukan penataan dengan memasang water meter di setiap sambungan rumah. sehingga pemakaian air oleh warga dapat terukur dengan jelas dan pembayaran disesuaikan dengan pemakaian. “Mudah-mudahan dengan upaya ini Sembiran bisa terbebas dari masalah air bersih,” kata dia. *k23
1
Komentar